NovelToon NovelToon
(Boy)Friendzone

(Boy)Friendzone

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizca Yulianah

Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makhluk Langka

Kama yang sedang menunggu gelisah semakin di buat tak tenang saat dia melihat jam tangannya. Sudah setengah jam Hara pamit pergi ke toilet.

"Apa jangan-jangan dia kabur?" Gumam Kama panik sendiri. Dia menempelkan jari telunjuknya di kening, mencoba berpikir.

Memang terasa aneh orang yang susah di tebak seperti Hara bisa langsung mengiyakan ajakannya untuk memulai hubungan friendzone.

Kama semakin tak tenang, kakinya menghentak-hentak gelisah.

"Akh!!" Kama mendengus kesal, dia memutuskan akan menyusul Hara ke toilet daripada harus menerka-nerka dengan gelisah di sini.

Namun baru saja berbalik badan, Hara sudah kembali masuk ke dalam bilik.

"Lama amat" Gerutu Kama kesal.

"Iya sekalian dari mushollah tadi" Jawab Hara santai.

"Ngapain?" Tanya Kama bingung.

"Sholat" Hara menjawab dengan wajah bingung. Memangnya apa lagi yang bisa di lakukan di mushollah.

"Oh" Kama mengangguk paham. Tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang rajin beribadah seperti Hara.

Setau dirinya, di KTPnya memang tertulis islam sebagai keterangan agamanya, tapi dia sama sekali tidak mencerminkan agama itu sendiri, malah lebih terkesan atheis.

Dia di besarkan di lingkungan yang sama sekali tidak mendukung pendidikan agamanya. Baik dalam keluarga, sekolah maupun circle pertemanannya.

"Jadi mau makan di mana?" Tanya Kama mengubah topik. "Disini aja lah ya?"

"Jangan deh pak, mahal" Jawab Hara berjalan menghampiri kursinya, hendak mengambil ranselnya.

"Tenang aja it's on me (aku yang traktir)" Jawab Kama santai. Namun reaksi Hara kembali membuatnya terkejut.

"Nggak deh pak, kita split bill (bayar sendiri-sendiri) aja, dan disini terlalu mahal buat saya" Tolak Hara yang sudah menyangklong tas punggungnya.

"Tapi..." Baru saja Kama akan mendebat, Hara sudah memotong ucapannya.

"No drama, right?" Hara berbalik badan dan berlalu pergi begitu saja.

"Damn!!" Maki Kama sembari meninju udara. Sepertinya dia salah memilih targetnya.

Hara seperti makhluk luar angkasa baginya, kebanyakan perempuan selalu merasa membayar makan pada kencan mereka adalah kewajiban laki-laki. Tapi lihat Hara sekarang, malah marah karena Kama akan mentraktirnya.

"Tunggu Hara" Teriak Kama sambil berlari menyusul Hara yang sudah sampai di depan pintu restoran.

"Permisi Pak" Langkah Kama di cegat oleh pelayan restoran, dengan tergopoh-gopoh dia menghampiri Kama.

"Ini tadi pesanan dari bilik lima minta di take away seluruhnya, dan di bagi menjadi empat, yang dua tadi sudah di ambil, ini yang dua lagi" Pelayan tersebut mengangsurkan dua buah bungkusan tas kertas berisikan set makanan jepang.

Kama meraihnya dengan kasar dan berlalu begitu saja tanpa mengucapkan apapun, meninggalkan pelayan tersebut dalam ekspresi kebingungan.

"Tunggu Hara" Kama meraih tangan Hara setelah berhasil menyusulnya yang sudah lumayan jauh.

"Loh kenapa nyusulin?" Tanya Hara bingung.

"Kenapa nyusulin?" Ulang Kama dengan menggeram. Benar-benar sudah tak habis pikir dengan sikap Hara.

"Katanya bapak mau makan siang di sana aja, ini saya mau cari makan di luar mall" Jelas Hara dengan wajah datar tanpa merasa bersalah.

"Lo..." Kama menggaruk kepalanya dengan kasar. "Bukannya lo marah dan berharap gue nyusulin lo buat nurutin mau lo nyari makan di tempat lain?" Cecar Kama kesal.

