NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yang pernah ditakuti di dunia terang dan gelap. Lelaki yang menghilang membawa rahasia besar—bukti kejahatan yang bisa meruntuhkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yang bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yang ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu yang kelam mulai menyeret mereka ke dalam lintasan berbahaya yang sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yang diuji.

Bersiaplah untuk menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta dan bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Sniper

N-7 berbalik cepat, menembak tiga kali. Bayangan itu—seorang prajurit Balthazar berbaju berat—tumbang keras ke tanah.

"Gerakannya makin brutal!" K-2 mengumpat, menembak ke arah lain.

"Memang. Mereka tahu kalau gagal, mereka yang mati," balas N-7 datar.

Mereka terus mundur, saling melindungi, membentuk pola bertahan seperti latihan. Bukan untuk melawan—tapi untuk kabur hidup-hidup.

"30 meter lagi ke titik evakuasi!" pekik R-3.

Bukit terbuka mulai terlihat samar di balik kabut.

N-7 bicara cepat lewat radio, "B-5, siapkan kendaraan. Empat orang masuk dalam 30 detik."

Suara B-5 terdengar di earpiece mereka. "Terima. Mesin sudah panas. Langsung lompat kalau sudah dekat!"

L-1 tersenyum tipis, menembak dua musuh yang nekat mendekat. "Suka gaya B-5. Cepat dan gila."

Saat mereka berlari menaiki bukit berbatu, suara mesin meraung keras.

Sebuah mobil taktis kamuflase milik tim Rayyan dan Neil muncul dari balik batu besar, pintunya terbuka lebar.

"Buruannnn!" teriak B-5 dari balik kemudi.

K-2 melompat duluan ke dalam. R-3 dan L-1 menyusul cepat. N-7 menembak sekali lagi, memastikan musuh tertahan, lalu melompat masuk.

BRAKK!

Pintu tertutup keras.

"Gaspol, B-5!" teriak N-7.

B-5 menginjak pedal gas habis-habisan. Ban mobil berputar liar, melemparkan kerikil ke belakang, lalu mobil melesat turun dari bukit dengan kecepatan gila.

Dari jendela kecil di belakang, K-1 mengintip ke arah medan pertempuran yang mereka tinggalkan.

Kabut, kobaran api kecil, tubuh-tubuh tergeletak.

K-2 menyeringai sinis. "Sampai ketemu lagi, bajingan."

N-7 menegakkan punggung, matanya dingin. "Ini baru awal."

Suara desing peluru terdengar dari kejauhan, bercampur dengan deru mesin.

Dan di kejauhan—Black Nova serta pasukan Balthazar terus memburu, bagaikan bayangan gelap yang tak kenal lelah, menyapu jalanan dengan deru kehancuran.

Sementara itu, dari ketinggian, seorang pria bertopeng berdiri tegak. Matanya berkilat tajam, mengamati pergerakan di bawah sana. Pisau di tangannya berkilau, jubahnya berkibar liar diterpa angin malam.

"Pertunjukan baru saja dimulai," gumamnya, bibirnya melengkung membentuk senyum kecil yang tak menjanjikan apa pun selain kekacauan.

--

Di sisi lain, suara anak buah Kazehaya terdengar di telinga Kazehaya, Kanzaki, wanita bertopi rajut, Akay dan Aylin.

"Sensei! Ada unit tak dikenal menyerang Black Nova dan Balthazar dari arah barat! Mereka... sepertinya bukan musuh!"

Kazehaya menyipitkan mata, mengamati dari sudut helmnya.

"Identifikasi?"

"Tidak membawa tanda Black Nova ataupun Balthazar. Mereka fokus menghabisi musuh yang mengejar target!"

Kazehaya menekan tombol di helmnya.

"Biarkan. Mereka teman."

Kanzaki mendengus kecil.

"Teman tak diundang. Tapi kupikir kita tak akan menolak bantuan gratis."

Wanita bertopi rajut menajamkan pandangan ke arah pertempuran samar di kejauhan, lalu tersenyum tipis.

"Asal jangan menusuk punggung kita nanti."

Kazehaya mengangguk singkat, fokus pada jalur sempit di depan.

"Prioritas tetap. Target keluar dari zona merah.".

Akay dan Aylin saling melirik cepat saat mendengar suara-suara itu di interkom. Ada pihak lain yang menyerang Black Nova dan Balthazar dari barat, tapi mereka belum sempat menebak siapa, karena tiba-tiba frekuensi lain berdesis, memotong keraguan mereka.

Suara berat terdengar.

"Akay, ini N-7. Kami berhasil menahan sebagian pengejar dari sektor barat. Tim Alpha dan Bravo sudah memotong jalur mereka. Targetkan langsung ke rute tikus. Kami cover dari belakang."

Akay mengangguk, meskipun tidak terlihat oleh N-7. Dia sudah tahu bahwa mereka tidak sendirian.

