Seorang mafia kejam yang ingin memiliki keturunan. Namun sang istri hanya memiliki sedikit kemungkinan agar dia dapat mengandung. Begitu tipis kesabaran yang di miliki oleh pria tersebut pada akhirnya dia mengambil jalan tengah untuk memiliki keturunan dari wanita lain. Apakah nantinya sang Istri dapat menerima dengan senang hati merawat anak dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritasaya22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PELARIAN
Namun, dewi keberuntungan menghampiri.
Kemarin saat pertama kali bertemu dengan sang Nyonya, darahnya mulai berdesir hanya dengan menatapnya.
Naraya wanita dewasa berusia 30 tahunan. Hanya dengan melihat, orang pasti tahu bahwa ia adalah wanita kaya dan berpendidikan.
Siapa sangka Nyonya nya itu yang menawarkan diri padanya. Walaupun tidak dibayar, Ferry tetap akan memuja wanita itu dengan sepenuh hati.
Jari jemari kasar milik Ferry, mulai berani menyentuh milik pribadi sang Nyonya yang tebal dan masih terbalut kain segitiga renda warna putih.
Bayangan rambut hitam nan halus, terlihat di balik kain berenda itu. Lidah Ferry mulai menjilati bagian perut yang putih bersih.
Sesekali lidahnya akan menjilati kain berenda itu, dengan lebih basah tentunya. Sang Nyonya menggelinjang nikmat dan kedua tangan mungil nan halus itu, terus menjambak rambut Ferry yang tidak terlalu panjang.
Jari jemari Ferry, mulai mengelus bibir goa yang masih terlapisi kain berenda. Elusan semakin intens, saat Ferry merasakan betapa basah dan basahnya goa itu.
Jarinya menekan semakin dalam dan menggesek semakin kencang, bibirnya mulai menyesap gundukan goa yang begitu lembut dan montok.
Lidah dan jari bermain, benar-benar membuat Naraya mengerang kuat.Wajah Ferry memerah, karena begitu bersemangat.
Tanpa aba-aba ia menegakkan tubuh dan melepaskan singlet serta celananya. Tidak lupa, ia juga langsung memasang pengaman yang dibelinya tadi.
Naraya mengintip dan terkesiap saat melihat tubuh atletis yang telanjang bulat di hadapannya. Rudal itu, hampir sama besar dan panjang dengan milik suaminya, Darren Arshaq Ryzadrd.
Ferry kembali naik ke atas ranjang dan dengan satu sentakan menarik lepas kain segitiga yang begitu basah itu .
Naraya langsung melebarkan kedua kaki dan menekuknya. Goanya mulai berdenyut kencang dan tidak sabar menunggu lidah pria itu, kembali memujanya .
Ferry meletakkan wajahnya tepat di hadapan Goa Naraya yang berwarna merah muda dan begitu mengkilap, karena semangat yang begitu menggebu-gebu.
Dirinya meraup dan bengolesi goa itu dengan semangat, tanpa ia disadari dirinya diluar kendali.
Apa yang dilakukannya, membuat Naraya terus menggelinjang dan mengangkat pinggul, menekan ke bibir Ferry .
Itu tanda ia ingin lebih dan lebih. Tidak hanya lubang goa, lidah Ferry juga mulai bermain di lubang yang lain.
Kelakuannya itu membuat Naraya mendorong kepala Ferry menjauh sebab terasa risih.
Ferry tidak bergeming dan terus mengoleksi tanpa henti. Ia penganut memadu kasih yang kasar. la pencinta semua goa yang dimiliki wanita dan dengan senang hati, akan mengajarkan sang Nyonya akan nikmatnya bercinta seperti itu.
Naraya tersengal-sengal, baru kali pertama ia merasakan kenikmatan seperti ini. Padahal, ini baru permulaan. Si pengawal baru bermain dengan bibir dan lidahnya.