"Nggak tuh" Hara mengedikkan bahunya. "Kan terserah bapak mau makan di mana, dan terserah saya mau makan di mana" Lanjut Hara santai.

"W-what?" Kama memutar matanya. "Kan kita mau kencan hari ini" Dia mengingatkan Hara tentang rencana mereka.

"Iya, terus?" Hara malah balik bertanya bingung dengan pernyataan Kama.

"Ya terus batal gitu kencannya?" Geram Kama kesal juga lama-lama.

"Kenapa harus batal? Kan bisa kencan abis makan, nanti ketemuan di mana gitu" Jawab Hara santai.

What the fucking hell!

Kama yang sudah akan meledak itu menghela napas panjang. Dia benar-benar berurusan dengan kebalikan dari kebanyakan wanita. Sia-sia saja kemampuannya dalam membaca wanita. Pantas saja pesona Kama tidak mempan, Haranya saja aneh begini.

"Ok deh" Kama menjawab dengan desahan pasrah. "Terserah lo mau makan di mana, gue ngikut aja"

"Gitu?" Hara bertanya menuntut keyakinan dari ucapan Kama. Dan Kama hanya bisa mengangguk dengan menahan emosi.

Pantes putus.

Mungkin ini alasan ketidakcocokan antara Nael dan Hara. Begitulah tebakan sementara Kama.

Mereka pun berjalan beriringan menuju lift. Kama yang masih kesal itu pun kemudian melingkar lengannya ke pundak Hara, dan syok sendiri mendapati Hara yang biasa saja di rangkul olehnya.

"Makan di mana nih?" Tanya Kama membuka pembicaraan.

"Apa ya?" Hara terlihat sedang berpikir. "Mie ayam aja enak kayaknya"

"Lo suka mie ayam?" Tanya Kama penasaran, seperti apa sesungguhnya Hara itu.

"Nggak juga sih, saya nggak pilih-pilih makanan" Jawab Hara santai, mereka sudah tiba di depan lift. Hara menekan tombolnya dan menunggu lift datang.

"Udah?" Tanya Kama dengan bingung, membuat Hara menoleh ke arahnya. "Gitu aja?" Tanyanya dengan menaikkan alisnya. Hara yang tidak mengerti maksud Kama itu hanya memincingkan matanya seolah bertanya "apa lagi?"

Kama menghela napas dengan kasar, "Lo nggak pengen tanya balik gitu kalau gue sukanya apa?" Tanya Kama dengan menahan geraman.

"Nggak" Hara menggeleng jujur. Kejujuran yang justru membuat Kama mendidih.

Serasa senjata makan tuan, Kama yang dulu tidak suka di tanya-tanya oleh pasangan friendzone-nya sekarang malah merasa kesal karena tidak di tanya-tanya. Sungguh karma yang sangat ironis.

Benar-benar butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi makhluk bernama Hara.

Ting

Suara pintu lift yang terbuka membuat Hara dan Kama sedikit menyingkir ke samping, mendahulukan orang-orang yang keluar dari lift.

Setelah mereka semua keluar, dan hanya menyisakan lima orang di dalam, Hara dan Kama kemudian masuk ke dalam lift.

Kama menuntun Hara ke pojok belakang, karena tujuan mereka adalah lantai satu, dan masih ada lima lantai lagi yang harus di lewati. Jadi mereka tidak perlu bolak balik memberi jalan kalau ada yang akan naik turun di lantai selanjutnya.

Di hadapan mereka ada sepasang muda mudi yang sedang asyik bercanda, tangan si cowok melingkari pinggang si cewek.

Hara memandangnya, menerka-nerka apakah mereka berdua adalah sepasang kekasih atau hanya berteman seperti dirinya dan Kama saat ini.

"Mikirin apa sih?" Bisik Kama lirih tepat di telinga Hara.

"Nggak" Jawab Hara singkat, namun matanya terus terpaku pada pasangan yang ada di depannya. Kama mengikuti arah pandangan Hara.

"Ooh" Kama mengangguk paham, dia pun mengikuti cowok yang ada di depannya, ikut melingkarkan tangannya di pinggang Hara.

Hara menoleh ke arahnya, dengan mata melotot. Kama yang mengira Hara syok karena tidak menyangka dia bisa membaca pikiran Hara itu pun tersenyum puas.

