NovelToon NovelToon
Jejak Luka Diantara Kita

Jejak Luka Diantara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: sorekelabu [A]

Alya dan Randy telah bersahabat sejak kecil, namun perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka demi kepentingan bisnis membuat hubungan mereka menjadi rumit. Bagi Alya, Randy hanyalah sahabat, tidak lebih. Sedangkan Randy, yang telah lama menyimpan perasaan untuk Alya, memilih untuk mengalah dan meyakinkan orang tuanya membatalkan perjodohan itu demi kebahagiaan Alya.

Di tengah kebingungannya. Alya bertemu dengan seorang pria misterius di teras cafe. Dingin, keras, dan penuh teka-teki, justru menarik Alya ke dalam pesonanya. Meski tampak acuh, Alya tidak menyerah mendekatinya. Namun, dia tidak tahu bahwa laki-laki itu menyimpan masa lalu kelam yang bisa menghancurkannya.

Sementara itu, Randy yang kini menjadi CEO perusahaan keluarganya, mulai tertarik pada seorang wanita sederhana bernama Nadine, seorang cleaning service di kantornya. Nadine memiliki pesona lembut dan penuh rahasia.

Apakah mereka bisa melawan takdir, atau justru takdir yang akan menghancurkan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Tatapan Rahasia di Kantor

Bab 14: Tatapan Rahasia di Kantor

Sejak kejadian di butik beberapa hari lalu, Nadine merasa ada yang berubah.

Bukan hanya dalam dirinya, tetapi juga dalam cara Randy memperlakukannya.

Jika sebelumnya Randy hanya sesekali menyapanya ketika kebetulan bertemu, kini pria itu seakan selalu memperhatikannya. Tidak secara terang-terangan, tetapi cukup untuk membuat Nadine sadar.

Setiap kali mereka berada di ruangan yang sama, Nadine bisa merasakan tatapan Randy yang diam-diam mengamatinya. Seolah pria itu sedang mencari sesuatu dalam dirinya yang belum bisa dimengerti.

Awalnya, Nadine mengira itu hanya perasaannya saja. Tapi semakin hari, semakin jelas bahwa Randy memang sering mencuri pandang ke arahnya.

Termasuk pagi ini.

Saat Nadine sedang membersihkan pantry kantor, ia bisa merasakan seseorang memperhatikannya dari ambang pintu. Ia berpura-pura tidak menyadarinya, tetapi saat akhirnya memberanikan diri untuk menoleh, dugaannya terbukti benar.

Randy berdiri di sana, bersandar di pintu dengan ekspresi santai, tetapi matanya berbinar seolah sedang menikmati sesuatu yang menarik.

"Kamu sudah pakai baju yang aku belikan?" tanyanya tiba-tiba.

Nadine mengangguk pelan. Hari ini, ia memang mengenakan dress yang dibelikan Randy, tetapi sengaja memadukannya dengan cardigan agar tidak terlalu mencolok.

"Bagus," ujar Randy, sebelum melangkah masuk dan mengambil secangkir kopi.

Nadine mencoba tetap fokus pada pekerjaannya, tetapi sulit. Ruangan ini terlalu kecil, dan keberadaan Randy di dekatnya membuat udara terasa lebih hangat.

"Tumben ke pantry, Pak," ucapnya akhirnya, mencoba mengalihkan perhatian.

Randy terkekeh pelan. "Aku cuma ingin melihat apakah kopiku masih bisa lebih enak kalau aku ambil sendiri."

Nadine tersenyum kecil. "Dan?"

"Masih sama saja." Randy mengangkat bahu. Namun, ia tidak langsung pergi. Tatapannya tetap tertuju pada Nadine, membuat gadis itu semakin gelisah.

"Ada yang ingin kamu tanyakan, Pak?"

Randy menyandarkan tubuhnya ke meja, menatap Nadine dengan serius. "Kenapa kamu masih menjaga jarak?"

Nadine terdiam.

Ia tahu Randy bukan orang yang mudah dibohongi. Pria itu bisa merasakan perubahan sikapnya.

"Aku hanya tidak ingin jadi bahan gosip lagi," jawab Nadine akhirnya.

Randy mendesah pelan, lalu menatapnya lebih dalam. "Aku nggak peduli dengan apa yang mereka katakan, Nadine."

"Tapi aku peduli," balas Nadine lirih.

