Kisah CEO dingin dan galak, memiliki sekretaris yang sedikit barbar, berani dan ceplas-ceplos. Mereka sering terlibat perdebatan. Tapi sama-sama pernah dikecewakan oleh pasangan masing-masing di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Hujan mengguyur degan sangat deras. Kilat menyambar, petir pun menggelegar. Para pengendara motor sudah sangat kepayahan untuk meneruskan perjalanannya. Bukan hanya karena hujan lebat, tapi dikhawatirkan terkena petir atau ada pohon tumbang atau apapun yang membahayakan lainnya.
Begitupun dengan Elena yang lebih memilih untuk membelokkan motornya ke sebuah mini market yang dilewatinya. Tapi baru saja membelokkan motornya, dari arah belakang sebuah Mercedes Benz S-Class mendahuluinya dengan melewati genangan ai yang sangat banyak. Tentu saja air kotor kecoklatan itu menyembur dan mengguyur tubuh Elena. Meski dia mengenakan jas hujan, tetap saja bukan main murkanya gadis itu. Apalagi saat si empunya mobil terus melaju tanpa menghentikan mobilnya untuk sekedar meminta maaf.
Tergesa Elena memarkir motornya lalu menghampiri mobil tadi yang diparkir tidak jauh dari motornya.
Dengan berani Elena menggebrak kap mobil itu.
"Hey supir udik, dasar gak punya sopan santun!" Teriaknya dengan kemarahan yang sudah di ubun-ubun.
Seorang pria tampan dengan aura dingin yang mengalahkan hawa dingin saat ini, keluar dari dalam mobilnya. Mata lelaki itu menyorot tajam Elena. Sejenak Elena menggigil. Bukan hanya karena udara dingin, tapi juga karena sorot mata itu. Elena merasa pernah bertemu dengan orang ini, tapi entah dimana?
"Ada apa nona? Kenapa tangan kotormu itu menyentuh mobilku?"
Elena hampir saja salto jungkir balik di depan lelaki ini, saking frustrasi. Sama sekali tak ada raut bersalah dari wajah datarnya yang sialnya terlalu tampan ini!
"Ada apa? Anda bilang ada apa?!"
Elena melotot seakan bola matanya ingin melompat keluar.
"Lihat seluruh tubuh saya basah dan kotor karena mobil anda melindes genangan air dan menyembur pada saya!" telunjuk Elena mengarah ke tempat kejadian tadi.
Tapi dengan santainya lelaki itu mengerutkan kening dan menatap datar Elena.
"Saya tidak sengaja. Permisi, saya buru-buru!" katanya. Lalu melangkah tanpa memperdulikan kegeraman Elena.
"Astaga, kau itu makhluk dari planet mana sih?" Elena berteriak seraya mengetatkan rahangnya dengan telapak tangan terkepal. Dia berfikir sejenak, mencaci cara untuk membalas kegeramannya pada lelaki itu.
"Apa tadi dia bilang, tangan kotor gue? Baiklah, akan gue tunjukkin seperti apa tangan kotor gue!"
Elena menunduk ke bawah, tapi tak ada sesuatu yang bisa dijadikan alat untuk balas dendam. Matanya terus berkeliling. Hingga seringai jahat tersemat di bibirnya.
Untung saja hujan sudah mulai reda, tinggal rintik-rintik saja. Elena melangkah ke arah tembok pembatas parkiran. Disitu teronggok gunungan tanah. Kebetulan pula di atas tembok yang tingginya hanya sebatas lutut itu, ada kaleng bekas cat yang sudah kosong. Dia mengambil kaleng itu dan mengisinya dengan tanah. Setelah terisi penuh, dia kembali ke mobil lelaki tadi dan tanpa ampun menumpahkan tanah ke atas kap mobil mewah itu. lalu ibu jarinya merangkai sebuah kalimat balas dendam, "Rasain Pembalasanku!" setelah itu, dia mengusapkan tangan yang belepotan tanah, ke permukaan kaca dan badan mobil.
Merasa sudah puas, Elena pun kembali ke tempat motornya diparkir dan segera pergi dari situ. Sepanjang jalan dia tertawa puas dan membayangkan bagaimana reaksi laki-laki itu saat melihat 'hasil karya seninya'.
***
Beberapa hari kemudian, Ini adalah hari dimana Elena akan melakukan interview di kantor Kiara. Segala persiapan sudah dia lakukan. Termasuk saran-saran Kiara jika nanti dia menjawab semua pertanyaan yang akan diajukan oleh pihak-pihak yang akan mewawancarainya. Kiara juga sudah memberitahu bagaimana karakter dari boss nya.
