NovelToon NovelToon
3 IMPIAN

3 IMPIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Mengubah Takdir / Chicklit
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Tiga gadis desa yang memiliki pemikiran sama, tidak mau menikah muda layaknya gadis desa pada umumnya. Mereka sepakat membuat rencana hidup untuk mengubah citra gadis desa yang hanya bisa masak, macak dan manak di usia muda, menjadi perempuan pintar, santun, dan mandiri.

Nayratih, dan Pratiwi terlahir dari keluarga berada, yang tak ingin anak mereka menikah muda. Kedua orang tua mereka sudah berencana menyekolahkan ke luar kota. Terlebih Nayratih dan Pratiwi dianugerahi otak encer, sehingga peluang untuk mewujudkan citra perempuan desa yang baru terbuka lebar.

Tapi tidak dengan, Mina, gadis manis ini tidak mendapat dukungan keluarga untuk sekolah lebih tinggi, cukup SMA saja, dan orang tuanya sudah menyiapkan calon suami untuk Mina.

Bagaimana perjuangan ketiga gadis itu mewujudkan rencana hidup yang mereka impikan? ikuti kisah mereka dalam novel ini.
Siapkan tisu maupun camilan.
Selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PENGGANGGU ARJUNA

Ingin melupakan lalu menjauhkan sosok Mina dalam pikiran Tiwi? Gak gampang, Bambang. Hampir seminggu ini, Tiwi tak bisa tidur. Salah tangannya juga yang tiba-tiba klik room chat dengan Mina. Hanya sekedar membaca tapi masuk dalam bawah sadarnya.

Tiwi, Aku hamil.

Wi, doain aku kuat ya.

Wi, aku mual.

Wi, kamu gimana kabar?

"Lo kalau kayak gini terus, badan lo yang gak kuat, Wi!" omel Siska, melihat Tiwi yang meletakkan kepalanya di meja, kantuknya mulai datang selepas shubuh, sedangkan ada kuliah jam 7, alhasil gak berani tidur.

"Nanti kalau dosennya udah," baru saja mau kasih pesan pada Siska buat bangunkan kalau dosen datang, eh Bu Rita datang dengan baju merah menyala, lipstik merah yang fresh sangat cocok menarik perhatian mahasiswa di pagi hari.

"Cetar banget!" gumam Tiwi sambil menahan kantuk.

Siska bolak balik melirik Tiwi, ternyata dia menguap beberapa kali, tapi tangan dan tatapannya masih sibuk dengan penjelasan Bu Rita. Kasihan juga kepikiran sahabat lucknut di sana.

"Wi, ajarin dong!" pinta Ima sampai ikut circle Tiwi, Siska, dan Arjuna serta Gio ke kantin. Ketiga anak sih gak peduli ada yang ngintil, apalagi mereka belum sempat sarapan, wajar fokus ke makanan yang baru datang.

"Ajarin apa, Ma?" tanya Tiwi setengah tidur, kepalanya berat, meja kantin malah dibuat meletakkan kepala.

"Kimia dasar yang ini," terpaksa Tiwi melihat buku tersebut dengan mata yang berat sekali. Tiwi pun menarik kertas, coret-coret sebentar langsung kasih ke Ima.

Gadis imut itu hanya melongo, terlihat kantuk tapi bisa mengerjakan soal kimia dasar tanpa kantuk. "Daebak!" puji Ima sambil melongo, melihat wajah Tiwi penuh dengan kekaguman.

"Mingkep, Ma!" tegur Gio melihat interaksi keduanya.

"Kok bisa ya? Sambil merem loh!" puji Ima lagi, Siska tertawa, Arjuna tanpa ekspresi, Gio tersenyum, sedangkan Tiwi hanya mengucek mata sambil menguap.

"Makan aku?" tanya Tiwi manja, Arjuna langsung menggeser nasi pecel yang sempat ia pesan untuk Tiwi. Ima melihat itu semua, kembali melongo.

"So sweet banget, aku gak nyangka Arjuna bisa so sweet gitu sama cewek," ujar Ima kagum.

"Cuma sama Tiwi, gue keselek minuman mau sampai mati juga dibiarkan!" ucap Tiwi, Gio dan Tiwi ngakak, sedangkan Arjuna hanya menatap Tiwi sinis.

"Kalian pacaran?" lagi-lagi Ima tanya dengan kepolosan.

"Enggak!"

"Gak!"

Jawaban Arjuna dan Tiwi kompak.

"Percaya?" pancing Siska, dan Ima menggeleng.

"Makan aja kenapa sih, Sis. Bikin Ima bingung aja!" omel Tiwi.

"Kok kamu gak baper, Wi?" Tiwi hanya melihat Ima sekilas, kemudian melanjutkan makan.

"Perhatian begini gak harus jadi pacar, Ma. Kita masih terlalu muda untuk main cinta-cintaan. Otakku gak cukup buat mikiran laki-laki, kapasitasnya hanya untuk kuliah!"

"Benar banget, Wi. Pacaran itu gak enak. Aku aja menyesal. Dari SMP udah pacaran!"

