"Maafkan aku mas, aku sudah berusaha untuk mencintai kamu, tapi nyatanya aku gak bisa, aku hanya menganggap ini hubungan balas budi.." Kinara menyodorkan sebuah map "Aku mohon lepaskan aku, agar aku bisa menjalani hidupku dengan pria yang aku cintai... tolong..
ceraikan aku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkara Mengidam
Hari ini Kinara berencana pergi ke pasar untuk membeli stok sayurannya di dalam lemari es.
Juga ada sesuatu yang Kinara ingin beli, Kinara sedang sangat menginginkan mangga muda, Kinara bahkan sampai merasa akan meneteskan air liurnya karena begitu menginginkannya, jadi dia akan membelinya.
Tiba di pasar Kinara membeli sayuran, ikan, dan juga beberapa kilo daging untuk stok nya selama satu minggu ke depan, demi kesehatan bayinya Kinara membeli makanan sehat meski menguras kantongnya.
Kini giliran buah yang akan Kinara beli dan juga tentu saja mangga muda yang sejak tadi diinginkannya.
Kinara tersenyum mungkin ini yang dikatakan orang sebagai ngidamnya orang hamil, menginginkan sesuatu sampai tak tertahan, Kinara semakin tersenyum saat melihat kios buah di pinggir jalan, Kinara segera pergi kearah dimana mangga muda berada.
Saat memilah mangga yang masih segar Kinara terus menelan air liurnya yang terasa akan menetes jika sedikit saja dia membuka mulutnya.
"Kinara?" tangan Kinara berhenti di udara saat mendengar suara dibelakangnya, Kinara menoleh dan menemukan Anita bersama Yoga.
Kinara menghela nafasnya lalu dengan cepat memberikan mangga pilihannya agar di bungkus pemilik kios.
"Lima belas ribu Mbak.."
"Biar aku yang bayar" Yoga mencegah Kinara yang akan membayar mangganya.
"Tidak perlu.."
"Ra.."
"Gak papa Ra" belum selesai Yoga bicara Anita sudah memotong ucapannya "Aku juga lagi ngidam mangga muda, beruntung ada Mas Yoga yang selalu mengabulkan permintaanku yang aneh- aneh, kadang tengah malam aku juga pengen pizza tapi mas Yoga selalu siap siaga, jadi sekalian saja Mas Yoga yang bayar, kan Mas Yoga gak selalu bisa ada buat kamu setiap hari.."
"Tidak perlu, lima belas ribu Bang, saya ambil makasih ya" Kinara menyimpan uang sebesar lima belas ribu, lalu mengambil mangganya dan pergi mengacuhkan Anita dan Yoga.
Yoga menghela nafasnya, melihat Kinara pergi menjauh, dengan kantung belanjaan di kedua tangannya, apa Kinara selalu seperti itu, pergi ke pasar dan belanja sendiri, saat bersamanya, Yoga selalu meminta pelayan yang pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur.
Kinara hanya perlu mengolah apa yang tersedia di lemari es, dan kini Kinara harus turun sendiri ke pasar yang becek, jika Anita tak memintanya turun demi membeli mangga muda, Yoga juga mungkin tidak akan tahu jika Kinara ada di pasar.
Mereka baru saja dari rumah orang tua Yoga dan Anita meminta berhenti saat melihat kios buah di pinggir jalan.
Anita mengenggam mangga muda di tangannya dengan erat seolah ingin meremukkannya, dia sama sekali tidak menginginkan mangga muda itu, tapi saat di dalam mobil dia melihat Kinara jadi dia meminta Yoga berhenti dan beralasan tiba-tiba ingin mangga muda.
Anita ingin menunjukan pada Kinara bahwa Yoga begitu mencintainya, hingga memenuhi semua keinginan mengidamnya.
Anita melihat Yoga yang masih menatap punggung Kinara, dan membuat Anita semakin mengutuk Kinara dalam hati.
