Pernah dengar orang bilang tidak ada yang namanya pertemanan antara laki laki dan perempuan. Percaya nggak sihh? Bingung juga yaa. Banyak yang bilang kalau laki laki dan perempuan berteman tuhh, pasti salah satu dari mereka memendam rasa suka. Bener nggak sih?
Salma dan Nathan bakal jawab itu semua. Ikuti terus ceritanya yaa😉.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenni Dea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Dengan mata terbelalak juga pipi yang merah merona, Salma berguling guling di kasur. Entah apa yang tengah Salma rasakan saat ini. Jantungnya berdebar sangat kencang.
"Ya Tuhan, rasa apa ini"ujar nya sambil terlentang di ranjang.
Tangannya memegangi jantungnya, dengan otak yang masih memikirkan perkataan Nathan. Namun belum berhenti rasa kaget Salma, kini sudah di kagetkan lagi dengan suara ketukan pintu.
"Siapa?"tanya Salma dari kamar. Dan ternyata sang mama yang mengetuk pintu.
Salma segera bangkit dari ranjang, merapikan sedikit penampilannya yang berantakan akibat berguling guling di kasur sebelum akhirnya membukakan pintu.
"Ada apa ma?"tanya Salma tersenyum.
"Nggak apa apa, kamu udah baikan?"tanya Heni balik.
"Hahh,, udah kok ma"jawab Salma.
"Bener? tapi kok pipi kamu masih merah gitu, kamu masih sakit"ujar Heni sedikit khawatir. Bahkan tangan Heni terangkat menyentuh dahi Salma.
"Nggak panas kok"heran Heni.
"Salma udah nggak apa apa ma"jelas Salma.
"Tapi wajah kamu merah gitu"ujar Heni.
"Hahh,, e_anu ma, AC kamar aku matiin ma, jadi agak panas aja"kilah Salma.
"Ya udah kalau gitu, mama ke bawah dulu"pungkas Heni seraya meninggalkan Salma.
Salma pun menghela nafas lega saat sang mama meninggalkannya. Tangan Salma meraba wajahnya yang sang mama kata merah.
"Emang semerah apa sihh "ucap Salma bertanya tanya. Bahkan kini Salma berdiri di depan kaca melihat wajahnya yang katanya merah.
"Hahh,, ternyata beneran merah gini, pantes mama penasaran"gumam Salma.
.
.
.
Di tempat lain, Kenzie baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Ya, setelah Kenzie pulang dari club, dia yang keadaannya mabuk berat tak beranjak dari kamar tidurnya. Bahkan Kenzie juga tidak masuk sekolah. Beruntung orang tua Kenzie tidak ada di rumah. Jadi Kenzie bisa bebas.
Mata Kenzie menyipit menyesuaikan cahaya yang masuk. Tangannya terangkat memegangi kepala yang terasa pusing.
"Ssttt, pusing banget"gumamnya.
Mata Kenzie melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 4 sore. Dengan usaha yang keras Kenzie bangkit dari kasur. Bahkan dengan sempoyongan Kenzie berjalan menuju kamar mandi.
Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Kenzie terlihat lebih segar. Namun kepalanya masih sedikit pusing. Di tambah lagi perutnya yang lapar membuatnya semakin pening.
Dengan tangan yang sesekali memegangi kepala, Kenzie berjalan menuruni satu persatu anak tangga menuju dapur. Sampai di sana Kenzie segera membuka kulkas mencari sesuatu yang bisa dia makan.
Namun naasnya, kulkasnya tak ada apapun. Hanya ada beberapa kaleng minuman soda saja. Orang tua Kenzie memang jarang stok makanan karena memang keduanya sibuk. Apalagi saat di tinggal Kenzie juga selalu beli makanan secara online.
"Sial"keluh Kenzie.
Kenzie kembali ke kamar mencari ponselnya berniat memesan makanan. Namun sial tinggallah sial, ponselnya mati karena seharian tidak di cas.
"Karma apa gue sampe segininya"keluh Kenzie lagi.
Akhirnya, mau tak mau Kenzie harus pergi keluar mencari makan. Dengan sedikit sempoyongan, Kenzie mengendari motornya mencari tempat makan agar dirinya tidak mati kelaparan.
.
.
.
Di rumah Salma, sang papa baru saja pulang. Salma dan mamanya yang duduk di ruang tv pun menyambut hangat sang papa.
"Ma, nanti makan malam di luar aja ya, mama nggak usah masak"ucap Abimana pada Heni.
"Iya pa"sahut Heni tersenyum.
Abimana pun segera berlalu menuju kamarnya untuk mandi. Sedangkan Heni kembali menemani Salma di depan tv.
"Sal siap siap sana, papa ngajak makan di luar"ucap Heni memberitahu.
"Yes, oke ma"sahut Salma senang. Bahkan Heni sampai geleng geleng kepala melihat tingkah anaknya itu.
.
Tak selang lama kini Abimana, Heni dan Salma sudah siap untuk pergi. Dengan mengendarai mobil, keluarga bahagia itu melajukan mobilnya menuju restoran tempat biasa mereka makan.
Di dalam mobil Salma yang paling cerewet. Gadis itu banyak bercerita juga sesekali bercanda pada kedua orang tuanya. Abimana dan Heni pun juga sesekali tertawa mendengar celotehan anak semata wayangnya itu.
Tak terasa, mobil yang mereka kendarai sudah berhenti di parkiran restoran. Ketiganya keluar dari mobil dan berjalan beriringan masuk ke dalam restoran.
Setelah memesan dan mendapat tempat duduk, ketiganya kembali mengobrol santai. Namun di sela sela obrolan mereka, Heni melihat Kenzie disana sendirian.
"Sal, itu Kenzie kan"ujar Heni seraya menunjuk ke arah Kenzie. Salma pun melihat kearah di mana sang mama menunjuk.
"Ehh, iya ma, itu Kenzie"jawab Salma.
"Kok sendirian, kamu samperin gih, kasian"suruh Heni.
"Ihh, nggak ah ma, nggak mau"tolak Salma.
"Kenapa emang? kasian Sal dia sendirian makannya, samperin sana ajak gabung sama kita"paksa Heni.
Akhirnya mau tak mau Salma mengikuti perintah Heni. Dengan malas, Salma berjalan ke arah Kenzie.
"Ken"panggil Salma.
"Salma, loe disini juga"tanya Kenzie yang di angguki oleh Salma.
"Sama siapa?"tanya Kenzie.
"Papa sama mama, loe sendirian?"tanya Salma.
"Ehh, iya"jawab Kenzie.
"Emtt, kata mama loe di suruh gabung, daripada sendirian"ucap Salma mengutarakan hajatnya.
"Nggak usah, nggak enak malah ganggu loe sama keluarga loe"tolak Kenzie.
"Nggak kok, gabung aja"ujar Salma tersenyum kecil.
"Ayo"lanjut Salma.
Akhirnya Kenzie mengangguk. Salma dan Kenzie berjalan, bergabung di meja yang di tempati Abimana dan Heni.
"Malam om, Tante"sapa Kenzie.
"Malam Ken"jawab Abimana dan Heni bersamaan.
"Makasih ya om Tante, udah boleh gabung"ucap Kenzie tak enak hati.
"Nggak apa apa, daripada kamu sendirian"sahut Heni tersenyum.
Akhirnya mereka pun makan saat makanan yang mereka pesan sudah tiba.
TBC
ngak bagussss