Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis yang mudah di hidupi
Sekitar jam enam pagi Li Anhe sudah menyiapkan semua keperluan suaminya. Perlahan dia mengingat semua nasehat dari Neneknya. Seorang istri harus melayani suaminya dengan baik.
Raja kecil Ying bangkit perlahan setelah bangun. Semua keperluannya juga telah tersedia dengan rapi di kamar. Bahkan dia hampir tersedak ludahnya sendiri di saat melihat baju dalamnya juga sudah di siapkan. Dia bangkit dengan cepat saat Li Anhe tidak melihatnya meraih baju dalam dan menyembunyikannya. Dia tersenyum canggung, "Istriku. Kamu tidak perlu menyiapkan semuanya sendiri."
Gadis itu masih sibuk menata makanan agar tata letaknya sesuai keinginannya. "Sudah seharusnya aku melakukan semuanya sendiri. Oh iya," menoleh kearah suaminya. "Apa kamu akan menikahi beberapa selir lagi?"
"Em? Kenapa kamu bertanya hal ini?" Raja kecil Ying menatap binggung lalu menggelengkan kepalanya.
Li Anhe menata makanannya kembali. Mensejajarkan tata letak piring satu sama lain tanpa ada yang melesat. "Aku sudah menyiapkan mentalku dengan baik jika kamu memiliki dua atau tiga istri lagi. Setidaknya aku tidak akan ikut memperebutkan satu laki-laki dengan sekumpulan wanita lain."
Raja kecil Ying mendekat duduk di kursi sembari menatap istrinya. Secepat kilat dia menyembunyikan dalamannya di saku bajunya. "Kamu ingin berpisah jika aku memiliki wanita lain?"
"Tidak juga. Aku hanya ingin hidup di kediaman lain selama sisa hidupku. Menjalani hidup tenang tanpa gangguan orang lain." Menyodorkan mangkuk dan sumpit kearah suaminya. "Kamu bisa hidup bersama semua istrimu. Dan aku bisa hidup tenang tanpa perlu memikirkan dunia luar." Li Anhe memberikan beberapa lauk kedalam mangkuk suaminya.
Perkataan itu terdengar cukup sederhana tapi bagi Li Anhe adalah sebuah keputusan besar yang telah dia ambil.
"Aku tidak akan menikah lagi. Cukup satu saja," saut Raja kecil Ying memberikan tanggapan. "Dengan keadaanku seperti ini. Semua hanya akan semakin sulit jika menambah istri lagi."
Li Anhe duduk setelah memilihkan beberapa lauk untuk suaminya. "Kamu bisa memutuskannya." Dia makan cukup lahap tanpa peduli lagi tata krama seorang wanita bangsawan.
Raja kecil Ying tersenyum. 'Satu saja sudah membuatku kualahan,' gumamnya dalam hati. Dia makan semakin lahap saat melihat istrinya terus menikmati setiap hidangan yang di siapkan tanpa mengeluh. 'Gadis yang mudah di hidupi.' Menahan tawa kecilnya.
Setelah semua lauk habis Li Anhe bangkit menata semua piring kotor. Dia berjalan keluar memanggil pelayannya agar meja segera di bereskan. "Aku akan keluar kamu bisa mandi terlebih dulu." Gadis itu melangkah pergi setelah menutup pintu kamar.
Sekitar jam delapan pagi semua persiapan untuk kembali juga sudah selesai. Li Anhe mengajak suaminya menemui Neneknya sebelum kembali ke kediaman Raja kecil. Di halaman depan kediaman cahaya matahari juga masih terasa hangat. Nyonya tua Chao menatap menantunya dengan tatapan hormat. "Raja kecil. Saya sangat menyayangi cucuku ini. Saya harap anda akan menjaganya dengan baik."
"Nenek, di sini saya yang lebih muda. Saya mohon tidak perlu terlalu terpaku pada peraturan," ujar pria muda itu. "Untuk Yi er. Saya pasti akan menjaganya dengan baik."
Li Anhe mendekatkan dirinya ketubuh Nyonya tua Chao. "Nenek tenang saja. Dengan kekuatanku tidak ada yang bisa menyakitinya."
Ucapan Li Anhe membuat semua orang yang ada di sana tertawa.
Kereta meninggalkan kediaman di saat jam setengah sembilan pagi. Sepanjang perjalanan gadis di dalam kereta terlihat tidak bisa duduk tenang. Dia menyilangkan kakinya duduk seperti seorang preman. Membuka kota di sampingnya mengambil kue yang telah terbungkus rapi. "Kamu mau?" Menyodorkannya kepada suaminya.
Raja kecil Ying menggeleng kepalanya pelan. "Pelan-pelan jangan tersedak."
Li Anhe memakan kue cukup lahap. Bahkan mengupas dua buah apel besar. Dia menyandarkan tubuhnya lalu meluruskan kakinya. Saat pintu jendela kereta di buka angin sepoi-sepoi terasa sangat segar membelai pelan di wajahnya. Dia sudah tidak memiliki rasa sungkan lagi terhadap pria di depannya. Kakinya bergoyang perlahan menikmati waktu yang terasa sangat nyaman.
