NovelToon NovelToon
365 Day

365 Day

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Cinta Murni
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Erny Su

"Kau tidak punya pilihan lain selain menikah dengan ku Embun."ucap Alfaro.

Sementara gadis yang kini tengah menundukkan kepalanya itu tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Hanya karena satu peristiwa yang terjadi di malam kelahirannya gadis itu harus terjebak bersama seorang pria yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Embun masih terdiam sambil menatap kearah Alfaro saat mendengar kata-kata yang cukup menyayat hatinya. Bagaimana bisa Alfaro melakukan semua hal yang telah menyakiti dirinya dengan kedua anak mereka demi sang ibu semata.

Tidakkah dia tau bahwa mengabaikan anak dan istri pun adalah sebuah dosa besar, kita memang wajib untuk berbakti pada orang tua kita, tapi tidak sepenuhnya tanggung jawab itu diberikan pada mereka setelah seorang laki-laki berumah tangga.

Dan jika terjadi masalah antara mertua dan menantu, adalah kewajiban pasangan untuk bisa mendamaikan mereka dengan berbagai cara atau dengan mencari solusi terbaik untuk bisa membuat mereka akur atau kalau tidak pisahkan mereka dan tetap berbuat adil pada keduanya.

Tapi Alfaro bahkan tidak pernah mengambil jalan tengah selain memutuskan silaturahmi antara dirinya dan anak istrinya demi untuk berbakti pada kedua orang tuanya dengan menikahi wanita lain.

Dan kini setelah Embun dan anaknya jauh lebih baik, dia datang untuk meminta maaf dan dengan gampangnya bahwa dia akan kembali pada mereka bertiga.

"Maaf aku tidak bisa, mungkin untuk soal hubungan mu dengan anak-anak silahkan perbaiki asal jangan paksa mereka."ucap Embun lirih.

"Babe please, aku mungkin telah melakukan banyak kesalahan padamu. Aku mohon berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya"ucap Alfaro memohon.

"Aku sudah berulang kali memberikan kesempatan pada mu tuan, tapi semua itu kau anggap sebagai lelucon aku minta maaf untuk kali ini kesempatan itu sudah berakhir."ucap Embun.

"Babe please."ucap Alfaro.

Alfaro pun berlutut di hadapan Embun, dia tidak pernah bisa menerima semua kekalahan ini rasanya lebih baik mati daripada harus kehilangan cinta nya untuk selamanya.

"Babe kamu tau aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak berdaya untuk menentang keputusan kedua orang tua ku, dan aku berusaha mempertahankan apa yang aku miliki demi masa depan kita semua."ucap Alfaro.

"Tapi kenapa caranya harus seperti itu,kau bahkan tidak pernah bertanya kabar atau pun sekedar menjenguk anak mu, Hugo saja yang tidak memiliki ikatan darah dia selalu datang menyempatkan waktu untuk menemui mereka hingga ia mengalami kecelakaan maut saat terakhir kalinya dia datang menemui mereka dan hingga kini mayatnya tidak pernah ditemukan. tapi kamu yang merupakan ayah biologis mereka kamu bahkan tidak pernah peduli dengan mereka."ucap Embun.

"Maafkan aku babe."ucap Alfaro.

"Dua puluh tahun bukan waktu sebentar, aku bahkan harus berulang kali menjelaskan bahwa mereka tidak ditakdirkan untuk hidup bersama mu karena banyak faktor, dan setiap kali Dilara atau Damian sakit yang datang padanya bukan ayah kandung nya melainkan Hugo dan kakek angkat nya."ucap Embun yang kini bercucuran air mata saat membayangkan tahun-tahun tersulit yang ia jalani belasan tahun lalu.

"Sekarang mereka sudah dewasa, mereka sudah bisa mengerti akan semua yang terjadi. Jadi jangan salahkan aku jika mereka membenci mu karena kamu yang menanamkan kebencian padanya."ucap Embun.

"Aku pantas dibenci babe dan aku tidak akan pernah menyalahkan mu untuk apapun, tapi aku mohon berikan aku kesempatan untuk bisa kembali bersama kalian untuk bisa memperbaiki semuanya meski semua ini terlambat."ucap Alfaro.