Kinara berjalan tanpa menoleh kearah belakang, dia tak mau melihat Anita dan Yoga, Kinara tersenyum pedih ini adalah keputusannya untuk bercerai, tak masalah tak ada suami yang siaga dan mengabulkan keinginan mengidamnya, dia mampu untuk melakukannya sendiri, meski tak dapat di pungkiri Kinara merasa iri, tentu saja.. setiap ibu hamil punya sisi manja tersendiri termasuk Kinara, Kinara tak ingin menangis sungguh, tapi air matanya menetes begitu saja, Kinara mengelus perutnya pelan sambil bergumam "Tidak Nak, jangan menginginkan sesuatu yang tidak bisa Ibu berikan"
Setelah dirasa sudah berjalan jauh, Kinara melihat sebuah halte, Kinara duduk dan menyeka keringatnya, Kepala Kinara melongok melihat apakah ada angkutan umum yang lewat, namun seolah takdir belum puas mempermainkannya , Kinara melihat mobil Yoga melintasinya begitu saja.
Perih, tentu saja..
Kinara membenci kedua orang itu, tentu saja, terutama Yoga..
Tapi Kinara tak bisa menepis jika cinta yang selama tiga tahun tertanam ini bisa hilang begitu saja.
Kinara melihat Anita yang tersenyum sedangkan Yoga tak melihat kearahnya, mereka melewati Kinara, barulah Kinara bernafas lega.
Jika tinggal di kota yang sama meski jarak lumayan jauh tetap saja akan bertemu, tapi apakah Kinara harus pergi saja yang jauh untuk menghindari mereka.
Kinara menggelengkan kepalanya, tidak dia tak ingin jadi pengecut, Kinara yakin dengan berjalannya waktu dia bisa melupakan semuanya, dan dia harus menghadapi mereka meski perih hati masih terasa, karena seperti apapun dia menghindari di suatu hari Kinara akan bertemu lagi dan itu akan lebih sulit.
.
.
Abi menyimpan berkas perceraiannya dengan Riana di depan Riana, mereka sedang berada di kamar Riana, dengan Abi yang sengaja mendatanginya.
Ya, selama ini kamar mereka bahkan terpisah..
"Kamu yakin?" Riana masih di tempat tidur dan memegang kepalanya, seperti biasanya Riana pulang dini hari setelah mabuk semalaman.
"Tanda tangani!"
"Apa yang aku dapat saat menjadi janda Wiratama?"
"Kamu bisa lihat sendiri ada perjanjian disana" Abi tidak akan menceraikan Riana dengan tangan kosong "Anggap saja itu kompensasi untuk melahirkan Arumi.."
Riana mengangguk dan cukup puas, dengan apa yang di berikan Abi, sedangkan Abi mengeram dalam hati Ibu mana yang mau menukar putrinya bahkan meski itu dengan harta yang melimpah, mungkin ada tapi Abi tak menyangka jika salah satunya adalah Riana.
Dengan ringan Riana menandatanganinya lalu memberikan pada Abi, "Aku akan pergi hari ini juga"
Abi mengangguk "Lakukan secepatnya!"
Riana tersenyum kecut "Kenapa mengambil keputusan ini? apa kamu sudah menemukan wanita lain?"
"Bukan urusan mu, tak perlu datang ke pengadilan, agar prosesnya lebih cepat.." Abi pergi begitu saja meninggalkan Riana yang tersenyum menang.
"Akhirnya aku bebas.." teriaknya. "Pertama, aku akan pergi liburan" Abi tak main-main memberikannya kompensasi rumah, mobil, dan juga uang yang melimpah tentu saja dia tidak akan menyia-nyiakannya.
Di luar kamar Abi mengepalkan tangannya, baiklah akan dia ingat jika hari ini adalah hari bebas untuk Riana, dan pastikan Riana tidak akan pernah menyesal bercerai darinya.
