Wira, pria pemalas yang sering membuat orang tuanya marah. Selain pemalas, Wira juga seorang pengangguran dan hobby menyaksikan film dewasa.
Suatu hari, Wira mengalami peristiwa yang membuatnya tiba-tiba berada di dunia lain dan terjebak dalam masalah tujuh wanita cantik yang menganggap mereka adalah bidadari.
Untuk memecahkan misteri keberadaannya di dunia itu, mau tidak mau Wira harus menjadi pelindung tujuh bidadari tersebut.
Berbagai masalah pun menghampiri Wira, termasuk masalah asmara terlarang antara manusia dan para bidadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapat Kesempatan
"Kamu serius, Dek?" tanya Wira terkejut. Tatapannya menuntut kepastian dari wanita di depannya. "Nanti kalau kamu dapat masalah lagi bagaimana? Apa kamu tidak takut?" tanya Wira agak ragu.
Bidadari itu tersenyum. "Kang Wira tidak perlu memikirkan hal itu. Kang Wira hanya harus menjawab mau atau tidak? Jika tidak mau ya nggak apa apa."
"Pasti mau lah, Dek," Wira menjawabnya dengan cepat. Biar bagaimanapun ini adalah kesempatan yang Wira harapkan.
Bagaimana tidak berharap? Sejak Wira bersama bidadari, jiwa lelakinya selalu meronta. Jadi ini adalah kesempatan emas yang tidak akan Wira sia-siakan.
"Ya sudah, ayo kita lakukan. Tapi Kang Wira harus mengajariku ya, soalnya aku tidak tahu caranya berhubungan sepertin itu dengan pria," ujar Dewi Ungu nampak sangat lugu.
"Siap! Aku akan ajarin kamu, Sayang," balas Wira antusias. Wajahnya benar benar berseri dan terlihat sangat bahagia. "Lebih baik kita melakukannya di sana aja yuk, biar lebih leluasa," ucap Wira lagi sambil menunjuk ke arah hamparan rumput di tepi sungai, dimana baju mereka tergeletak disana.
Bidadari ungu mengangguk setuju. Mereka berdua sontak bangkit dan beranjak menuju ke tempat yang tadi ditunjuk Wira. Begitu sampai, Wira langsung berinisiatif menggelar pakaian milik bidadari untuk dijadikan alas, lalu meminta bidadari itu berbaring di atas kain tersebut.
Meskipun Wira belum pernah sekalipun berhubungan badan dengan wanita, tapi dia sudah cukup banyak pengalaman dalam menonton adegan seperti itu. Ditambah lagi jiwa liar pria itu yang sudah sering meronta, membuat Wira terlihat seperti seorang ahli dalam hal berhubungan suami istri.
Sebagai permulaan, Wira lebih dahulu mengajari bidadari melakukan perang bibir. Bidadari itu pun menuruti apa yang Wira katakan. Bukan hanya bibir, Wira juga menjelajahkan bibirnya ke berbagai tempat di tubuh bidadari termasuk sasaran utamanya adalah bukit kembar yang menggantung indah.
"Sekarang, saatnya aku masukin lubang kamu, Sayang. Kamu siap, kan?" tanya Wira dengan suara yang begitu berat.
Bidadari tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai bentuk jawaban. Wanita itu pasrah ketika Wira mulai membimbingnya untuk membentangkan kedua kakinya.
Wira tersenyum. Dia segera mengambil posisi untuk memasukan benda menegang miliknya ke dalam lubang yang sangat dia idamankan. Wira masih tidak menyangka akan mendapatkan kenikmatan seperti ini justru di alam lain serta langsung mendapatkannya dari bidadari.
"Akh~" Bidadari mengerang begitu batang Wira mulai memasuki lubangnya. Sebelumnya Wira juga sudah bilang, jika pertama kali lubang wanita mendapat penyodokan dari batang pria, pasti akan menimbulkan rasa sakit. Bidadari pun mengerti dan dia tetap mau melanjutkannya.
Wira terus mendorong batangnya memasuki lubang yang masih sangat sempit. Sekarang Wira menjadi bertambah ilmu pengetahuannya, kalau apa yang dikatakan orang orang itu memang benar, lubang wanita yang masih bersegel, akan cukup sulit jika pertama kali dimasuki dan Wira telah membuktikannya.
Namun Wira tidak menyerah karena ini juga suatu anugerah. Wira terus mendorong batangnya dan dia tidak mempedulikan rintihan kesakitan yang keluar dari mulut Bidadari. Hingga beberapa saat kemudian, Wira merasakan sesuatu di dalam lubang yang dia masuki. Wira merasa ada yang menghadang batangnya, dan Wira berpikir itu adalah mahkota milik wanita.
