Janda Kaya Tapi Perawan

Di rumah mewah putra sulung keluarga Herlambang, terlihat ayahnya Doni, Aditama Herlambang sedang terburu-buru pergi ke rumah sakit, padahal dia baru saja datang. Doni yang rebahan di sofa ruang tamu melihat ayahnya keluar lagi padahal baru sepuluh menit yang lalu masuk rumah.

"Ma, Papa mau ke rumah sakit lagi jam segini?" tanya Doni pada Mamanya yang baru keluar dari kamar.

"Papa mendengar kalau Om Kamu, Bagas, masuk rumah sakit karena babak belur. 20 orang anak buah Om Saga juga babak belur," jawab Anita.

"Mereka di hajar sama siapa, Ma?" Doni penasaran.

"Mama juga tidak tau. Om Kamu sekarang suasana hatinya sedang sensitif, dia tidak ingin di tangani oleh dokter lain, padahal saat pingsan tadi, dokter lain juga yang menolongnya."

"Om Bagas selalu banyak tingkah. Pantas dia di hajar orang."

"Mungkin. Dan sekarang Papamu mau ke sana, untuk menenangkan amarah Om Bagas. Doni, setelah dewasa nanti, Kamu jangan seperti Om Bagas apa lagi Om Saga."

"Iya Ma, Aku juga tidak mau seperti mereka."

"Mama senang Kamu masuk fakultas hukum. Mama tidak ingin Kamu jadi dokter. Mama belum siap melihat anak kesayangan Mama begadang. Lihat Papamu! Sebagai pemilik rumah sakit maupun dokter, dia jarang menghabiskan waktu dengan keluarganya! Dia selalu mengutamakan pasiennya, karena itu sudah sumpah dokter katanya, pasien harus tetap yang utama. Padahal, dia tidak sadar Mama sering di abaikan," keluh Anita.

"Mama tenang saja, Aku akan selalu menemani Mama. Jadi, Mama jangan merasa kesepian. Besok Mama mau ku temani shoping? Atau ke salon?" tawar Doni, Dia memang perhatian pada ibunya.

"Ke Mall aja, gimana?" jawab Anita senang. Itulah alasan kenapa Anita jarang kesepian di rumah walaupun Aditama jarang menghabiskan waktu dengan nya. Doni selalu berusaha membuat ibunya bahagia menggantikan ayahnya.

"Kita ke Star Mall aja besok, Ma. Aku dengar, Star Mall milik Winner Group baru membuka toko pakaian bermerek dari Paris," usul Doni.

"Dari mana Kamu tau, Nak?"

"Aku searching di internet, Ma. Oh ya, Mama harus tau, Boy akan menikah dengan Krystal, pemilik Winner Group, mantan istri Om Saga. Pernikahan mereka satu Minggu lagi."

"Beneran? Kamu tau langsung dari Boy, Nak?" Anita penasaran dengan perkataan Doni. Anita dan anaknya memang suka mengobrol dan bertukar cerita, karena itu Anita tau semua tentang teman anaknya.

"Iya, Ma. Ryan dan Dena aja sama kagetnya kaya Aku." Doni mulai bercerita.

"Kamu yakin kali ini Boy serius dengan perempuan? Kamu bilang dia playboy. Mungkin saja Boy seperti Om Saga, cuma mengincar harta dan jabatan."

"Aku lihat, Boy serius kali ini, Ma. Sepertinya dia sangat mencintai Krystal."

"Beruntung sekali Krystal dapat pengganti suami seperti Boy. Muda dan cerdas, Mama iri."

"Kenapa, Ma? Mama ingin Papa di ganti?"

"Hus, aneh-aneh saja. Mama sih Mau, brondong yang gak mau sama Mama karena Mama sudah tua."

Doni tertawa mendengar ucapan Mamanya. "Kenapa? Mama cantik kok," jawab Doni.

"Ya iyalah Kamu bilang Mama cantik, karena Kamu masih belum punya pacar. Doni, kok Mama gak pernah liat Kamu pacaran? Perasaan, sejak dulu Kamu jomblo terus. Selalu saja Boy yang punya pacar. Masih mending Ryan pernah punya pacar."

"Gak ada yang mau sama Aku, Ma. Aku culun begini. Lagian Aku gak mau merubah penampilanku hanya untuk di cintai. Justru Aku ingin mencari perempuan yang bisa mencintai Aku apa adanya."

"Mama percaya suatu saat Kamu pasti mendapat perempuan yang tepat. Mereka gak tau aja kalau anak Mama ini aslinya ganteng."

"Aamiin. Semoga aja, Ma."

"Ya udah, Sayang, Mama ngantuk. Besok siang Kita ke Mall. Kamu jangan begadang, nanti sakit! Semua tugas kuliah Kamu sudah selesai, kan?"

"Sudah selesai, Ma. Mama tidur aja duluan."

"Ingat pesan Mama. Jangan begadang!"

"Siap, Mamaku tercinta. Love You, Ma."

"Love You, too." Anita pun masuk ke kamar meninggalkan Doni sendirian menonton televisi di ruang tamu.

Keesokan harinya, Doni menemani Anita shoping di Mall. Anita berbelanja pakaian, tas dan sepatu. Tidak sengaja, dari kejauhan, Doni melihat Boy dan Krystal sedang duduk di cafe Mall.

"Ma, Ma, lihat! Itu Boy dan Krystal!" tunjuk Doni.

"Mana?" Anita penasaran.

"Itu!" tunjuk Doni lagi.

"Doni, mereka serasi sekali. Tidak terlihat kalau Krystal sudah tua. Penampilannya masih seperti anak remaja."

"Ayo Kita ke sana, Ma."

"Gak usah, nanti Kita malah mengganggu."

"Mama benar juga." Doni tidak jadi menghampiri Boy dan Krystal.

Tanpa Doni sadari, Dena juga berada di Mall. Dena juga tidak sengaja melihat Doni. "Hai Doni," ucap Dena yang langsung datang menghampiri Doni dan Mamanya.

"Dena, Kamu di sini?" tanya Doni.

"Aku sedang shoping. Kamu sama siapa? Gak mungkin kan sama pacar Kamu. Kamu kan jomblo sejati," ejek Dena, entah kenapa sekarang Dena suka mengejek Doni.

"Jaga omongan Kamu, ini Mamaku."

Dena terkejut dan malu. "Maaf Tante. Mulut Saya memang sulit di kendalikan. Sepertinya harus disekolah juga sama kaya otak Saya," sesal Dena.

"Kamu lucu sekali, siapa namamu?" tanya Anita pada Dena.

"Edelweis Gardena, Tante. Panggil saja Dena."

"Kamu cantik."

"Semua orang sering bilang begitu, Tante."

"Doni, Dena!" teriak Boy memanggil. Ternyata, Boy melihat mereka.

"Boy." Doni melambaikan tangannya tanda mendengar panggilan Boy.

"Sini gabung sama Kami," panggil Boy lagi.

"Oke," jawab Doni dengan kode melingkarkan jari jempol dan telunjuk tangan kanannya.

"Mama, Dena, Boy minta kita ke sana. Ayo kita ke sana," ajak Doni.

"Ayo," jawab Anita.

"Ayo," jawab Dena. Mereka bertiga pun datang menghampiri Boy dan Krystal yang sedang duduk di cafe.