"Ngapain pak?" Desis Hara.

"Bukannya lo pengen kayak mereka?" Tanya Kama penuh percaya diri.

"Nggak.sama.sekali" Hara menekankan setiap kalimatnya dengan tegas, masih dengan mata yang mendelik penuh emosi.

"Lepas nggak?" Desisnya ketus. Membuat Kama langsung menarik tangannya dari pinggang Hara.

"Sorry sorry" Pintanya cepat. Dan segera menjauh dari Hara.

Kama menghela napas kesal. Sungguh orang yang rumit sekali.

Pintu lift terbuka di lantai lima, kali ini banyak orang yang mengantri. Seolah tak ingin membuang waktu, mereka semua merangsek masuk. Membuat Kama yang semula berjarak dengan Hara kini harus menyingkir semakin ke belakang.

Para manusia-manusia itu seakan tak peduli dengan ruangan kecil bernama lift itu yang jelas-jelas memiliki batasan penumpang, mereka terus saja menjejalkan diri di dalamnya.

"Jangan dorong-dorong" Terdengar suara orang menggerutu sambil mundur kebelakang, tak memperhatikan bahwa di belakangnya juga telah penuh sesak.

Kini posisi Hara dan Kama tidak lagi bersebelahan, melainkan saling membelakangi. Hara tepat berada di depan Kama.

"Udah udah stop, jangan masuk lagi, nggak muat nih" Keluhan demi keluhan mulai terdengar.

"Itu mas-mas yang dekat pintu, tutup aja udah" Gerutu yang lain lagi dan orang terdekat dengan pintu lift segera menekan tombol tutup agar tidak ada lagi yang masuk.

Hara merasakan sesuatu menyentuh pundaknya, dia melirik ke samping dengan ekor matanya. Rupanya itu adalah dagu Kama yang kini bersandar padanya.

"Sempit" Bisik Kama lirih saat tau Hara meliriknya.

"Hmm" Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Hara.

Perasaan bahagia kembali memenuhi perut Kama melihat Hara tidak menolak perlakuannya.

"Nanti pul..." Baru saja Kama ingin memulai percakapan, Hara sudah bergerak-gerak tak mendengarkannya.

Kama melirik dengan matanya, gerakan tangan Hara yang berusaha merogoh saku celananya. Rupanya dia mencari ponselnya. Agak sedikit sulit bergerak di tengah ruangan sempit yang penuh sesak ini.

"Biar gue ambilin" Bisik Kama mencoba membantu.

"Di saku kanan ya" Di luar dugaan Hara sama sekali tak menolak saat tangan Kama mulai merogoh saku celananya.

Setelah mendapatkan ponsel Hara, Kama melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Hara, sembari menunjukkan ponsel Hara yang menyala.

"Password-nya berapa?" Tangan Kama yang bebas seperti menjadi tangan pengganti untuk Hara.

"282517" Sekali lagi, di luar dugaan Hara malah lebih terbuka untuk hal-hal yang justru Kama anggap privasi. Sungguh sangat mindblowing.

Kama mengetikkan password tersebut di ponsel milik Hara dan segera layarnya terbuka. Menampilkan, lagi-lagi, foto artis korea yang sama dengan yang menjadi background layar laptopnya.

"Ada WA nih" Kama seperti memberitahukan keadaannya pada Hara meskipun dia tau Hara juga pasti sedang melihat ponselnya saat ini. "Mau di buka nggak?" Tawarnya asal. Tidak mungkin kan Hara mengiyakan begitu saja, bukankah membaca pesan orang lain itu tidak sopan dan melanggar privasi.

"Iya bukain" Kama mendelik begitu mendengar jawaban Hara.

"Nanti gue jadi ikutan ngebaca loh" Ujar Kama memastikan.

"Iya nggak papa" Hara menjawab santai.

Nih cewek otaknya bener-bener gesrek atau gimana?

Kama yang hanya menuruti saja permintaan Hara itupun mengklik pesan yang muncul, dan kemudian terbukalah pesan yang di kirimkan oleh nomor yang tidak terdaftar di kontak Hara.

Mbak Hara ini aku Nisa, di save ya nomor ku.