Naraya berteriak, memekik dengan nikmat dan segera hendak memundurkan pinggul. Namun, Ferry menahan dan terus menggoyangkan jarinya.
Ia meloloskan dua jari tangannya ke dalam lubang goa milik sang Nyonya yang begitu ketat dan licin, membuatnya semakin bergairah.
"Sssttt, tenang lah Nyonya" bisik Ferry , berusaha menenangkan Nyonya nya itu.
la menaikkan tubuh dan langsung melumat bibir sang Nyonya, membungkam erangan dan teriakan karena permainan jari tangannya yang liar.
Permainan jari tangan semakin intens dan semakin kencang dan kuat. Bahkan, menimbulkan suara yang menunjukkan betapa basah sang Nyonya.
" Aw... H-hentikan!" ujar Naraya disela erangan dan teriakan.
Tangannya yang kurus mendorong tangan Ferry yang kekar, agar pria itu mengeluarkan jemarinya.
Namun, semakin didorong, semakin kuat Fery menancapkan ke dalam dan semakin kencang.
Tubuh Naraya tersentak, beriringan dengan gerakan tangan yang begitu liar.
Naraya merasa tubuhnya akan meledak dan memekik nikmat di sela ciuman basah, saat organi**sme dicapai.
Tubuhnya bergetar hebat dan basas begitu deras. Ferry tidak kenal ampun, jarinya terus bermain walau sang Nyonya sedang lemas.
la yakin, ini akan membuat wanita itu melay**ang dan kecan**duan. Tubuh Naraya terkulai lemas dan tidak lagi gemetar.
Barulah Ferry mengeluarkan jarinya dari sana dan langsung men**jilat jarinya yang begitu basah. Semua itu, dilihat oleh Naraya dan memberikan sensasi tidak terduga.
Naraya tahu pemuda itu benar-benar sedang memujanya.
"Apakah boleh aku memuaskan diri?" tanya Ferry dengan bisikan.
Ia meminta izin untuk memuaskan diri. Dirinya begitu kesakitan, karena sudah begitu susah menahan.
Naraya yang masih lemas, hanya mengangguk. la sendiri, penasaran bagaimana rasanya saat tubuh mereka menyatu.
Mendapat izin, Ferry langsung menarik kasar gaun sang Nyonya dan terlepas melewati kepala. Lalu, tangannya yang kasar menyusup ke balik kain untuk meremas-remas buah semangka lembut itu.
Menarik keluar buah semangka yang penuh dan tegak, keluar dari kain, Ferry langsung seperti bayi yang menyusu.
Bedanya ia sangat rakus. Bukan hanya biji yang dihisap, tapi hampir sebagian buah semangka itu masuk ke dalam mulutnya.
Mere**mas, menyes**ap dan terus seperti itu. Naraya merasa sakit yang nikmat, atas apa yang dilakukan pemuda itu pada buah semangkanya.
Ia tahu, ini akan meninggalkan bekas. Namun, ia tidak khawatir karena suaminya tidak akan meminta memadu kasih darinya, karena ada wanita lain yang akan memuaskan nya untuk sementara waktu.
Jadi, ia pun bebas memuaskan diri bukan?
Ferry sudah tidak tahan dan mulai mengatur posisi. Bibir masih menyusu, tangannya mulai memegang rudal dan mengarahkan ke bibir goa sang Nyonya.
Mengges***ek-ges***ek beberapa kali, untuk memastikan pelu**mas masih cukup. Ternyata masih begitu banyak sampai menetes keluar.
Dengan satu sentakan pinggul, rudalnya menerobos masuk ke liang goa yang begitu ketat dan hangat.
Naraya memekik, saat penyat***uan terjadi. Ukuran milik Ferry di atas rata-rata dan biasanya mampu membuat wanita kecanduan.
Ia yakin, sang Nyonya juga akan merasakan hal itu. Mengabaikan pekikan sang Nyonya, Ferry mulai memompa.