"Daddy."lirih Dilara yang kini membuka mata.

"Daddy disini sayang."balas Alfaro.

"Aku sakit."lirih Dilara.

"Mana yang sakit princess biar daddy obati."ucap Alfaro yang langsung bangkit dan menghampiri Dilara.

"Disini" tunjuk Dilara kearah dada sebelah kiri nya.

"Daddy akan panggilkan dokter."ucap Alfaro yang hendak menghubungi dokter dengan sebelah tangannya mengusap-usap puncak kepala putrinya.

"Segera panggilkan dokter putriku sedang tidak baik-baik saja."ucap Alfaro yang terlihat sangat khawatir.

Dia tidak sadar bahwa saat ini Dilara sedang menguji seberapa besar kasih sayang pria itu hingga dia tidak menyerah meskipun telah ditolak mentah-mentah oleh kakak dan ibunya.

"Sabar ya princess sebentar lagi dokter akan datang kemarilah daddy peluk agar kamu tidak terlalu merasa sakit."ucap Alfaro yang kini diikuti oleh Dilara yang kini merasakan pelukan hangat sang daddy meskipun dia tidak tau apa itu tulus atau tidak.

"Dad aku ingin daddy tetap bersama kami dan tidak lagi kembali pada mereka. Apa Daddy bisa melakukan itu?"ucap Dilara yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Alfaro.

"Dilara."lirih Embun yang kini seakan tak percaya dengan keadaan itu.

"Daddy akan melakukan apapun untuk kalian mulai saat ini."ucap Alfaro.

"Daddy serius?"tanya Dilara sambil mendongak menatap Alfaro menunggu jawaban.

"Al lepaskan putriku."ucap Embun yang terlihat tidak suka dengan itu.

Alfaro langsung mengiyakan permintaan Dilara. Dan Embun tidak langsung percaya dengan itu karena dia sudah sering diberikan janji-janji nya tapi tetap berakhir saat Alfaro berubah keputusan.

Entah apa yang ada di pikiran Dilara saat ini, entah memang dia merindukan sosok ayah, atau karena ingin menguji Alfaro yang kini terlihat sangat serius itu.

Alfaro pun sudah membawa Dilara pulang ke rumah mereka dulu, tepatnya rumah Embun bersamanya saat mereka masih bersama dulu.

Setelah lebih dari dua puluh tahun lamanya mereka meninggalkan rumah tersebut. Tapi rumah itu masih terlihat sangat bersih dan terawat, tapi jauh lebih luas dari sebelumnya dan ada ruangan khusus untuk bersantai di atas roof tops.

"Dad ini rumah siapa?"ujar Dilara bertanya.

"Rumah kita princes mulai sekarang kita akan tinggal di sini."ucap Alfaro.

"Mam, ayo pulang untuk apa kita datang kesini."ucap Damian.

"Sayang Mama tidak tau tapi Dilara ingin ikut dengan nya."ucap Embun yang masih belum bisa memaafkan pria yang kini menatap lekat wajah nya.

"Babe, bukan hanya putri kita, tapi aku dan kamu juga putra kita yang akan berada disini untuk selamanya."ucap Alfaro.

"Mam aku ingin tinggal di dekat daddy."ucap Dilara.

"Dia bukan"

"Cukup babe, tolong jangan keras kepala. jika saja bisa aku tidak akan pernah melakukan kesalahan fatal seperti dulu."ucap Alfaro.

"Tapi aku hanya manusia biasa."ucap Alfaro lagi.

"Aku tidak berharap kamu menafkahi kami, tapi setidaknya kau bisa mengakuinya di hadapan semua orang kala itu, tapi apa yang kamu lakukan kamu bahkan membiarkan ibumu menghina mereka didepan umum."ucap Embun yang kini berapi-api.

"Aku tidak ada mengakui mereka didepan keluarga ku demi keselamatan mereka babe, dan saat mommy melakukan itu aku sedang berada di mobil untuk meeting penting."ucap Alfaro menjelaskan.

"Keselamatan mereka, heh... itu adalah alasan konyol."ucap Embun.