"Oke" Bisik Hara seakan membalas pesan tersebut.

"Mau di balesin?" Tawar Kama.

"Nggak usah nanti aja saya bisa save sendiri" Hara menggelengkan kepalanya. Namun baru saja Kama hendak keluar dari aplikasi pesan milik Hara, sudah muncul lagi pesan baru dari Nisa.

Kali ini dia sedang mengirim foto selfi dirinya sedang berada di dalam mobil, menampilkan Nael yang sedang menyetir di sebelahnya.

Kejebak macet nih mbak Hara

Begitulah caption yang menyertainya. Kama sedikit memiringkan dagunya yang menempel di pundak Hara, agar dia bisa melihat bagaimana ekspresi Hara saat melihat foto mantannya bersama wanita lain.

"Oke" Bisik Hara lagi. Membuat Kama mengerutkan keningnya.

"Di bales oke gitu?" Tanya Kama bingung.

"Nggak perlu" Geleng Hara kembali.

"Terus maksudnya oke apa?" Kama menurunkan ponsel Hara dari pandangan mereka dan kemudian melingkarkan kedua tangannya di pinggang Hara.

"Ya gak ada maksud apa-apa?" Bisik Hara.

Kama di buat keheranan dengan sikap Hara, karena pada umumnya cewek akan mencak-mencak begitu melihat foto mantan mereka dengan wanita lain.

"Nggak marah gitu?" Tanya Kama penasaran, dia masih saja memandangi wajah Hara dari balik bahunya.

"Nggak juga" Balas Hara yang kini sudah menatap lurus ke depan, tanpa ekspresi.

"Terus?" Kejar Kama.

"Nggak tau" Hara mengedikkan bahunya dan kemudian menghela napas. "Udah mau sampai" Hara menggoyangkan pundaknya tempat Kama bersandar.

Dia kemudian mengambil ponselnya dari tangan Kama dan memasukkannya kembali ke dalam saku celana.

Kama mengangkat dagunya dan menatap sekeliling, ternyata lift sudah hampir kosong, hanya menyisakan tiga orang termasuk dirinya dan Hara.

Kama mengernyit heran, kenapa waktu rasanya cepat sekali berputar saat dia bersama Hara. Bagaimana dia bisa tidak sadar kalau orang-orang sudah pergi.

Setelah pintu lift terbuka, Hara dan Kama kemudian melangkah keluar. Kama kembali merangkulkan tangannya di pundak Hara.

Dia masih memikirkan dimensi waktunya bersama Hara tadi. Benar-benar luar biasa bagaimana Hara bisa sebegitu mengalihkan perhatiannya pada keadaan sekitar.

Mendadak bayangan dirinya memeluk Hara kembali terlintas, dan kebahagiaan sekali lagi membuncah dalam perutnya mengetahui bahwa Hara tidak menolak pelukannya dari belakang bahkan setelah lift sudah sepi dan longgar.

Hara dan Kama melangkah keluar dari mall, menyusuri pinggir jalan, tempat warung-warung tenda penjual kaki lima berjejer.

"Nggak ada mie ayam" Kama ikut mengedarkan pandangannya mencari makanan yang di maksud Hara tersebut.

"Iya lagi" Hara terlihat kecewa karena dia menghela napas dan terlihat lesu.

"Pengen banget makan mie ayam?" Tanya Kama iba.

"Nggak juga" Jawab Hara dengan wajahnya yang memincingkan mata, menahan teriknya sinar matahari siang.

"Terus kenapa lesu begitu?" Tanya Kama bingung.

"Ya jadi rugi aja gitu waktu sama energi yang kebuang buat jalan dari lantai atas sampai ke sini" Jelas Hara dan kemudian berbalik badan, kembali menuju ke area mall.

Kama menjatuhkan rahangnya demi mendengar alasan di luar nalar dari Hara. Baru kali ini dia melihat seseorang berwajah lesu bukan karena tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan melainkan hanya karena waktu dan energinya yang terbuang sia-sia.

"Ra tunggu" Hara yang sudah beberapa meter di depannya itu sama sekali tak menoleh.

"Buruan, panas" Jawabnya setengah berteriak namun terus saja melangkah meninggalkan Kama.