Raja kecil Ying menyenderkan tubuhnya. Dia menatap tenang kearah gadis muda penuh kejutan di depannya. Wajah teduh itu perlahan menghangatkan hati yang telah dingin.
Kereta berhenti tepat di tengah jalur utama. Suara keributan terdengar dari luar. Raja kecil Ying menyibakkan kain penutup jendela yang ada di sampingnya. "Ada apa?"
Pengawal Chang Lu mendekat. "Raja kecil. Ada orang yang tengah membuat keributan di jalur utama. Tuan Muda dari keluarga Shen menyeret seorang budak yang baru saja ia beli," jelasnya.
"Aku bukan budak. Aku mohon lepaskan." Teriakan seorang gadis muda itu sangat kuat.
Cetakk...
Cettakk...
Cambuk di ayunkan kuat kearah tubuh gadis muda itu.
"Aaa..." Gadis itu terkapar tidak berdaya setelah mendapatkan cambukan berkali-kali. Semua orang hanya melihat tidak berani membantu. Tuan Muda Shen cukup terkenal karena telah menghidupi puluhan selir di kediamannya. Sudah tidak heran lagi jika dia akan menggambil untuk yang kesekian kalinya.
Li Anhe membelah kerumunan maju tepat di hadapan pemuda gila di depannya. Dia melihat penuh rasa jijik dan risih. "Aku ingin membelinya. Katakan saja harga yang kamu butuhkan." Menunjuk kearah gadis muda yang telah terkapar di jalan.
Tuan Muda Shen menatap penuh gairah melihat gadis cantik mendekat kearahnya. "Nona. Jika aku boleh tahu siapa namamu? Aku memiliki kekayaan yang tiada habisnya. Jika kamu bersedia menjadi salah satu selirku. Bukan, maksudku Nyonya muda kediaman Shen. Aku tentu akan menuruti semua keinginanmu." Berjalan mendekat. Saat tangannya bergerak mendekati wajah gadis di depannya. "Aaa..." jari kelingkingnya di tekan kebelakang.
Pandangan mata Li Anhe semakin dingin. "Apa kamu ingin mati," ujar Li Anhe.
"Apa yang kalian lihat. Hajar gadis sialan ini. Aku akan membawanya menjadi selirku." Teriak kuat Tuan Muda Shen.
Li Anhe sudah bersiap tapi dari arah belakang para pengawal Raja kecil maju menghadapi semua penjaga yang terus menyerang. Gadis itu menendang tubuh pemuda gila itu hingga tersungkur di jalan. Tatapan merendahkan ia perlihatkan.
Semua penjaga Kediaman Shen juga telah di jatuhkan.
Pengawal Chang Lu mendekat dengan mendorong kursi roda yang telah di duduki Raja kecil Ying.
"Chang Lu ambil tangan kanannya. Dia sudah tidak membutuhkannya lagi." Raja kecil Ying menatap tajam.
"Baik."
Sreengg...
Pedang di keluarkan dari sarungnya mendekat kearah Tuan Muda Shen yang sudah ketakutan. Li Anhe menatap kearah suaminya untuk beberapa saat dan dia sadar perkataan yang terucap itu adalah perintah mutlak. "Tunggu." Gadis itu berlari menghadang di hadapan Pengawal Chang Lu. "Suamiku. Hukum saja dia empat puluh cambukan."
Raja kecil Ying melembutkan pandangannya menatap kearah istrinya. "Baik. Jika itu yang istriku inginkan."
Tuan Muda Shen merangkak memohon ampun. "Hamba tidak tahu jika Nyonya muda dan Raja kecil ada di sini. Maaf atas kebodohan hamba." Dia bersujud berkali-kali. Jika kegilaannya sampai mempengaruhi keluarga besar Shen dia pasti akan dalam masalah besar.
Satu lambaikan tangan dari Raja kecil Ying telah menggerakkan para pengawal untuk menyeret pemuda itu pergi. Dan menerima empat puluh cambukan seperti yang di inginkan istrinya.
Baru saja Li Anhe akan membantu gadis yang ada di jalan. Sudah ada seseorang yang mendekat kearahnya. "Putri ku." Pria dan wanita itu memeluk erat putrinya yang telah di bawa paksa.
"Terima kasih banyak." Gadis itu bersama kedua orang tuanya berterima kasih kepada penyelamat mereka. Baru setelahnya pergi dari kerumunan.
Li Anhe juga kembali mengambil alih untuk mendorong suaminya.
"Kenapa menghentikanku? Kedua tangan itu sudah tidak berguna lagi. Sudah seharusnya di hilangkan," ujar Raja kecil Ying.
Li Anhe membantu suaminya naik keatas kereta. Saat mereka sudah ada di dalam kereta. Gadis itu berkata, "Keluarga Shen hanya akan menuntut lebih jauh jika putra satu-satunya di hilangkan salah satu tangannya."
"Kamu memikirkannya dengan baik," saut Raja kecil Ying menimpali.
semangat dan sehat selalu
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
lanjut