Keheningan menyelimuti mereka. Hanya suara mesin kopi yang berdengung pelan di ruangan kecil itu.

Setelah beberapa saat, Randy akhirnya berbicara lagi. "Baiklah, kalau kamu ingin menjaga jarak, aku akan menghormatinya."

Nadine menghela napas lega. Namun, sebelum ia bisa merasa benar-benar tenang, Randy menambahkan sesuatu yang membuat jantungnya kembali berdebar.

"Tapi itu tidak akan mengubah perasaanku."

Nadine membeku. Matanya membulat, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Namun, sebelum ia sempat merespons, Randy sudah berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Nadine dengan debaran tak menentu di dadanya.

***

Sejak saat itu, tatapan-tatapan rahasia di kantor semakin sering terjadi.

Setiap kali Nadine melintas di koridor, ia bisa merasakan Randy memperhatikannya dari kejauhan.

Setiap kali ia masuk ke ruangan untuk membersihkan, Randy akan meliriknya dari balik layar laptopnya, seolah sedang mencari sesuatu dalam dirinya.

Dan setiap kali mata mereka bertemu, ada sesuatu di sana. Sesuatu yang Nadine tahu tidak seharusnya ia biarkan berkembang.

Tapi bisakah ia benar-benar menghindarinya?

Atau justru perasaan itu akan semakin sulit ia kendalikan?

***

Siang itu, Nadine baru saja keluar dari ruangan meeting setelah selesai membersihkan. Namun, saat berbelok ke lorong, ia hampir bertabrakan dengan seseorang.

"Awas!"

Nadine tersentak, dan ketika mendongak, jantungnya langsung berdegup kencang.

Randy.

Pria itu berdiri terlalu dekat. Begitu dekat hingga Nadine bisa mencium aroma parfumnya yang khas.

Mereka saling menatap dalam diam, sebelum akhirnya Randy berbicara lebih dulu.

"Kamu baik-baik saja?"

Nadine buru-buru mengangguk. "Iya, maaf, saya nggak lihat jalan."

Randy menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Kamu selalu buru-buru, ya?"

Nadine mencoba tertawa kecil. "Saya cuma nggak mau mengganggu pekerjaan orang lain."

Randy mengangguk, tetapi nadanya terdengar lebih dalam saat berkata, "Tapi aku nggak keberatan kalau kamu menggangguku."

Nadine langsung membuang pandangannya ke lantai. "Pak Randy, jangan bicara seperti itu. Nanti orang-orang salah paham."

"Tapi aku tidak sedang bercanda, Nadine."

Suara Randy begitu tenang, tetapi ada ketegasan di sana yang membuat Nadine semakin bingung.

Ia tidak boleh terjebak seperti ini. Ia tahu konsekuensinya jika membiarkan perasaan ini tumbuh.

"Maaf, saya harus kembali bekerja," katanya cepat, sebelum melangkah pergi.

Namun, saat ia berjalan menjauh, ia bisa merasakan tatapan Randy masih mengawasinya.

Tatapan rahasia yang mulai mengganggu pikirannya.

***

Malam harinya, Nadine masih tidak bisa berhenti memikirkan kejadian siang tadi.

Kenapa Randy berkata seperti itu? Apa maksud dari tatapan-tatapannya selama ini?

Dan yang lebih penting lagi, kenapa ia merasa... tersentuh?

Nadine menghela napas panjang. Tidak. Ia tidak boleh membiarkan pikirannya berlarut-larut.

Ia tahu batasnya. Ia tahu apa yang terjadi jika ia terlalu dekat dengan seseorang.

Karena ia tidak hanya membawa dirinya sendiri.

Ia juga membawa rahasia yang telah lama ia simpan.

Dan jika Randy sampai mengetahuinya, semua akan berubah.

Tapi apakah ia cukup kuat untuk terus menghindari perasaan ini? Ataukah tatapan rahasia itu akan semakin menariknya ke dalam sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang mungkin akan menyakitinya lebih dari sebelumnya?

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Cicih Sutiasih
mampir juga di ceritaku, jika berkenan😊
sorekelabu: siap ka
total 1 replies
Cicih Sutiasih
aku sudah mampir, semangat😊
Cicih Sutiasih: jika berkenan, mampir juga di ceritaku
"Tergoda Cinta Mantan", 😊
sorekelabu: terimakasih ka😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!