"Terserah kamu mau percaya atau pun tidak babe yang jelas aku tidak pernah melupakan kalian dan seperti janji ku dulu aku akan kembali setelah dia pergi."ucap Alfaro.

"Lalu bagaimana dengan istri mu?"ucap Embun.

"Kami sedang dalam proses perceraian."ucap Alfaro tegas.

...🪵🪵🪵...

Perdebatan itu berakhir dengan kesempatan terakhir yang diberikan oleh Damian pada Alfaro untuk kebahagiaan adik dan juga ibunya yang selama ini menderita karena perpisahan tersebut meskipun Embun tidak pernah memperlihatkan itu.

Alfaro sedang berada di ruang makan bersama putri dan putranya sementara Embun sedang berada di dapur bersama dengan pelayan yang kini membantu menyiapkan makan malam.

Embun memasak sambil sesekali memperhatikan suasana dapur yang sudah dua puluh tahun ia tinggalkan sejak ia memutuskan untuk pergi.

Rasa sedih pun kembali Embun rasakan saat ia melihat bayangan kebersamaan antara dirinya dengan Alfaro pria yang sangat ia cintai selama ini yang membuat dia berada di dalam kegelapan yang mencekam setelah penerang hidup nya memutuskan untuk meninggalkan dirinya karena restu orang tua.

Ditambah lagi Alfaro dituntut untuk menikah lagi dengan wanita pilihan mereka, sungguh tidak bisa dibayangkan seberapa sakitnya hati Embun saat itu.

Dia pun memilih untuk mengasingkan diri di luar negeri ketimbang tetap bertahan hidup dengan pria yang jelas-jelas tidak bisa memberikan kepastian.

Alfaro mungkin berkuasa untuk menentukan kemana arah dan tujuan rumah tangganya tapi siapa yang akan sabar mendampingi nya jika dihadapkan dengan masalah serius yang selama ini tidak pernah luput dari hidupnya.

"Nyonya semua sudah selesai?"ujar pelayan tersebut.

"Ah...maaf "ucap Embun yang tersadar dari lamunannya.

Embun pun langsung bergegas menuju meja makan dengan membawa dua menu sekaligus termasuk bubur untuk Dilara yang baru saja kembali dari rumah sakit setelah dokter memberikan ijin untuk pulang karena Dilara merengek minta pulang.

Alfaro pun terpaksa meminta dokter untuk mengijinkan putrinya pulang meskipun ada kekhawatiran tersendiri di hati Alfaro saat itu mengingat sakit yang dialami oleh putrinya itu tidak bisa diabaikan tapi Alfaro meminta dokter untuk terus memantau perkembangan kesehatan Dilara.

"Ahh rasanya sungguh malas makan bubur."ucap Dilara yang kini terlihat murung.

"Biar daddy suapi princess."ucap Alfaro dengan lembut.

"Biar aku saja Al."ucap Embun yang kini masih terlihat begitu dingin.

"Tidak babe kamu makan saja duluan, biar aku yang suapi putri kita makan."ucap Alfaro dengan lembut.

"Hmm..."lirih Embun yang kini merasa takut dengan apa yang akan terjadi nanti jika suatu hari Alfaro kembali meninggalkan mereka.

"Babe kamu tau tuan Nelson sudah tiada?"ucap Alfaro bertanya.

Embun terdiam sejenak, dia teringat akan ayahnya itu, sejak hari itu Embun tidak pernah lagi bertemu dengan ayahnya bahkan mereka tidak pernah bertukar kabar meskipun lewat sambungan telpon.

"Babe... maafkan aku seharusnya aku memberi

Air mata Embun tiba-tiba saja menetes saat teringat pada kehidupan nya di masalalu yang begitu membekas di hati dan jiwanya saat sosok seorang ayah tidak berkutik dihadapan keluarga nya.

Alfaro memang sangat mencintai dirinya, tapi cinta itu yang justru menjadi belenggu bagi hidup Embun yang selama ini tidak pernah berpindah kelain hati.

Dan kini setelah dua puluh tahun lamanya Alfaro kembali dalam kehidupan mereka bertiga Embun merasa bahwa hidupnya seperti lelucon bagi pria yang telah memberikan nya dua orang anak tersebut.