Tiwi dan Arjuna kompak menyembur makanan, lagi-lagi bikin Ima curiga. "SMP udah pacaran?" tanya Tiwi dan Arjuna kompak.

"Ya elah, kalian aja yang hidup di goa. Yah wajar SMP udah pacaran, kita puber tuh yang dilihat wajah ganteng. Merasakan suka lawan jenis, Emang kalian!" protes Siska yang sepertinya satu pendapat dengan Ima.

Tiwi berdecih, "Gini nih, kenapa Indonesia gak maju-maju. Anak baru meltek yang dipikir suka lawan jenis, mbok ya mikir nanti aku jadi apa ya!"

"Ye itu ma lo aja, Wi! Jangan bilang Arjuna doang yang nembak kamu!" celetuk Siska tanpa tedeng aling-aling.

Mampus.

Suasana mendadak hening, nge-freeze aja. Sendok Gio berhenti di depan mulut, Arjuna mendadak kaku di tempat. Tiwi melotot, dan Ima senyam-senyum gak jelas. "Maksud gue," Siska bingung, ia pun memukul bibirnya lalu nyengir. Percuma juga menjelaskan.

"Nah, kan pasti ada rasa tuh. Juna naksir Tiwi, Tiwi gak mau pacaran, akhirnya teman tapi mesra, iya kan?"

"Bisa gak sih gak usah bahas aku dan Arjuna. Kita cuma teman, ya kan Jun!"

"Iya!"

"Gak mungkin. Pasti ada kong kali kong antara kalian berdua. Secara nih ya, aku tuh disebut dewi cinta. Pengalamanku udah banyak soal perasaan. Jadi kelihatan banget Juna punya rasa sama kamu. Dan kamu tahu Jun, sebenarnya Tiwi juga naksir sama kamu, cuma dia udah kelewat gengsi karena prinsipnya ogah pacaran."

Tiwi melengos, lubang hidungnya membesar seketika, sok tahu banget Ima. "Prinsip kamu bakal terpatahkan saat aku menggandeng cewek, dan dia menggandeng cowok yang bukan aku."

Arjuna tak pernah ikut obrolan para cewek yang kebanyakan obrolannya unfaedah, tapi kini ketiga cewek semua memandangnya dengan pikiran masing-masing.

"Kenapa? Mungkin saja kan?" tanya Arjuna kikuk dengan pandangan para cewek. Siska, Tiwi dan Ima mengangguk pelan, serasa dihipnotis dengan suara Arjuna. Manly sekali.

"Ah sudah-sudah, ngomongin Arjuna gak bakal habis. Nyesel kan lo, Wi, nolak dia!"

"Ck, apaan sih!"

"Udah-udah, daripada kalian cerewet masalah hati yang kapan aja bisa berubah. Mending minta ajarin, Juna biar dapat cuan. Dia banyak proyek tuh!" ucap Gio layaknya sales, Arjuna melirik tak suka pada Gio, bisa-bisanya kasih clue cuan. Auto melek tuh para cewek.

"Aku mau!" ucap Tiwi semangat.

"Aku juga!" tambah Ima, "Aku rela masuk circle kalian yang tanpa ekspresi ini."

"Gue juga! Apaan lo, Ma. Tapres segala, circle kaum cerdas nih kalau dibanding gengnya Reta!" Siska tak mau kalah.

"Hush, udah-udah gak usah bandingin diri sengan Reta, gak ada gunanya. Lagian, Ma. Kamu masuk circle ini kayaknya gak cocok."

"Kenapa, Wi?"

"Karena kita jomblo!" jawab Siska dan Tiwi kompak. Ima pun cemberut. Gio terkikik, tak bisa mèmbayangkan anak buah Arjuna sesengklek ini. Auto darah tinggi dia. Kesabaran dia hanya sebatas tisu kena air coba.

"Dan kamu menyarankan mereka masuk tim ku?" sindir Arjuna dengan menggelengkan kepala. Gio makin tertawa. Sedangkan ketiga cewek masih memperpanjang soal Reta. Arjuna tak tahan, ia mau beranjak berdiri, namun tangan Tiwi memegang lengannya.

Arjuna diam sebentar, tuh cewek padahal fokus sama Ima dan Siska, kok tahu kalau Arjuna mau berdiri. "Jangan kabur napa, Jun!" ucapnya sambil senyum gak jelas.

Arjuna hanya menghela nafas. "Bisa-bisanya aku suka nih cewek!" gumamnya pasrah.

"Sekarang kalian diam kalau mau dapat cuan!" intruksi Juna hanya diangguki kepala dan mereka bertiga patuh untuk tidak bersuara. Lucu sekali.

"Aku pegang beberapa proyek, ini silent bisnis, gak usah mengobral kemana-mana, aku gak mau punya tim terlalu banyak. Apalagi modelan kayak kalian begini, aku kirim deskripsi proyeknya di wa masing-masing beserta aturan dapat cuan. Pelajari, kalau sanggup bilang, kalau enggak gak pa-pa gak usah ikut. Mengerti?"

"Siap mengerti!" jawab ketiganya kompak. Gio bahkan sudah memegang perutnya karena tak tahan dengan ketiga cewek aneh ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!