Nathan Hayes adalah bintang di dunia kuliner, seorang chef jenius, tampan, kaya, dan penuh pesona. Restorannya di New York selalu penuh, setiap hidangan yang ia ciptakan menjadi mahakarya, dan setiap wanita ingin berada di sisinya. Namun, hidupnya bukan hanya tentang dapur. Ia hidup untuk adrenalin, mengendarai motor di tepi bahaya, menantang batas yang tak berani disentuh orang lain.
Sampai suatu malam, satu lompatan berani mengubah segalanya.
Sebuah kecelakaan brutal menghancurkan dunianya dalam sekejap. Nathan terbangun di rumah sakit, tak lagi bisa berdiri, apalagi berlari mengejar mimpi-mimpinya. Amarah, kepahitan, dan keputusasaan menguasainya. Ia menolak dunia termasuk semua orang yang mencoba membantunya. Lalu datanglah Olivia Carter.
Seorang perawat yang jauh dari bayangan Nathan tentang "malaikat penyelamat." Olivia bukan wanita cantik yang akan jatuh cinta dengan mudah. Mampukah Olivia bertahan menghadapi perlakuan Nathan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JASON SEPERTI ULAR BERBISA
Di sela waktu membaca, Nathan tanpa sadar memperhatikan Olivia yang tengah duduk bersila di karpet tebal, sebuah buku psikologi tergeletak di pangkuannya. Matanya berbinar, bibirnya sedikit terbuka seolah-olah setiap paragraf di halaman buku itu sedang menyapa jiwanya.
Nathan tersenyum. Untuk sesaat, dunia terasa hangat dan tenang. Namun senyumnya perlahan memudar ketika ia teringat akan ucapan ibunya bahwa Olivia tidak bisa lagi bersamanya sepanjang waktu. Ada perasaan kosong yang tiba-tiba menyeruak di dada. Ia tahu, ia tidak berhak menahannya. Ia harus mendukung cita-citanya, bukan menjadi penghalang.
Nathan menarik napas pelan. “Olivia,” ucapnya, cukup pelan untuk membuat Olivia menoleh, tapi cukup serius untuk membuatnya meletakkan bukunya.
“Hmm?” Olivia menatap penuh perhatian.
“Aku tahu... kamu akan mulai kuliah lagi. Dan... aku mendukung itu,” katanya pelan, lalu mengalihkan pandangan sejenak. “Aku cuma berpikir... mungkin kamu tidak perlu kembali ke apartemen. Kalau kamu tidak keberatan, tetaplah tinggal di sini. Maksudku... biar lebih mudah kalau kamu harus bolak-balik.”
Ada jeda. Nathan mengusap tengkuknya, sedikit canggung. “Kamu tahu, tempat ini terlalu sepi kalau kamu pergi."
Olivia tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Nathan dengan ekspresi yang sulit ditebak ada kehangatan, ada kejutan, dan sedikit kebingungan. Ia menunduk sejenak, tangannya membolak-balik halaman buku yang bahkan tidak ia baca lagi sejak tadi.
Nathan memerhatikannya, menunggu. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya. Ia tak terbiasa merasa segugup ini apalagi di depan seseorang yang ia pikir hanya akan menjadi perawat, bukan bagian dari ruang emosinya.
“Aku... aku harus pikirkan dulu ya,” jawab Olivia akhirnya, lembut namun pasti. “Bukan karena aku tidak nyaman di sini, bukan juga karena aku tidak ingin. Tapi... aku harus pertimbangkan semuanya.”
Nathan mengangguk pelan. Ia menghormati jawaban itu. “Tentu,” gumamnya. “Aku cuma... ingin kamu tahu, kalau kamu memutuskan untuk tetap di sini, tempatnya selalu ada.”
Olivia menatapnya lagi. Kali ini, senyumnya muncul hangat dan tulus. “Terima kasih, Nathan. Itu manis sekali.”
Mereka saling menatap. Sekilas saja, tapi cukup lama untuk membuat jantung mereka berdetak tak karuan. Ada sesuatu di antara tatapan itu seperti kata-kata yang tak terucap, perasaan yang belum sempat disusun rapi.
Olivia cepat-cepat mengalihkan pandangan. Suasana yang tadi tenang kini terasa canggung, seperti udara yang terlalu padat untuk dihirup.
"Eh... ngomong-ngomong," ucap Olivia sambil menelusuri rak buku dengan jari-jarinya. "Dari semua buku di sini... yang mana yang paling kamu suka?"
Nathan bersandar di kursi, berusaha menyembunyikan senyumnya. “Banyak. Tapi kalau harus pilih satu... mungkin buku tentang filosofi hidup.”
Olivia mengangkat alis. “Filosofi hidup? Aku pikir kamu lebih suka buku resep atau jurnal kuliner.”
Nathan terkekeh pelan. “Itu pekerjaan. Tapi filosofi... itu bagian dari cara aku bertahan. Dulu, aku cuma baca sekilas. Tapi setelah semua yang terjadi, kata-kata dalam buku itu terasa lebih dalam.”
Olivia mengangguk perlahan, kini menatap Nathan bukan lagi sebagai pasien yang sedang dalam masa pemulihan, tapi sebagai manusia yang telah melewati begitu banyak badai.
“Aku jadi penasaran. Nanti pinjamkan aku satu ya,” katanya, kali ini dengan senyum yang sedikit lebih berani.
“Boleh. Tapi kamu harus baca sampai habis, jangan cuma buat pajangan di rak.”
“Deal,” jawab Olivia sambil terkekeh. Canggung tadi seolah menguap. Keheningan yang tersisa kini terasa lebih hangat.