"Dia orangnya irit bicara, kaku, dingin dan galak, disaat-saat tertentu. Kerja sama dia harus sepenuh hati, tangkas, teliti dan juga cerdas. Tapi aku yakin, meskipun kamu sedikit barbar dan ceplas-ceplos, semua kriteria yang diinginkan si bos, ada di kamu. Pokoknya kamu harus percaya diri saat diwawancara nanti, tapi jangan percaya diri yang berlebihan juga!" pesan Kiara sebelum menjalankan mobilnya.
"Iya cerewet, lo tenang aja gue udah hafal di luar kepala semua yang lo katakan dan ajarkan sama gue." Kiara mendelik, lalu kembali fokus pada jalanan.
"Tapi boss aku tuh gantengnya kebangetan loh. Kamu jangan coba-coba jatuh cinta sama dia, karena dia tuh teramat sangat cuek sama perempuan."
"Hah, yang bener? Berarti bos lo homreng dong? Sayang banget ganteng-ganteng tapi bukan serigala."
"Huss, sembarangan kamu!"
"Dih, barusan kan lo yang bilang." Elena tergelak.
"Dia itu baru aja putus dari ceweknya, gak tau apa sebabnya. Gitu deh, dia jadi curigaan. Kayaknya alergi sama cewek-cewek yang mau deketin dia. Semuanya dianggap musuh."
Elena mengerutkan kening. Dia mengira-ngira kalau laki-laki seperti itu ada kemungkinan pernah dikecewakan mendalam oleh pasangannya.
"Mungkin ceweknya berkhianat?"
Kiara mengedikkan bahu, "entahlah."
Tapi dia jadi teringat saat Cassandra diusir Alvaro dengan tidak hormat.
"Mungkin juga omongan Elena benar." Batinnya, tapi dia tak menceritakan tentang itu pada Elena karena mobilnya sudah sampai di parkiran kantor.
*Kita turun. El, kamu langsung temui resepsionis dan aku akan langsung atas karena pak Alvaro tak akan suka jika sekretarisnya telat walau Cuma 5 menit. Good luck ya!"
"Thank you Kia. Doain gue gak gugup!"
Kiara tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Sementara Elena merasa bersemangat sekaligus sedikit gugup. Dia langsung menghampiri meja resepsionis, seperti yang disuruh Kiara.
"Selamat pagi bu, saya Elena Carline, dijadwalkan untuk wawancara sebagai sekretaris CEO. Boleh saya tahu di mana ruangannya?" tanya Elena dengan senyum sopan.
"Oh iya silahkan nona Elena, anda langsung saja ke lantai 9, disana sudah menunggu beberapa kandidat yang lainnya." Elena mengangguk dan mengikuti petunjuk sang resepsionis. Dia naik ke lantai 9. Benar saja, di ruang tunggu sudah banyak kandidat lain yang sedang menunggu giliran wawancara.
Tak lama kemudian, seorang wanita berpakaian formal muncul dan memanggil namanya. "Elena Carline, silakan ikut saya. Kita akan melakukan wawancara dengan tim HR terlebih dahulu."
Elena mengikuti wanita itu ke sebuah ruangan yang nyaman. Di dalam, ada dua orang HR yang siap melakukan wawancara.
"Selamat pagi, Elena Carl-."
"Panggil Elena saja pak." sela Elena cepat.
"Baiklah Elena, kami sangat senang Anda datang hari ini. Mari kita mulai dengan beberapa pertanyaan dasar tentang pengalaman dan latar belakang Anda."
Elena menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan percaya diri, menjelaskan tentang pendidikan, pengalaman kerja sebelumnya, dan keterampilan yang dimilikinya. Dia menjawab dengan tenang dan lancar, meski dalam hati dia merasa gugup.
Setelah beberapa pertanyaan, tim HR pun tampak puas.
"Terima kasih, Elena. Kami akan melanjutkan proses ini dan menghubungi Anda untuk tahap selanjutnya," ujar salah satu dari mereka dengan senyum.
Setelah wawancara awal tersebut, Elena merasa lega. Dan beberapa hari kemudian, dia menerima kabar bahwa dia lolos ke tahap berikutnya wawancara dengan CEO, Alvaro.
"Selamat ya El, besok lo wawancara dengan si boss langsung. Pokoknya kamu harus tenang, jangan terintimidasi dengan sikapnya yang nggak banget!" Pesan Kiara.