Abi berjalan pergi untuk menyerahkan berkas perceraiannya dengan Riana.
...
Arumi hanya bisa cemberut saat melihat Kinara dari kejauhan "Kamu kabur lagi?" Kinara duduk di sebelah Arumi, Arumi menghubunginya dan meminta bertemu dengannya di taman terakhir kali mereka bertemu.
"Mana bisa kabur" Arumi menunjuk dua orang di belakangnya, dua pengasuh yang berdiri siap sedia jika Arumi pergi selangkah saja.
"Oh, tuan putri punya pengawal?" Arumi mencebik, dari pada pengasuh memang lebih mirip pengawal.
"Kamu tidak sekolah?"
"Aku sekolah dirumah" Kinara mengangguk, pantas saja anak ini kesepian rupanya dia tak punya teman dan hanya terkurung dirumah.
"Kamu punya masalah besar lagi?" Arumi mengangguk "Kali ini sebesar apa?" Kinara membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak.
"Apa itu?" Arumi melihat Kinara membuka kotak lalu melihat isinya.
"Manisan Mangga, kamu mau?" mangga yang kemarin sore dibeli Kinara dibuat manisan agar lebih tahan lama dan Kinara bisa memakannya kapanpun dia mau.
"Apa enak?"
"Tentu saja, waktu Arumi menghubungi tante, tante baru menyelesaikan ini."
"Aku boleh coba" Kinara menyodorkan. kotak pada Arumi, dan Arumi mengambil satu,setelah itu Kinara membiarkan dua pengasuh Arumi untuk ikut mencoba.
"Duduklah, kalian tidak lelah berdiri seperti itu, tenang aja Arumi aman sama saya" Kedua pengasuh itu meringis lalu ikut duduk di kursi tak jauh dari sana.
"Gimana rasanya?"
"Asam.." Arumi mengeryitkan alisnya.
"Ya, karena tante tidak menambahkan terlalu banyak gula.." Kinara menyuapkan satu potong manisan ke dalam mulutnya, dia bahkan tidak mengeryit sama sekali.
"Bukannya manisan itu harusnya manis?"
Kinara mengangguk "Iya, tapi bayi tante maunya yang asam.."
"Bayi?" mata Arumi tiba-tiba berbinar.
"Hmm, tante punya bayi, disini" Kinara menunjuk perutnya yang sudah sedikit menyembul "Arumi mau menyentuhnya"
"Bolehkah?" Arumi tidak mengerti, kenapa bayi ada di dalam perut tapi dia penasaran dan ingin menyentuhnya.
"Tentu saja" Kinara membiarkan tangan Arumi mendarat di perutnya "Karena usianya belum empat bulan, jadi belum ada banyak gerakan "
"Jadi kapan akan bergerak?"
"Diusia empat bulan bayi mulai akan terasa sedikit getaran, lalu sudah mulai berdenyut, kemudian di usia lima sampai sembilan bulan baru akan semakin intens pergerakannya, kita akan bisa merasakan detak jantungnya hanya menempelkan tangan seperti ini, dan juga bayi akan bergerak dan menendang"
"Aku tidak mengerti" Kinara terkekeh
"Jadi nanti aku mau pegang lagi bayinya, apa boleh?"
"Hmm boleh.." Arumi tersenyum senang, baiklah jangan tanyakan masalah apa yang dia punya, karena mungkin masalahnya akan sama seperti kemarin, jadi saat Arumi sudah antusias dengan bayinya Kinara membiarkan saja, dia hanya memakan mangga mudanya sambil melihat Arumi mengelus perutnya.
Kinara tidak keberatan jika harus menemani Arumi nyatanya dia juga sendiri dan kesepian, jadi menemani Arumi bisa menjadi teman penatnya.
.
.
Like..
Komen..
Vote..
kudungung banga wanita seperti itu ..
ketika tau dihiyanati ...
langsung putuskan ,mencari jln yg lebih baik kedepan x....