Nathan tidak sadar sama sekali bahwa di saat ia mulai perlahan membuka lembaran hidup baru, mencoba berdamai dengan luka lama, dan bahkan mulai merasakan hangatnya kehadiran seseorang di sisinya, ada gelombang besar yang sedang disiapkan untuk menggulung semua itu.
Dibalik ketenangan rumah tempat ia menjalani pemulihan, di balik senyum Olivia dan dukungan ibunya, ada mata-mata yang terus mengawasi setiap langkahnya. Dan di antara semua yang mengincarnya, Jason adalah yang paling siap, paling licik.
Jason masih menjadi bagian dari perusahaan Nathan. Posisinya strategis, cukup dekat untuk mengakses dokumen penting, laporan keuangan, hingga rencana bisnis ke depan. Tapi tidak ada satu pun yang tahu bahwa Jason menyimpan dendam mendalam. Di matanya, Nathan adalah simbol kesombongan. Dulu, ia menganggap Nathan sebagai mentor, bahkan panutan. Namun seiring waktu, ego Nathan yang keras dan kata-katanya yang tajam membuat luka kecil di hati Jason berubah menjadi bara.
Dia tahu waktunya belum tiba. Tapi semua telah ia siapkan: manipulasi data, kabar burung yang akan ia sebarkan pelan-pelan ke media, bahkan pengkhianatan dari orang-orang yang tak pernah diduga Nathan sebelumnya.
Jason diam di balik layar bermain dalam bayangan. Tapi setiap langkah Nathan, sekarang sudah ada dalam kendalinya. Dan ia hanya menunggu saat yang tepat untuk menjatuhkan sang bintang.
___
Sore itu, di salah satu ruangan kantor pusat milik Nathan yang kini lebih banyak diurus oleh manajer operasional dan jajaran kepercayaan, Jason duduk di balik meja dengan laptop terbuka dan beberapa dokumen yang tampak biasa di hadapannya. Namun isi pikirannya jauh dari kata biasa. Ia sedang menyusun sebuah laporan keuangan yang telah dimanipulasi sedemikian rupa.
Dengan jemari yang lincah, Jason mengganti angka-angka penting, menyisipkan transaksi fiktif, dan menyiapkan jebakan yang akan terlihat seperti kesalahan Nathan dalam mengatur keuangan restoran. “Kau terlalu percaya pada orang-orang sekitarmu, Nathan,” gumamnya lirih sambil menyeringai. “Itulah kelemahanmu.”
Sementara itu, ia juga sudah mulai membangun komunikasi rahasia dengan seorang jurnalis bebas. Seorang penulis berita sensasional yang tidak akan peduli pada etika jurnalistik selama diberi cukup bukti dan bahan panas. Jason tahu, bukan hanya data yang penting, tapi juga narasi. Ia telah menyiapkan cerita lama, skandal masa lalu Nathan yang belum pernah terungkap ke publik, bahkan oleh manajemen sekalipun.
Sebuah insiden yang terjadi bertahun-tahun lalu, saat Nathan masih menjadi chef muda di salah satu restoran bergengsi di luar negeri. Insiden yang ditutupi oleh manajemen demi menjaga reputasi restoran, dan demi nama besar Nathan yang sedang naik daun kala itu. Namun Jason memiliki salinannya. Ia menyimpan potongan laporan, email lama, dan saksi yang bisa ia munculkan kembali jika diperlukan.
“Aku hanya perlu satu momen...” ucap Jason sambil menatap tajam layar monitornya. “...dan semuanya akan runtuh.”
Dan pada saat Nathan sedang menikmati sore yang tenang bersama Olivia di ruang perpustakaan itu, bahkan sempat tertawa kecil melihat kekikukan mereka di antara tumpukan buku, Jason telah menjadwalkan pertemuan dengan pihak media. Ia tidak akan terburu-buru. Tidak langsung menghantam. Tapi seperti ular berbisa yang melilit perlahan, ia akan memastikan Nathan tak punya jalan keluar ketika semuanya dimulai.
Yang belum Jason sadari hanyalah satu hal, Nathan tidak lagi sendiri.
Olivia hanya anggap erick sekedar tmn dan nathan berusaha mendekatkan erick sm olivia....
Olivia tidak akan bahagia bersama erick cintanya hanya tuk nathan pria sangat dikagumi dan dicintainya...
Lanjut thor💪💪💪💪💪
Jason sangat iri sm erick sangat sipercaya sm nathan ketimbang jason dan nathan pasti tahu mana yg jujur dan tidak....
Tunggu aja sampai bukti2 kuat terkumpul pasti tamat riwayatmu jason dan nathan tidak akan mengampuni seorang pengkhianat...
tp nathan merasa tidak pantas buat olivia krn lumpuh olivia mencintai nathan sangat tulus gimanapun keadaan nathan...
lanjut thor💪💪💪💪💪
Semenjak kehadiran olivia nathan kembali semangat lagi dan hidupnya penuh warna...
Tp nathan memendam rasa cintanya kpd olivia dan merasa tidak pantas buat olivia krn lumpuh....
lanjut thor...
semangat selalu💪💪💪💪💪
Ada mom carrolotte dan olivia sll kasih dukungan dan semangatnya.....
lanjut thor💪💪💪💪💪
Nathan sangat merasa minder/tidak pantas buat olivia dan ungkapan aja nathan perasaannya pd olivia....
krn olivia jg merawat nathan dangat tulus dan ikhlas nathan bisa bangkit dr keterpurukan hrs berusaha tuk sembuh dengan terapi pasti bisa jalan lagi....
lanjut thor....
semangat selalu...
sehat selalu.....