Hari wawancara pun tiba, dan Elena kembali ke gedung perusahaan dengan rasa antisipasi yang tinggi. Kali ini, dia akan bertemu dengan seorang pria pria tampan yang ketampanannya sepertinya mengalahkan Dewa Apolo. Seperti itulah Kiara menggambarkan pesona wajah lelaki calon boss nya itu. Dan semua tindak-tanduknya pun sudah diceritakan Kiara berkali-kali. Dia sampai hafal di luar kepala, tentang sosok bernama Alvaro, CEO perusahaan itu.
Nama Elena sudah dipanggil. Kali ini degup jantung Elena lebih cepat berpacu daripada saat wawancara pertama. Dia mengetuk pintu ruangan CEO dengan tangan gemetar. Sejenak dia menengok ke belakang, ke arah Kiara yang sedang memperhatikan di mejanya. Sahabatnya itu langsung mengangkat tangan kanan dan menekuknya, memberi kode semangat.
"Masuk!" teriak suara tegas namun terdengar berwibawa.
"Sela-" kata yang akan diucapkan Elena tidak tuntas, rasanya dia seperti mau pingsan saat melihat, siapa yang mau mewawancarainya. CEO yang akan menjadi calon bossnya itu adalah orang yang bermasalah dengannya. Hampir saja dia balik kanan dan kabur dari hadapan orang itu. tapi..
"Selamat datang, Elena. Silakan duduk ," kata Kenzie sambil memandangnya dengan tatapan tajam. Benar kata Kiara, dia terlihat lebih dingin dari gunung es. Membuat semangat Elena layu sebelum berjuang.
Dengan perasaan gugup yang coba ditahannya, Elena duduk dengan suasana tegang. Alvaro tampak sangat serius, namun tenang dan tidak ada senyum samasekali. Tapi dia juga terlihat sangat profesional.
"Jelaskan kepada saya mengapa Anda ingin bekerja di perusahaan ini," tanya Alvaro dengan nada yang cukup tegas.
Elena mengumpulkan keberanian.
"Saya tertarik untuk bergabung dengan perusahaan ini karena reputasinya yang kuat dan visi yang jelas. Saya percaya saya bisa memberikan kontribusi yang berarti di sini."
Alvaro mengangguk, tetapi ekspresinya tetap datar. "Apa yang Anda lakukan jika menghadapi situasi sulit dalam pekerjaan?"
Elena menjawab, "Saya akan tetap tenang, mencari solusi, dan berkoordinasi dengan tim untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saya percaya komunikasi yang baik sangat penting."
Saat wawancara berlanjut, Elena terus merasa gelisah. Tapi dia juga tetap menjaga konsentrasinya. Diapun merasa salut dengan keprofesional-an pria ini, yang tak menyinggung soal perseteruan mereka tempo hari. Padahal dia sudah berani 'menghias' mobil mewahnya dengan tanah yang lengket dan kotor. Mungkinkah Alvaro tidak mengingat wajahnya? Tapi saat mereka berdua saling bertatap mata, tatapan itu teramat tajam, seakan ingin menusuk jantungnya.
Sementara Elena berusaha untuk tetap fokus, Alvaro malah tampak lebih keras dan lebih dingin dari sebelumnya.
"Saya ingin tahu, bagaimana Anda akan menghadapi tantangan ketika bekerja di bawah tekanan tinggi?" tanya Alvaro.
"Saya percaya bahwa tantangan adalah kesempatan untuk berkembang. Saya selalu berusaha untuk tetap positif dan mencari solusi terbaik." Elena, berusaha untuk menahan emosi dalam menjawab,
"Terima kasih, Elena. Kami akan menghubungi anda segera." Setelah beberapa pertanyaan, Alvaro pun mengakhiri wawancara.
Ketika Elena akan keluar dari ruangan, suara berat Alvaro memaksa langkahnya terhenti.
"Lain kali, kamu tidak akan lolos dari saya!"
Elena berbalik, kembali menghadap Alvaro. Dia tahu apa maksud perkataan lelaki ini.
"Saya tidak akan melakukan itu jika anda tidak membuat masalah dengan saya terlebih dahulu!" Jawabnya ketus dan berani. Mata gadis itu berkilat, menampakkan kemarahan. Dia pun sudah pasrah jika sampai lamarannya ditolak.
Setelah berkata begitu, Elena segera melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan itu.
Saat sampai di luar, Kiara langsung mencegatnya, "Gimana?" tanyanya.
Elena hanya bisa menggeleng, "Nanti gue ceritain." Jawabnya lesu.
diselingkuhi sama tunangannya gak bikin FL nya nangis sampe mewek² tapi malah tetep tegar/Kiss/