"N-7? Bagus sekali. Terima kasih atas dukungannya."

Terdengar tawa pendek dari interkom.

"Tuan Rayyan dan Tuan Neil tak membiarkan kalian kabur sendirian. Fokus saja ke depan."

Aylin melirik cepat.

"Mereka teman?"

Akay tersenyum tipis, rasa lega terlihat di wajahnya. "Mereka teman."

Di sisi lain, Kazehaya, Kanzaki, dan wanita bertopi rajut pun akhirnya memahami bahwa unit tak dikenal itu adalah bala bantuan untuk Akay dan Aylin—teman yang datang di saat kritis.

Aylin mengernyit sambil menatap layar peta kecil.

"Kalau mereka bisa tahan belakang, kita bisa percepat kabur."

Akay menghela napas pendek, menahan adrenalin yang mendidih di dalam dada.

"Kalau kita berhasil keluar hidup-hidup, aku kasih sesuatu yang spesial buat kamu."

Aylin tertawa pendek, keras, sementara motor mereka meluncur makin kencang ke dalam lorong pepohonan rapat.

Suara ledakan dan senapan di belakang terus menggeram—

pertanda bahwa mereka belum benar-benar aman.

Motor Aylin dan Akay melesat kembali ke jalan utama, sementara di belakang, bayangan Black Nova dan pasukan Balthazar mengejar dalam diam, menolak menyerah.

Pertarungan belum usai.

Kota sudah tampak dari kejauhan—siluet bangunan tua yang mencuat dari kegelapan, dikelilingi lampu-lampu jalanan yang redup dan kabut yang menyelimuti gang-gang kecil seperti hantu tak bernama.

Motor Aylin dan Akay melesat di depan, mesin motor meraung di antara gedung-gedung bobrok.

Di tikungan tajam, dua motor lain—yang ditumpangi Kazehaya, Kanzaki, dan wanita bertopi rajut—muncul, menyatu kembali dengan mereka setelah sempat berpisah untuk mengecoh musuh.

TRAK!

Belum sempat menarik napas lega, letusan senapan mendadak memecah udara dari atap gedung tua di sekitar mereka.

“Aylin! Mereka punya penembak jitu!” teriak Akay, wajahnya pucat.

BANG!

Peluru menembus angin, menghantam dinding beton di samping mereka, menimbulkan serpihan beterbangan.

"Damn!" umpat Akay.

"Jaga keseimbangan!" seru Aylin. Ia membanting setang ke kiri, motor berbelok tajam, hampir kehilangan kendali.

Akay yang duduk membelakangi Aylin terhentak, hampir terlempar karena tak siap dengan gerakan mendadak itu. Jantung Aylin berdetak liar saat motor mereka menghunjam masuk ke gang sempit.

Kanzaki, yang membonceng Kazehaya, mencengkeram setang motornya lebih erat. Matanya berkilat di balik helm, membaca arah ancaman seperti elang yang tetap setia pada naluri berburu.

Di belakangnya, Kazehaya—pria berusia sekitar enam puluh tahun—menoleh cepat saat letusan peluru memecah udara. Kerutan di wajahnya menegang, sorot matanya tajam seperti baja.

"Awas, kita juga diincar," gumam Kazehaya, suaranya serak namun mantap.

Dari sudut pandangnya, Kazehaya melihat motor Aylin dan Akay membanting ke gang sempit, diiringi semburan serpihan beton yang beterbangan seperti badai kecil. Napasnya memburu. Ia tahu—dalam hitungan detik, mereka pun akan menjadi target.

Wanita bertopi rajut di motor lain membelalak. Tubuhnya menegang seperti kawat ditarik, jemarinya mencengkeram erat grip motor.

"Penembaknya lebih dari satu!" teriaknya, suaranya nyaris tertelan deru angin.

Kanzaki mengangguk kecil, wajahnya setegang batu. Ia mengubah jalur, mempersempit jarak ke arah Aylin dan Akay, sambil tetap mengawasi sisi-sisi atas gedung yang mengintai mereka.

Di balik helm, sorot matanya menajam, menghitung setiap detik seperti pemain catur dalam situasi maut.

Bayangan samar bergerak di atas atap gedung tua.

TRAK!

"AWAS!" pekik Kazehaya.

BANG!

Seketika Kanzaki mengayunkan motor ke kiri, menghindari tembakan yang menghantam tong logam di tepi jalan. Tong itu terlempar, berputar liar melintasi aspal, hampir menghantam mereka.

Dengan reflek yang luar biasa, Kazehaya menarik pistol kecil dari balik jaketnya—senjata tua yang jelas lebih banyak menyimpan cerita daripada peluru.

Sambil menjaga keseimbangan di atas motor yang berguncang, ia membidik cepat ke arah bayangan di atas gedung.

