"Ayah bukanlah ayah kandungmu, Shakila," ucap Zayyan sendu dan mata berkaca-kaca.
Bagai petir di siang bolong, Shakila tidak percaya dengan yang diucapkan oleh laki-laki yang membesarkan dan mendidiknya selama ini.
"Ibumu di talak di malam pertama setelah ayahmu menidurinya," lanjut Zayyan yang kini tidak bisa menahan air matanya. Dia ingat bagaimana hancurnya Almahira sampai berniat bunuh diri.
Karena membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikah, Shakila pun mencari Arya Wirawardana. Namun, bagaimana jika posisi dirinya sudah ditempati oleh orang lain yang mengaku sebagai putri kandung satu-satunya dari keluarga Wirawardana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Berita Tak Terduga
Pak Darmawan terkejut ketika mendapatkan kabar kalau Arya tidak ada di rumahnya. Karena dia tahu betul kalau laki-laki itu bukan tipe orang yang suka kelayapan atau menghabiskan waktu dengan sia-sia. Bagi Arya Wirawardana waktu adalah uang. Makanya dia paling benci menghadapai orang-orang yang suka berleha-leha atau terlalu santai ketika mengerjakan sesuatu.
"Dia pergi ke mana? Ini sudah jam sembilan, satu jam lagi akan ada rapat dengan Pak Mentri," batin Pak Darmawan yang mulai cemas.
Akhirnya Pak Darmawan menghubungi Silvia untuk menanyakan keberadaan Arya. Setidaknya hubungan komunikasi mereka berdua sangat baik.
"Silvia, papamu pergi ke mana? Kenapa belum juga sampai ke kantor?" tanya Pak Darmawan lewat telepon.
"Apa?" pekik Silvia menandakan terkejut. "Tadi pagi aku sarapan sendiri. Aku kira papa sudah pergi ke kantor. Karena akan ada pertemuan penting hari ini."
"Om mencoba mencari lewat GPS, tapi tidak bisa. Ini sungguh aneh," ucap Pak Darmawan yang semakin yakin sudah terjadi sesuatu kepada Arya.
"Yang bener, Om?"
"Untuk apa Om berbohong?"
"Jangan-jangan ada yang mensabotase ponsel dan mobilnya papa!"
Tiba-tiba saja Pak Darmawan teringat dengan surat hasil tes DNA. Dia pun segera pergi ke ruang kantor milik Arya.
"Surat hasil tesnya hilang!" batin Pak Darmawan.
Untuk mengetahui siapa orang yang sudah mengambil hasil tes DNA, Pak Darmawan menghubungi pihak keamanan. Dia meminta rekaman CCTV selama tiga hari belakangan ini. Karena tempo hari dia masih melihat surat itu ada di dalam laci meja yang terkunci. Hanya dia dan Arya yang punya kuncinya.
Betapa terkejutnya Pak Darmawan ketika melihat Arya datang ke kantornya kemarin sore menjelang malam. Terlihat langkah atasannya itu terburu-buru setelah membaca hasil tes DNA. Dia yakin Arya sedang dalam keadaan marah.
"Apa hasil tes menyatakan negatif, ya? Makanya dia terlihat marah seperti itu," batin Pak Darmawan yang sudah hafal betul dengan karakter teman baiknya.
Pak Darmawan yakin Arya pergi untuk menemui Widuri dan Bu Dewi setelah melihat hasil tes itu. Maka dia pun mencari tahu di mana mereka saat ini.
***
Hati Shakila masih terluka akan kandas hubungannya dengan Abian. Walau mencoba untuk ikhlas, rasa sedih masih bisa dia rasakan.
"Kak, bagaimana kalau buka toko kain batik dan butik di ibukota? Siapa tahu dengan begitu bisa melupakan perasaan untuk Abian. Selain itu, kamu juga bisa dekat dengan Arya. Ayah seminggu sekali akan menjenguk kamu," kata Arya.
Shakila setuju. Dia juga bisa mengembangkan usaha ayahnya. Kwalitas kain batik produksi yang dibuat Zayyan terkenal bagus. Baik itu batik tulis ataupun batik cetak. Beberapa toko kain batik dan butik peninggalan Almahira juga dipegang oleh orang kepercayaan Zayyan.
Dulu, Shakila memilih bekerja di perusahaan besar untuk mengasah bakat dan mencari pengalaman. Sudah empat tahun lebih dia bekerja di kantor perusahaan AW GRUP. Banyak hal yang bisa dia pelajari dalam hal berbisnis. Kini dia bisa menerapkan ilmu itu.
"Ayah, apa aku boleh ajak Husna?" tanya Shakila dengan tatapan penuh harap.