Begitu memasuki kembali lobby mall, Hara dan Kama sudah di sambut dengan puluhan cafe yang ada di dalamnya. Wangi aroma kopi, roti dan aneka dessert yang manis segera menyerbu indera penciuman mereka.

Hara mengedarkan pandangannya, begitu juga Kama, mengikuti tindakan Hara. Kama tidak bisa begitu saja memberikan usul atau memutuskan cafe mana yang sebaiknya mereka masuki, selain karena alasan Hara adalah makhluk langka, Kama juga tidak tau apa dessert kesukaan Hara.

"Biasanya kalau meeting di luar pas makan siang gitu makannya gimana?" Penasaran kenapa Hara tidak ingin di traktir olehnya, padahal urusan mereka adalah urusan bisnis.

"Biasanya sih perusahaan bapak yang bayar, karena mereka yang ngundang" Jelas Hara yang masih saja berjalan tak tentu arah menyisir sederet cafe.

"Nah kenapa tadi nggak mau makan di sana aja, kan perusahaan gue yang bayar" Kama jelas saja jengkel dengan jawaban Hara, karena sikap rumit Hara membuat mereka membuang-buang waktu begini.

"Kemarin itu janjiannya nggak di sini" Hara berbelok menuju sebuah gerai yang menjual aneka roti terkenal, bread and talk.

Kama yang berusaha mengimbangi langkah cepat Hara itu pun menghela napas kesal.

Mereka memasuki toko tersebut, Hara berjalan menuju tempat nampan berada, mengambilnya dan kemudian berjalan menyusuri deretan roti dan aneka kue yang terpajang.

"Memang di mana janjiannya?" Tanya Kama kesal.

"Di Luxe cafe di sunshine" Jawab Hara santai, matanya memindai setiap roti yang terhampar di hadapannya, dengan capitan yang dia mainkan di tangannya.

"Kalau di sana mau di traktir?" Tanya Kama heran, berusaha mencari korelasi antara cafe di sunshine dengan restoran jepang yang ada disini. Mungkin saja cafe yang di sunshine adalah favoritnya.

"Kalau disana harganya masih terjangkau" Jelas Hara, kali ini dia memutuskan mengambil pizza slice dengan banyak lelehan keju Mozarella di atasnya. "Mau nampan sendiri-sendiri atau jadi satu?" Tawar Hara kepada Kama.

"Jadi satu aja, samain semua" Jawab Kama malas. Rasa laparnya sudah jauh pergi karena memikirkan sikap Hara yang selalu antimainstream.

Hara mengambil lagi sepotong pizza slice milik Kama dan menaruhnya di samping milik Hara.

"Terus apa bedanya, kan sama-sama di traktir?" Kama mengikuti langkah Hara yang terus menyusuri rak-rak makanan.

"Nggak enak aja kalau biaya meeting-nya habis tiga kali lipat dari biasanya" Jawab Hara yang saat ini sedang mengambil roti dengan banyak taburan keju parut di atasnya. Kali ini tanpa bertanya lagi dia mengambil dua potong sekaligus.

"Lo takut perusahaan gue keluar uang banyak buat meeting di luar?" Kejut Kama tak percaya.

Hara hanya mengangguk namun tak menatap Kama yang saat ini tengah berbinar menatap ke arah Hara.

What a crazy girl and now i'm totally smitten with her! (Gadis gila! Dan sekarang aku benar-benar terpesona padanya!)

"Hey girl" Kama merangkulkan tangannya lagi ke pundak Hara. "May i call you bae? (Boleh nggak aku panggil kamu sayang?)"

Hara menoleh menatap Kama, untuk sesaat pandangan mereka saling terkunci.

"Apa itu nggak berlebihan?" Tanya Hara heran.

"Nggak juga sih" Kama tersenyum girang, tidak ada kata penolakan dari Hara, bertanya balik artinya Kama hanya perlu memberikan alasan yang masuk akal.

"Kayak kamu panggil temen kamu beb, atau say atau cin, like that (seperti itu). Wajar kan?" Jawab Kama mengerlingkan matanya.

