Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.
Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.
Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.
Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.
Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Yani menemui Mikha di rumah sakit. Wajahnya penuh emosi, langkahnya cepat dan penuh tekanan. Ia melihat Mikha duduk sendirian dan Yani langsung menarik tangannya.
“Kamu harus aborsi, Mikha. Lalu tinggal di luar negeri. Aku sudah siapkan semuanya,” ujar Yani dengan suara tajam.
Mikha menatap ibunya tak percaya. “Apa? Enggak, aku gak akan ninggalin nenek. Nenek butuh aku di sini.”
“Ini semua demi kebaikanmu, Mikha!” bentak Yani.
Mikha menggeleng, matanya mulai berkaca. “Ibu sudah gila, ya? Gimana bisa aku tega ninggalin nenek sendiri di rumah sakit?”
“Dengar, Mikha. Hidupmu akan hancur kalau kamu tetap bertahan di sini! Aku sudah menerima uang, jadi ikut aku pergi”
“Aku gak mau” potong Mikha dingin. “Aku nggak akan lari. Aku nggak akan aborsi. Dan aku juga gak akan ninggalin nenek.”
Wajah Yani memerah karena amarah. “Kamu ini keras kepala, ya!”
"Aku nggak akan menikah dengan anand, jadi aku nggak akan pergi dari sini"
"Kalau kau tetap disini, anand pasti akan selalu menemui mu, dan kau? Kau nggak akan bisa menghindari dia Mikha"
"Aku bisa, aku akan coba"
"Jangan membantahku, jangan buat aku lepas kendali disini"
"Aku nggak peduli"
"MIKHA!!!!!!!"
Tanpa bisa mengendalikan emosi, Yani menampar Mikha dengan keras.
Mikha hanya diam. Ia menahan perih di pipi dan menatap ibunya tajam. Tak satu kata pun keluar dari mulutnya. Ia hanya berbalik dan pergi meninggalkan Yani yang masih berdiri di tempat, terengah oleh amarah dan ketakutan.
"Sialan... Sekarang bagaimana aku akan menghadapi nenek tua itu?"
---
Mona benar-benar tak bisa diam. Wajahnya penuh amarah dan rasa frustrasi.
"Ma sudahlah, duduk dulu, sejak tadi mondar-mandir terus"
Mona tetap mondar-mandir.
“Aku sudah gak tahan lagi lihat anak itu ada di sekitar Anand!” geramnya.
Ranika mencoba menenangkan ibunya. “mama, tolong tenang dulu. Nanti aku yang akan bicara dengan Anand. Aku bakal minta dia jauhi Mikha.”
Namun, bukannya tenang, Mona justru makin kesal. “Gak bisa, Ranika! Gak cukup cuma ngomong. Aku harus lakukan sesuatu supaya anak itu gak deket-deket lagi sama cucuku.”
Ranika mulai curiga. “mama mau lakukan apa? Jangan yang aneh-aneh”
Mona mendekat, suaranya diturunkan, tapi nadanya tetap dingin dan tegas. “Ikut aku ke rumah sakit nanti malam.”
Ranika menatap ibunya dengan alis mengernyit. “Kita mau ngapain?”
Mona menatap tajam. “Diam… dan ikuti permainan mama.”
***
Malam itu, Mona dan Ranika diam-diam pergi ke rumah sakit. Langkah mereka cepat namun waspada, sesekali Ranika menoleh ke belakang dengan perasaan tak tenang.
“Kita mau ngapain sih, Ma?” tanya Ranika dengan nada gelisah.
“Aku mau buat anak itu sadar dan segera pergi dari hidup anakmu, Ranika,” sahut Mona dingin.
Ranika menggigit bibirnya. Lorong rumah sakit terasa begitu sunyi dan mencekam. Lampu-lampu yang menyala remang membuat bayangan di dinding tampak panjang dan mengerikan.
Di sisi lain, Anand masih terus mencoba menemui Mikha. Berkali-kali Mikha berusaha menjauh, tapi Anand tak pernah menyerah.
“Mikha… bisa nggak kita jangan putus? Aku nggak bisa kehilangan kamu…” Anand memohon.
“Aku udah nggak cinta lagi sama kamu, Anand,” jawab Mikha tegas tanpa menatap matanya.
“Kamu bohong, Mikha. Siapa yang udah mengancam kamu? Kamu bisa bilang ke aku. Apa nenekku yang mengancammu?”
“Nggak ada hubungannya sama keluarga kamu,” jawab Mikha cepat.
“Mikha, aku nggak bisa. Aku mohon…”
“Tolong jauhi aku, Anand! Aku nggak mau nikah sama kamu!” teriak Mikha, matanya mulai berkaca-kaca.
Anand mencoba menarik tangannya, namun Mikha segera menepis dan menampar wajah Anand.
“Sudah kubilang jauhi aku, Anand!”
Anand terdiam. Tamparan itu bukan hanya di pipinya, tapi juga di hatinya. Ia bisa melihat bahwa Mikha kini memandangnya dengan kebencian.
Dengan berat hati, Mikha berjalan kembali ke kamar rawat neneknya. Namun langkahnya terhenti saat dua sosok perempuan berlari keluar dari ruangan dan menabraknya.
“Siapa kalian?” tanya Mikha kaget.
Namun kedua perempuan itu tidak menjawab, mereka berlari dengan cepat menghilang di lorong.
Panik, Mikha segera masuk ke kamar neneknya. Dan saat itulah dunia seakan runtuh.
Neneknya terbaring tak bergerak. Selang oksigen telah dilepas. Sebuah bantal tergeletak di lantai.
“Nenek!!!” Mikha berteriak histeris, tubuhnya lemas seketika.
“Tolooong!! Tolong nenekku!!” jeritnya sambil menangis keras.
Anand dan beberapa perawat segera masuk ke dalam ruangan dan melihat Mikha menangis sambil mengguncang tubuh neneknya.
“Tolong selamatkan nenekku!! Tolong!!” ucap Mikha dengan napas tersengal.
Namun semuanya terlambat.
Nenek Mikha telah kehilangan nyawanya.
Mikha menjerit sekuat tenaga. Hatinya hancur. Dunianya runtuh. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar sendirian.
***
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
eps 1 udh menguras tenaga sekale