Awalnya perlahan, tapi karena begitu nikmat ia mulai mempercepat hentakannya. Penyatuan jauh dari kata lembut, rudalnya membombardir goa yang sempit itu tanpa ampun.
Kedua lengan berotot memeluk tubuh ramping sang Nyonya begitu erat dan terus menyentakkan pinggul.
Naraya kembali akan merasakan kenikma***tan dan memeluk pundak pemuda itu begitu kuat. Goyangan primitif semakin kencang dan kencang, sampai pada satu titik, tubuh berotot itu bergetar tanda kepuasan telah dicapai, begitu juga dengan sang Nyonya.
Karena mengenakan pengaman, Ferry masih belum mengeluarkan rudalnya yang masih berkedut-kedut nikmat.
Kedua tubuh berpeluh terbaring lemah dengan saling berpelukan. Napas yang memburu, mulai normal kembali saat barai mulai padam.
Saat itulah, Ferry mengeluarkan rudalnya yang mulai layu.
Karena ini hubungan diam-diam, maka Ferry sadar tidak ada waktu untuk pelukan.
Perlahan, turun dari ranjang dan melepaskan pengama, sebelum mengenakan pakaiannya kembali.
Naraya yang masih tidur telentang telanj**ang bu*lat dengan kaki yang terkangkang lebar, hanya dapat menatap pemuda itu dengan tatapan sayu.
Sisa-sisa kenikmat**an masih dapat dirasakan dan Naraya menyukainya.
"Nyonya, kapan saja Nyonya mau, silahkan hubungi aku," ujar Ferry, dengan tatapan yang menggerayangi tubuh telanjang milik sang Nyonya.
"Tunggu," ujar Naraya dengan suara lemah, sambil bangkit dan turun dari ranjang. Tidak mau repot menutup tubuhnya yang telanjang, Naraya berjalan ke arah lemari yang ada di hadapannya.
Saat ini, ia merasa begitu seksi. Perlakuan memuja pemuda itu, memompa harga dirinya melambung tinggi.
Tatapan Ferry mengikuti tubuh telanjang itu. la sudah berpakaian lengkap dan pengaman bekas pakai tadi, diselipkan ke saku celana.
Ia tidak mau meninggalkan jejak dan membuat sang Nyonya dalam masalah. Naraya berdiri membelakangi Ferry dan mulai membuka lemari.
Ia mengambil selembar cek dengan nominal besar, untuk bayaran atas pelayanan yang diberikan. Ia tidak suka sesuatu yang gratis.
Ferry mulai membelai rudalnya yang kembali mengeras. Kemolekan bagian belakang tubuh sang Nyonya, kembali menggelitik badai nya lagi .
Selain itu, ia adalah pemuda dengan stamina kuat. Sekali tidak akan pernah cukup, apalagi dengan wanita berkelas seperti sang Nyonya.
Tanpa berpikir dua kali, Ferry melangkah maju mendekati tubuh telanjang itu. Tidak menunggu izin, kedua tangannya meraup boko**ng bulat dan kencang itu.
Meremas dan menariknya ke arah luar, sehingga lubang kenikmatan milik sang Nyonya yang berwarna kemerahan terlihat jelas.
Perlakuan kasar itu, tidak membuat Naraya tersinggung. Malahan ia langsung melengkungkan tubuh ke belakang dengan wajah yang menoleh ke arah Ferry .
Saat melihat puncak buah semangka yang begitu menantang, satu tangan Ferry langsung meraup salah satu buah semangka seksi itu. Jemarinya mulai memilin biji coklat kemerahan itu, biji yang sedari tadi diemut dengan lahap oleh bibirnya.
Remasan di ekor dan buah semangka, membuat Naraya meng**eran**g nikmat. Tanpa sadar bibirnya mulai terbuka, minta dicium. Saling bersambut, bibir Ferry langsung melumat bibir merona itu.