Alfaro pun kini menjelma menjadi sosok pria yang sangat bertanggung jawab dengan mengabulkan semua keinginan putrinya itu.

"Aku duluan."ucap Embun yang kini terlihat terburu-buru setelah ia selesai makan malam.

"Dilara kakak duluan masih ada yang harus diurus."ucap Damian yang kini bangkit dari duduknya karena dia ingin menyusul sang mommy yang tidak sedang baik-baik saja.

"Boy biar daddy saja yang menemui mommy mu."ucap Alfaro yang belum makan malam sama sekali.

"Dad, daddy belum makan malam."ucap Dilara dengan lembut.

"Tidak apa-apa sayang daddy bisa makan nanti."ucap Alfaro.

Alfaro pun kembali berkata."Habiskan bubur nya princess, daddy pergi dulu ya."ucap Alfaro lagi yang mendaratkan kecupan sayang di puncak kepala putrinya yang kini hanya mampu mengangguk kan kepalanya.

"Sudah puas."ucap Damian yang terlihat menatap tidak suka pada adik perempuan nya yang dia kira tengah berulah itu.

"Maaf kak, aku hanya tidak tega melihat keduanya saling menyiksa diri sendiri meskipun mereka saling mencintai."ucap Dilara jujur.

"Tapi apa kau bisa menjamin bahwa mama benar-benar akan bahagia setelah ini"ucap Alfaro.

"Semua itu butuh dukungan dan usaha dari kita kak, sudah cukup aku melihat air mata mama yang selalu menetes setiap kali mengingat kisah cinta nya dengan daddy."ucap Dilara yang kini menatap sendu kearah Damian.

"Anggap saja itu adalah sebuah kebenaran, lalu bagaimana jika suatu saat nanti daddy kembali berubah pikiran karena mereka pun bukan pertama kalinya rujuk setelah perpisahan, ingat saat kita masih kecil dulu daddy Hugo selalu berusaha untuk meyakinkan mommy untuk tidak lagi peduli pada masalalu yang menyakiti hati mama dan berusaha untuk membuka hati untuk yang lain, tapi mama tetap menolak karena dia berharap cintanya kembali meskipun dia sendiri tidak yakin bahwa mereka bisa kembali setelah perpisahan yang kesekian kalinya hingga saat kita lahir dan itu kembali lagi terjadi hingga saat ini setelah kita dewasa hal yang sama terulang lagi."ucap Damian mengingatkan Dilara.

"Aku janji ini yang terakhir kalinya dan aku tidak akan pernah membiarkan mama mengalami hal itu lagi. Bukankah nenek sihir itu telah pergi untuk selamanya?"ucap Dilara yang membuat Damian mengangguk pelan.

Sementara itu Alfaro kini tengah memeluk erat Embun yang terus berusaha untuk melepaskan diri darinya."Babe please maafkan aku."ucap Alfaro.

"Lepas Al, kita sudah resmi bercerai, dan jika pun kita ditakdirkan untuk bersama maka itu hanya untuk anak-anak, selebihnya kita tidak memiliki hubungan apapun."ucap Embun lirih karena takut ada yang mendengar nya.

"Tidak babe, aku tidak pernah menceraikan mu, aku hanya pernah berkata bahwa kita terpaksa berpisah sampai dia sudah tidak ada lagi di dunia ini seperti yang kamu tau, bakti ku selama ini sudah berakhir kecuali doa yang tidak akan pernah putus sampai kapan pun."ucap Alfaro tegas.

"Al pernikahan itu bukan lelucon yang bisa kamu mainkan yang bisa kamu anggap sepele, cukup waktu itu saja kamu mempermainkan pernikahan kita sekarang tidak lagi karena kita pun sudah benar-benar berpisah dan tidak akan pernah bisa kembali lagi."ucap Embun yang kini terlihat menatap datar kearah Alfaro setelah berhasil melepaskan pelukannya.

1
partini
berbakti pada orang tua tapi bikin orang lain sengsara hah ada gitu yah apa itu ga dosa ,busehhhhh gampang amat
ajaran dari mana itu ????????
Erny Su: Itulah ciri-ciri orang yang keliru.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!