Dengan batang yang masih berada di dalam lubang, Wira menghentikan sejenak gerakan pinggangnya. Dia mengatur nafas dan memberi tahu Bidadari agar menahan rasa sakit yang sebentar lagi akan dia rasakan. Setelah Wira merasa yakin, pemuda itu bersiap diri untuk kembali melanjutkan penyodokannya. Dengan menghitung sampai tiga di dalam benaknya, Wira langsung menghentakan pinggangnya dengan kencang.
"Akhh!" suara Bidadari langsung melengking. Mungkin kalau tidak ada suara air terjun, suara lengkingan bidadari akan membahana memenuhi hutan. Wira tersenyum saat batangnya dikeluarkan dari dalam lubang, Wira melihat ada darah diujung batangnya.
Hingga beberapa puluh menit kemudian, permainanpun berakhir. Wira langsung ambruk di sisi tubuh Bidadari setelah berhasil menyemburkan carian kental ke dalam lubang milik wanita cantik itu. Untuk beberapa saat, keduanya saling diam dengan nafas yang menderu. Mereka sangat kelelahan, namun juga mereka sangat senang.
"Makasih ya, Sayang. Kamu sudah mau memberi kesempatan aku untuk menikmati lubang kamu," ucap Wira setelah nafasnya sudah kembali normal. Dia langsung melingkarkan tangannya pada pinggang bidadari yang kembali memunggunginya.
"Justru aku yang harusnya bilang terima kasih kepada Kang Wira," balas Dewi Ungu, dan hal itu cukup membuat Wira terkejut.
"Kenapa memangnya? Kok kamu yang berterima kasih?" tanya Wira, menatap Dewi ungu dengan rasa penasaran yang tumbuh saat itu juga.
"Kang Wira tadi dengar, kan, kalau kami baru saja bertemu dengan Mahadewi?" tanya Dewi Ungu sebelum menjawab pertanyaan dari Kang Wira.
"Iya," jawab Wira. "Memang ada hubungannya?"
"Jadi begini, Mahadewi memberi tahu kami kalau keberadaan kami di bumi, sedang diincar oleh orang orang yang memuja iblis. Jika mereka menangkap kami, maka kami akan dinodai oleh mereka."
"Loh, kok bisa gitu? Memang apa hubungannya orang orang pemuja ibilis dengan kamu, Sayang?" Wira begitu terlihat takjub mendengar informasi tersebut. Rasa semakin penasaran, jelas sekali terlihat dari wajahnya.
"Jadi begini, darah perawan bidadari itu, bisa membuat para pemuja iblis menjadi semakin kuat dan bisa menjadikan hidup mereka lebih abadi jika melakukan ritual secara benar. Hal itu tentu saja bisa membahayakan kehidupan umat manusia serta bidadari. Maka itu sebelum kita menemukan bulu angsa emas, kami harus lebih hati hati lagi untuk menjaga darah perawan kami."
Kening Wira berkerut. Saat itu juga Wira langsung mencerna ucapan Dewi ungu. "Apa itu alasannya, sampai kamu mau menyerahkan lubang kamu untukku, De?"
"Iya," jawab Dewi Ungu tegas. "Kalau aku sudah kehilangan darah perawan, berarti aku sudah aman."
"Aman bagaimana? Bukankah kamu bisa dapat masalah jika Mahadewi tahu?"
"Tidak akan, Kang," jawab Dewi ungu tanpa rasa ragu. "Justru Mahadewi juga, yang memberi saran seperti ini. Kami menyerahkan darah perawanku pada laki-laki di bumi. Lagian nanti kalau aku kembali ke langit, aku akan mendapat mahkota mahkota wanitaku lagi. jadi aku tidak perlu khawatir."
"Oh gitu," meski terkejut Wira cukup lega begitu mendengar alasan Dewi Ungu. Namun saat itu juga dia jadi teringat dengan Dewi yang lainnya. "Lalu para bidadari yang lain bagaimana? Apa mereka juga akan melakukann hal yang sama seperti kamu?" tanya Wira dengan penuh harap.
"Aku tidak tahu," jawaban Dewi ungu kembali membuat Wira terperangah.
"Kok tidak tahu? Bukankah tadi kalian sudah membahasnya?" sungguh, dari sikap yang ditunjujukan Wira, dia berharap para bidadari lainnya juga mau menyerahkan mahkotanya kepada pemuda itu.
"Ini kan inisatif aku sendiri, menyerahkan lubangku kepada Kang Wira. Kalau yang lain, aku tidak tahu, Kang. Mungkin mereka akan menyerahkan darahnya pada laki-laki lai."
"Astaga!" Wira sedikit kecewa.
berarti masih ada enam bidadari lagi yang mesti di cairkan...hahahhaa...
dengan keahlian jemarimu itu Thor, bisalah di selipkan nama nama pembaca cowok sebagai tokohnya, pastinya kan kami pasti mengagumi karyamu ini Thor..
Moso yoo cuma tokoh Wira saja toohh...hihihiiiiii ngarep banget sih saya yaaaa...🤭🤭🤭
..hemmm
wes, tambah lagi kopinya Thor, gulanya dikiiiiitt aja...
🤭