Ariana Anjayina, berumur 19 tahun, yang saat ini sedang menjalani masa-masa kuliahnya. Suatu hari, ia mengetahui hal yang sangat menyakitkan dan membuatnya kehilangan konsentrasi saat ia sedang mengendarai motornya. Karena tidak fokus, tiba-tiba saja truk dengan berkecepatan tinggi itu menghantam dan menabrak motor yang sedang dikendarai oleh Ariana. Saat itu juga, Ariana dinyatakan telah tewas di tempat.
Ariana membuka matanya, melihat-lihat ke arah sekitar. Tunggu, apa ini? ternyata dia berada di rumah sakit?
"kamu sudah bangun?" tanya seorang pria berahang tegas, berhidung mancung, serta memakai kemeja berwarna hitam dibaluti dengan dasi berwarna merah. Ia berdiri di depan pintu sambil memasang mukanya yang datar
Ariana terkejut, lalu melirik ke arah pria itu "siapa dia?" pikirnya. Ariana menelan ludahnya dengan susah payah, lalu ia pun berbicara "ganteng." ucapnya, tanpa ia sadari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rreannaf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alea & Mama
Sudah 3 hari Ariana berada di rumah sakit, ia sangat bosan. Terlebih lagi, yang menjenguknya selama 3 hari di rumah sakit hanya Alea saja, anak perempuan dari tubuh yang dimasukinya.
Ia menghela kan nafasnya, bosan sekali. Selama di rumah sakit Ariana hanya makan, tidur, seperti itu terus. Ia ingin pulang, tetapi Alea tidak mengizinkan nya.
Saat sedang bosan-bosannya, Alea secara tiba-tiba datang, dengan menggenggam plastik berwarna putih di tangannya.
Alea menyodorkan plastik itu ke Ariana, "Untuk mama," katanya sembari menampilkan senyumnya yang hangat.
Mata Ariana berbinar-binar saat melihat plastik berwarna putih itu di hadapannya, ia segera mengambilnya, lalu berucap "Makasih, Alea."
Ariana segera membuka plastik berwarna putih itu, untuk mengetahui isi yang ada di dalamnya.
Ia tersenyum saat melihat isi di dalamnya, ah ternyata kue.
"Mama paling suka dengan makanan-makanan manis, makanya aku beli kue deh. Apalagi selama 3 hari ini mama makan makanan rumah sakit aja, pasti bosen kan?" ucap Alea.
"Dan kata dokter, hari ini mama udah boleh pulang. Mama mau kan pulang ke rumah kita?" sambung Alea lagi.
Ariana mengernyitkan keningnya, heran dengan kalimat terakhir yang di ucapkan Alea, apa selama ini Ariana pemilik tubuh ini tidak pernah pulang ke rumah?
Entahlah, ia lagi malas berpikir. Yang penting ia bisa keluar dari rumah sakit yang berbau banyak dengan segala jenis obat-obatan ini. Dari dulu ia sangat tidak suka dengan obat.
Ia sangat antusias dan tersenyum lebar, saat mendengar bahwa ia akan segera pulang.
Tetapi ia terdiam, saat menyadari sesuatu. Apakah ia akan bertemu dengan anak-anak yang lain dari pemilik tubuh ini?
Setahu Ariana, pemilik tubuh ini mempunyai seorang 3 anak. Anak terakhir perempuan, yaitu Alea Athaya yang kini sedang bersamanya. Anak kedua adalah seorang laki-laki, bernama Raymond Abriel. Dan anak yang tertua adalah Raffenta Aycha.
Di dalam novel yang Ariana baca, ia jadi mendapatkan sedikit gambaran tentang watak ataupun sifat dua anak laki-laki pemilik tubuh ini.
Ariana menghela kan nafasnya dengan berat, berarti mulai saat ini ia harus memikirkan bagaimana cara agar merubah alur cerita dalan novel ini sepenuhnya. Ia tidak ingin mati di tangan orang lain, terlebih lagi di tangan anak dari pemilik tubuh ini.
...****************...
Ariana memandangi rumah yang bernuansa berwarna putih, dan dindingnya yang banyak pajangan-pajangan bingkai foto yang berada di rumah keluarga pemilik tubuh ini.
Ariana tersenyum tipis saat melihat pajangan-pajangan foto itu. Lalu ia menyadari sesuatu, bahwa di antara banyaknya pajangan foto yang ber-deretan di dinding itu, tetapi Ariana tidak dapat menemukan wajahnya.
"Mama ga suka foto, jadi ga ada muka mama di sini deh." ucap Alea, bermaksud memberi penjelasan kepada Ariana.
Ia tertunduk, dan berkata "Padahal aku pengen sekali aja bisa foto bareng mama, tapi rasanya kaya mustahil banget bagi aku," sambungnya lagi, dengan tersenyum miris.
Ariana melirik ke arah Alea, ia terdiam karena tidak tau harus menanggapi seperti apa. Ariana tampak berpikir, dan bertanya "Handphone mama di mana?" tanyanya.
"Ah, hp mama udah rusak parah akibat kecelakaan itu. Tapi nanti papa beli hp baru kok untuk mama," jawab Alea.
"Kalau mama mau, pakai handphone aku aja dulu," tawar Alea, sembari menyodorkan handphone nya ke Ariana.
Ariana mengambil handphone itu, lalu menyalakan nya. Ia pun langsung memencet tombol kamera , dan berkata "Ayo foto bareng,"
Alea tersenyum, dan menunjukkan pose foto andalannya, yaitu pose dua jari.
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak saat melihat foto-foto itu. Menurut mereka itu terlihat lucu dan konyol sekali.
"Alea lihat deh lubang hidung mama, besar banget ii ga suka," ucap Ariana, sembari memperbesar lubang hidungnya yang terlihat besar.
"HAHAHAHAH," tawa Alea dengan sangat keras, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa ia memukul orang yang ada di sampingnya, yaitu mamanya sendiri.
Saat menyadari itu, ia langsung menjauhkan tangan nya, dan ekspresi Alea pun berubah dengan sangat cepat, seperti power rangers.
Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Alea segera menunduk kan kepalanya dan meminta maaf, "Maaf ma, aku bener-bener engga sadar. Maafin aku, mama bisa hukum aku sepuasnya." ucapnya dengan air mata yang terjatuh, dan membasahi lantai itu.
Ariana kaget dengan perubahan sikap Alea yang secara tiba-tiba, mengapa menjadi seperti ini?