Terpaksa Menikah

Mendengar suaminya tengah memanasi kendaraan dan mencuci motornya. Syaki yang baru saja menyelesaikan masaknya, ia menghampiri suaminya hendak menanyakan jadwal nya hari ini. Sebab syaki ingin sekali pergi ke kampus sebentar untuk mengembalikan beberapa koleksi buku yang dipinjamnya di perpustakaan dengan diantar suaminya. Kelihatannya suaminya juga tidak keberatan melakukan hal itu.

"Sayang nanti minta tolong antarin ke kampus bentar ya. Mau pulangin buku buku ke perpustakaan. Bisa kan?"

"Iya bisa."

Dari jendela bu yani terus mengawasi gerak gerik sepasang pasutri baru itu yang nampak harmonis namun sedikit mencurigakan. Jelas mencurigakan sebab seringnya keduanya ini tidur beda ranjang seperti terpaksa menikah. Namun melihat rutinitas dan komunikasi keduanya yang nampak harmonis bu yani bertanda tanya. Mungkinkah keduanya sedang menjalankan pernikahan palsu ataukah hanya menunggu waktu untuk keduanya saling menerima.

Syaki berjalan menaiki tangga yang cukup pendek di teras depan rumah. Ia hendak membuatkan secangkir kopi untuk suaminya sebelum berlangsung pergi.

"Syaki, sini sayang, gimana perutnya sudah isi belum? Ibu sudah gak sabar nimang cucu biar nanti ibu ajak keliling keliling naik sepeda. Iya sudah isi kan?", tanya bu yani membuat syaki kebingungan. Jelas saja sudah beberapa bulan menikah keduanya bahkan baru dua kali berhubungan badan. Gimana mau jadi mana sakit.

"ehmm, maaf buk belum, sabar ya buk. Syaki lagi usahain kok"

"Sudah berapa kali sama husain ki?", tanya ibunya husain berbisik yang malah mendapat deheman dari husain.

"Hmmm..ibu tanya apa sih? saru buk. Sudah ki jangan dijawab. Sana ambilin mas sarapan dan kopi ya sayang", pinta husain.

"Iya mas."

Syaki berlalu ke dapur menyiapkan sarapan yang diinginkan suaminya itu.

"sain kamu jangan mengabaikan istri, ibu ini juga wanita, ibu tahu perasaan wanita, kalau kamu abaikan pasti sakit sain."

"Husain gak pernah mengabaikan syaki kok buk. Syaki ini sudah husain perhatikan sebagaimana mestinya kok.", bantah husain tak terima.

Mendengar bantahan anaknya ibu yani benar benar mengelus dada.

"Sabar ya nduk menghadapi anak ibu ini. Ini anak ibu satu satunya nduk", pintanya.

"Iya buk", balas syaki dengan seutas senyum.

Selesai sarapan, keduanya pun berangkat bersama. Sepanjang perjalanan syaki memeluk pingang suaminya dengan perasaan bahagia sembari membisikan keinginannya hari ini.

"Yang kayaknya enak ya kalau makan kue tart sambil baca novel gitu pas sore di taman di rumah", bisik syaki di telinga.

"Ya tinggal beli kuenya terus kamu makan kan sesederhana itu sayang."

"Ya tapi maunya dibelikan kamu. Sesekali kan gapapa yang"

"Iya nanti. Apa mungkin kamu ngidam ya? Kayak ngidam saja kamu ini. Apa sudah jadi ki?",tanya husain sigap.

"Belum baru tes kemarin"

"Coba tes lagi siapa tahu jadi."

"Amin."

"Syaki kamu harus hati hati ya kalau jalan kalau kerja gak boleh kecapekan kalau capek istirahat "

Mendengar permintaan suaminya, syaki.sedikit tercengang ternyata dibalik keegoisannya husain juga perhatian. Buktinya ia mengingatkan syaki untuk hati hati. Ia menjadi tersenyum terharu.

Sedikit perhatian husain mampu membuatnya lupa kejadian beberapa hari lalu saat husain di taman dengan hanum. Lagi pula husain juga sudah mengakui di depan hanum jika husain juga mencintai syaki. Walau kedengarannya egois jika syaki menginginkan hati husain seutuhnya tak terbagi.

Bila tidak sekarang mungkin nanti, aku harus sabar. batin syaki.

"Makasih mas. Iya syaki selalu hati hati agar jika syaki punya anak anak syaki sehat selalu."

"Nah bagus".

Melewati jalan yang cukup ramai, husain memilih mengambil jalan pintas di area perumahan tempat dimana syaki dibesarkan. Rumah yang penuh kenangan.

Suasana di rumah ini sungguh damai dan jarang ada anak yang berkumpul nongkrong di depannya. Sungguh sepi.

"Mas nanti syaki pulang ngojek mampir sini boleh?", ijinnya.

"Boleh tapi ingat jangan sama akmal ya",tegas husain.

"Iya mas."

Seutas senyum kembali terukir di wajah syaki, mendengar permintaan suaminya. Betapa suaminya sangat menjaga kehormatannya sebagai wanita. Ia tidak membiarkan syaki bersamaan dengan lelaki yang mencintainya.

Walau sedikitnya berawal dari keterpaksaan, rumah tangga kedua insan ini sungguh nampak bahagia. Jelas terlihat dari ketulusan syaki merawat husain, lapangnya hati syaki menerima kekurangan husain dan mudahnya keduanya saling menjaga aib dan kehormatan satu sama lain tanpa diminta.

Syaki tak jemu jemunya melayani husain dan menjaga hubungan rumah tangganya. Begitupun husain tak lelah lelahnya menjaga syaki.

----------

Duh harmonisnya bakal keluarga cemara.

Jangan lupa like, comment dan subcribed ya ;)