Hara terlihat sedang berpikir dan menimbang-nimbang. Dirinya dan sinta tidak pernah memanggil begitu satu sama lain, tapi Hara sering mendengar anak-anak yang lain melakukan itu dengan Sinta.

"Oke" Hara mengedikkan bahunya, tanda tak masalah dengan panggilan bae dari Kama untuknya.

"Yas!!" Kama mengepalkan tangannya yang bebas.

Hara hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap Kama, apa panggilan itu begitu membuatnya senang?

Hara berjalan menuju meja kasir dan meletakkan nampannya untuk kemudian di hitung oleh Kasir yang bertugas.

"Ada lagi?" Tanya kasir itu sopan.

"Ya cappucino" Jawab Hara dan kemudian menoleh ke arah Kama. "Sama?" Tanyanya.

"Hmm" Kama menganggukkan kepalanya, tanda setuju.

"Baik totalnya jadi..."

"Maaf kak, split bill" Hara buru-buru memotong ucapan kasir itu sebelum dia mencetak struknya.

"Ya kak?" Kasir itu melolong bingung menatap Hara dan Kama bergantian.

Baru kali ini dia melayani pasangan muda mudi yang meminta split bill. Padahal dalam pandangan matanya mereka tidak terlihat sedang bertengkar dan malah Kama sedang merangkul pundak Hara dengan bahagia.

Kama meringis sungkan mendapat tatapan kebingungan dari kasir tersebut, dan segera melepaskan tangannya dari pundak Hara. Lalu dengan kikuk mengangguk sebagai tanda mengiyakan ucapan Hara barusan.

Fuck!!

Harga dirinya serasa jatuh merosot ke dasar inti bumi, wajahnya merah padam menahan malu seolah-olah dia tidak mampu membayar makanan mereka.

Makhluk langka sialan

1
ArianiDesy
Buat Neil jgn balikan lagi sama Hara deh,kan kamu yg buang Hara,,,
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
ArianiDesy
O.o.... apakah bakalan bucin duluan ini pak Kama😁😁😁😁
ArianiDesy
ohhh,ini toh tugas negara nya😁😁😁...
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
ArianiDesy
wkwkwkwkwk.....
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ArianiDesy
Pengen ngakak deh sama Kama,pinter bener ngakalin Hara...
aku bakalan nungguin kamu yang bucin duluan sama Hara😁😁😁
ArianiDesy
Aku dukung deh pak Kama,gaass kan ngedeketin Hara 😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Jangan kan Kama,aku saja ngga sabar nunggu besok mereka ketemuan😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Emang belum sih,tapi Otw punya cowok Hara nya,Nael😁😁😁😁😁
ArianiDesy
wkwkwkwkwk....
tiba-tiba banget Pak Polici kirim buket bunga pagi' 😁😁😁😁😁
ArianiDesy
pengen ngakak lihat kelakuan Kaman sama Hara ini🤣🤣🤣
ArianiDesy
Kasihan juga sih ya sama Kama,gimana dia ngelawan rasa trauma nya bikin ikutan sakit😔...
tapi kenapa tiba-tiba Hara telp ya????
ArianiDesy
Hara emng dari kampung tapi tidak kampungan loh,termasuk berada apa nggak menyesal itu Kama ngejudge Hara sampai segitunya🙄🙄🙄
ArianiDesy
Masih dendam aja kamu,Kama🙄🙄
ArianiDesy
Hara baik banget maw ngajarin anak' belajar 🥰🥰🥰🥰
ArianiDesy
Emng harus perang urat dulu ya baru mereka dekat, Thor 😁😁
Rizca Yulianah: sabar bestiiii, gak tau kenapa skr pikiran ku kalau ceritanya ujuk2 jatuh cinta terus sama2 jadi kayak aneh, gak relate sama isi kepala yang udah banyak pikiran 😂
total 1 replies
ArianiDesy
Thor,,,nggak pingin double up gitu 😁😁, sebenarnya nggak terlalu suka sama yang on going tapi aku dah terlalu cinta sama ni novel😍😍😍😍
Risa Amanta
TK aamiini Git
Risa Amanta
serius kama ini seorang polisi...???
Risa Amanta
pesona laki2 tukang celup buat apa..hhiiii.. ngeriii
Risa Amanta
sabar Hara..laki2 masih banyak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!