"Kalau dia mau, boleh saja," jawab Zayyan tersenyum.
"Makasih, Ayah!" Gadis itu memeluk ayahnya erat dan Zayyan ngusap punggungnya.
Betapa senangnya Shakila seandainya saja mereka bisa bekerja sama. Temannya itu selalu mengekor ke mana pun dia pergi. Kedua orang tuanya juga malah merasa aman dan tenang jika Husna bersama dengan Shakila.
Begitu Husna diberi tahu, gadis itu sangat senang dan akan mengajukan permohonan pengunduran diri bekerja di kantor cabang perusahaan AW GRUP. Bersama Shakila mereka melakukan pengajuan itu.
***
Keberadaan Arya yang tiba-tiba menghilang menjadi buah bibir banyak orang. Pak Darmawan mengira atasannya itu menemui Widuri, tetapi wanita itu sudah pergi sebelum Arya mencarinya.
Agar perusahaan tetap berjalan dengan baik dan nilai saham tidak jatuh, maka dibuat rapat dadakan. Para dewan direksi memutuskan mencari pengganti pimpinan perusahaan untuk sementara waktu sampai Arya kembali. Pak Darmawan mendapat tekanan dari banyak pihak untuk mengambil tindakan tegas.
"Nona Silvia tidak akan bisa memegang kendali perusahaan," ucap salah seorang dewan direksi.
"Tapi, aku adalah putrinya Arya Wirawardana. Jadi, berhak untuk menempati posisi pimpinan," ujar Silvia.
"Kamu mau menghancurkan perusahaan! Kamu tidak punya kemampuan untuk mengatur dan mengambil keputusan yang tepat untuk kebaikan dan keuntungan perusahaan. Jangan sampai kita semua mendapatkan kerugian," ucap Mario dan mendapatkan dukungan dari banyak pihak.
"Tapi, Nona Silvia di sini menggantikan Pak Arya yang memiliki perusahaan ini," ucap salah seorang laki-laki paruh baya yang sudah belasan tahun bekerja di sana.
"Saham aku di perusahaan ini sekitar 35%," ucap Mario dengan angkuh
Senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Apa? Sejak kapan kamu punya saham di perusahaan ini?" Silvia tidak percaya. Karena 70% saham adalah milik Arya dan sisanya 30% dimiliki oleh beberapa orang, tetapi Mario tidak termasuk ke dalam daftar pemilik saham.
"Sepertinya kamu tidak tahu siapa aku, ya?" Mario tersenyum mengejek kepada Silvia.
"Memangnya kamu siapa? Tidak ada gunanya bagiku!" balas Silvia dengan sinis.
"Beberapa waktu yang lalu, Pak Arya memberikan 35% saham perusahaan kepadaku. Karena aku adalah anak laki-lakinya," ujar Mario dan membuat semua orang terkejut.
"Apa?" Silvia tertawa terkekeh. "Sejak kapan papa punya anak laki-laki. Hanya aku seorang anak Arya Wirawardana!"
"Sepertinya kamu tidak tahu sejarah keluarga Wirawardana, ya?" Mario menggelengkan kepala karena kebodohan Silvia.
Silvia tahu ayahnya pernah punya istri lain yang bernama Miranda dan dua orang anak laki-laki yang usianya terpaut dua tahun. Dia tahu kalau wanita itu berselingkuh dan anak-anak yang dikandungnya bukanlah anak Arya.
"Aku adalah putra pertama dari Arya Wirawardana dari istrinya yang bernama Miranda," lanjut Mario dan membuat heboh ruang rapat.
Pak Darmawan terkejut mengetahui salah seorang dewan eksekutif yang bernama Mario adalah anak Arya. Karena setahu dia anak pertama bernama Arka dan anak kedua Azka. Namun, Arya sudah memutuskan hubungan dengan mereka karena tidak terbukti memiliki hubungan darah.
"Jadi, kamu menggunakan identitas baru?" tanya Pak Darmawan dan membuat semua orang di sana jadi penasaran.
Ekspresi kebingungan terlihat jelas pada wajah Silvia. Karena dia tidak begitu mengenal keluarga mantan istri Arya, jadi ingin tahu apa yang terjadi di masa lalu. Dia sudah mendapatkan informasi tentang Almahira yang justru malah tidak diketahui oleh masyarakat sebagai istri Arya. Lalu, sekarang malah mendapatkan informasi lain yang tidak kalah membuatnya terkejut, yaitu anak Arya yang lain.
Mario tertawa kecil. Miranda mengubah identitas diri kedua anaknya karena mendapat cemoohan, hinaan, dan cela dari masyarakat. Maka mereka mengganti dengan nama baru dan mempersiapkan pembalasan kepada Arya.
***