"Cahaya di Tengah Hujan"
Rini, seorang ibu yang ditinggalkan suaminya demi wanita lain, berjuang sendirian menghidupi dua anaknya yang masih kecil. Dengan cinta yang besar dan tekad yang kuat, ia menghadapi kerasnya hidup di tengah pengkhianatan dan kesulitan ekonomi.
Di balik luka dan air mata, Rini menemukan kekuatan yang tak pernah ia duga. Apakah ia mampu bangkit dan memberi kehidupan yang layak bagi anak-anaknya?
Sebuah kisah tentang cinta seorang ibu, perjuangan, dan harapan di tengah badai kehidupan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1337Creation's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persahabatan di Atas perbedaan
Bab 24: Persahabatan di Atas Perbedaan
Hari itu, sekolah terasa lebih ramai dari biasanya. Kelas Aditya kedatangan murid baru, dan semua anak tampak penasaran.
Seorang anak laki-laki berdiri di depan kelas. Rambutnya sedikit kecokelatan, kulitnya putih bersih, dan matanya tampak tajam namun ramah.
"Perkenalkan, namaku Kristian. Aku baru pindah ke sini dari Jakarta."
Guru tersenyum dan menepuk bahu Kristian. "Semoga kalian bisa berteman baik dengan Kristian, ya."
Aditya memperhatikan anak baru itu. Dari namanya saja, ia sudah tahu Kristian bukan seorang Muslim. Tapi, bagi Aditya, itu bukan masalah.
Semua orang bisa berteman, kan?
Kristian berjalan ke bangku kosong di sebelah Aditya dan duduk.
"Halo, namamu siapa?" tanya Kristian sambil tersenyum.
"Aku Aditya."
"Salam kenal, Aditya."
Aditya mengangguk. Ia tidak terlalu sering berbicara dengan orang baru, tapi ada sesuatu dari Kristian yang membuatnya nyaman.
Persahabatan Dimulai
Hari-hari berlalu, dan Aditya semakin dekat dengan Kristian. Tidak seperti kebanyakan anak-anak di kelas yang sering mengejeknya karena miskin, Kristian justru sering berbagi makanan dan membantu Aditya dalam pelajaran.
Saat jam istirahat, mereka sering makan bersama di kantin.
"Kristian, kamu nggak masalah duduk bareng aku?" tanya Aditya suatu hari.
Kristian mengerutkan kening. "Kenapa harus masalah?"
"Aku... sering diejek sama teman-teman. Aku miskin."
Kristian tertawa kecil. "Aditya, persahabatan itu bukan soal kaya atau miskin. Aku temenan sama kamu karena kamu orangnya baik. Itu aja."
Aditya tersenyum. Mungkin untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar memiliki teman.
Namun, tidak semua orang suka dengan persahabatan mereka.
Ejekan Aris
Suatu hari, saat pulang sekolah, Aditya dan Kristian berjalan bersama di halaman sekolah. Mereka bercanda dan tertawa, menikmati obrolan tentang sepak bola dan makanan favorit mereka.
Namun, tiba-tiba sebuah suara mengejek terdengar dari belakang.
"Lihat tuh! Kristen dan Islam jalan bareng! Jangan-jangan saling suka? Hahaha!"
Aditya dan Kristian berhenti. Mereka menoleh, dan di sana berdiri Aris bersama gengnya, tertawa mengejek.
Kristian mengepalkan tangannya.
"Jaga mulutmu, Aris," katanya dengan nada dingin.
Aris mendekat dengan wajah mengejek. "Kenapa? Marah? Wah, jangan-jangan beneran suka sama Aditya?"
Teman-teman Aris tertawa lebih keras.
Kristian sudah tidak bisa menahan diri lagi.
"Mulutmu terlalu kotor, Aris."
Dan tanpa peringatan, BAGH!
Kristian melayangkan pukulan tepat ke wajah Aris, membuat anak itu terhuyung ke belakang.
Semua anak yang ada di sekitar langsung terkejut. Aris yang sombong dan sering menindas orang lain akhirnya dipukul balik!
Aris tersandung dan jatuh ke tanah. Bajunya kotor terkena lumpur.
"Sialan!" Aris bangkit dengan wajah merah padam, tetapi sebelum ia bisa membalas, guru sudah datang dan melihat kejadian itu.
"ADA APA INI?!"
Semua anak membeku.
Aris, yang biasanya penuh percaya diri, kini terdiam. Kristian berdiri tegap, tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun.
Guru menatap mereka berdua dengan tajam. "Kalian berdua ikut saya ke ruang guru!"
Aditya hanya bisa menatap Kristian dengan cemas.
Sebelum pergi, Kristian menoleh ke arah Aditya dan tersenyum. "Santai aja, aku nggak takut."
Dan dengan langkah mantap, ia berjalan menuju ruang guru, meninggalkan Aris yang masih kesal dan Aditya yang terkejut.
Hari itu, Aditya menyadari satu hal.
Kristian bukan hanya sekadar teman. Kristian adalah sahabat sejatinya.