DOR!

Sebuah sosok tampak tersentak di atas atap sebelum menghilang ke belakang dinding.

Kazehaya mengatupkan rahangnya, matanya menyipit.

"Setidaknya satu sudah mundur," gumamnya, sambil mengisi ulang senjatanya dengan gerakan cekatan—gerakan seorang prajurit tua yang sudah terlalu sering berdansa dengan maut.

Kazehaya membidik lagi, matanya mengikuti bayangan samar di atap.

Tapi alih-alih asal tembak, ia menarik napas panjang, menahan diri.

"Kanzaki," serunya pelan, "belokkan ke jalur sempit, pancing mereka."

Kanzaki paham tanpa perlu bertanya. Ia menggeser motor ke arah gang kecil yang dipenuhi bayangan dan tiang-tiang penyangga.

Musuh di atas tergoda.

TRAK!

TRAK!

Peluru kembali menghujani, berusaha menghentikan mereka.

Kazehaya mengarahkan pistolnya ke atas — bukan untuk menembak penembak itu, melainkan sebuah penopang papan reklame besar yang mulai lapuk.

DOR!

Sasaran tembakan Kazehaya mengenai baut tua di papan reklame.

KRRAKK!

BAAMM!

Papan itu roboh, jatuh menghantam para penembak di atap, menciptakan suara gaduh disertai teriakan panik.

Kanzaki segera mempercepat motor, meluncur ke bawah bayang-bayang papan yang runtuh sebelum debu memenuhi udara.

"Dua tumbang. Yang lain pasti ragu," ujar Kazehaya pendek.

Ia menoleh ke belakang, memerhatikan Aylin dan Akay yang berhasil memperlebar jarak.

"Terus tekan mereka sampai titik aman," tambahnya, suaranya datar tapi penuh keyakinan.

Kanzaki mengangguk tanpa menoleh, membelokkan motor ke jalur sempit berikutnya.

Mereka tidak hanya bertahan — mereka mengendalikan medan.

Di Sisi Lain—

Dari sudut matanya, Aylin menangkap kilatan logam memantul di bawah cahaya bulan—sebuah laras panjang membidik dari atap.

BAHAYA!

...🌸❤️🌸...

Kalau ada yang heran,

"Eh, kok suara tembakannya ada yang TRAK, ada yang DOR, sih?"

Tenang, ini bukan typo.

Pemilihan suara tembakan di cerita ini disesuaikan sama jenis senjata dan situasinya.

Suara “DOR” biasanya dipakai buat pistol, shotgun, atau senjata api biasa. Bunyinya keras, membahana—kayak petasan waktu Lebaran.

Nah, di cerita ini, suara “DOR” dipakai buat tembakan dari pihak protagonis yang pegang pistol.

Sementara musuh pakai senapan runduk alias sniper, kemungkinan dilengkapi peredam. Jadi jangan harap suaranya meledak-ledak. Yang keluar justru suara pendek dan tajam—kayak “TRAK”, “THUK”, atau “PFFT-KRAK”.

Bayangin cambuk yang nyentak, tapi dari kejauhan.

Itulah sebabnya dalam adegan ini, efek suara DOR dan TRAK digunakan untuk menggambarkan nuansa ketegangan yang lebih realistis dan sesuai konteks.

To be continued

1
Puji Hastuti
Mantab, tim yang hebat
Puji Hastuti
/Good//Good//Good//Good/
Siti Jumiati
semakin kesini semakin seru...semakin bikin dang dig dug... semakin bikin penasaran... semakin nagih... dan semakin kereeeeeeeen... semangat kak lanjut...
fri
gasss terus Thor...💪
abimasta
untung jantungku masih aman thor
Siti Jumiati
satu kata cerita kakak luar biasa, bikin deg deg kan bikin senan jantung,bikin penasaran,bikin q gk bisa tidur karena gk sabar ingin baca cerita kelanjutannya.../Heart/ kereeeeeeeen.../Good//Good//Good/
ilhmid
gila, makin epik gini
phity
mamtap thor aku suka
phity
astaga aku baca sambil teriak2....hhhh
sum mia
akhirnya bisa ngejar sampai disini lagi .
makasih kak Nana.... ceritanya bener-bener seru juga menegangkan . kita yang baca ikutan dag dig dug ser .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
durrotul aimmsh
luar biasa....kyak lg nonton film action
asih
😲😲😲😲 kakak sampai hafal nama² jenis senjata
sum mia
emang seru kak.... sangat menegangkan .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
meski banyak jalan terjal dan banyak ujian semoga mereka tetap baik-baik saja .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
naifa Al Adlin
keren lah kak nana/Good/
Hanima
lanjut kk
ilhmid
mendebarkan💔
sum mia
masih penasaran....

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
makin menegangkan

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
asih
hahhhh Masih slamet AA couple
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!