Mika dan Dena dua teman masa kecil yang dipertemukan kembali lewat dunia yang nyatanya tak seluas itu, dikehidupan berikutnya keduanya malah kembali menjadi musuh dalam selimut dan lupa dengan identitas satu sama lain dimasa lalu, siapakah yang akan sadar duluan dengan hubungan lama mereka, atau justru keduanya malah tak akan pernah ingat dan kenangan manis dulu hilang lenyap begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chacasdks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Perjalanan
Mobil Dena bergerak mengikis jarak menuju kost Mika, dengan kecepatan sedang keduanya kini tengah menikmati waktu berdua setelah seharian menghabiskan waktu bersama Bia, Aslan dan Bunda. Bagi Dena, tak pernah terpikir dalam benaknya jika perjalanan bersama keluarga akan semenyenangkan ini, bukan berarti selama ini ia merasa terpaksa ataupun tidak senang, hanya saja satu-satunya alasan kegiatan tersebut bisa semenyenangkan ini tak lain adalah karena Mika, perempuan yang berhasil mengambil hatinya sejak hari pertama.
Sedangkan bagi Mika, tak pernah terbesit pula dalam benaknya jika menghabiskan waktu seharian bersama orang baru akan se seru ini, dan tak pernah pula ia berpikir jika salah satu alasan akan keseruan itu karena Dena, Dosennya yang saat ini tengah duduk di kursi penumpang dengan Dena dibalik kursi kemudi.
Seperti sekarang ini, bagaimana Mika dengan semangat bercerita mengenai apa yang ia lalukan semalam agar tidak terlihat kaku di depan Bunda, dengan Dena yang tertawa di sebelahnya sesekali menoleh sebentar untuk melihat wajah yang selalu ia kagumi dari jauh itu.
"cepet banget ya Kak udah sampe aja" ucap Mika sembari lepas sabuk pengamannya. Dena disampingnya mengangguk setuju sambil menoleh tatap Mika yang sebentar lagi akan meninggalkannya. Mika tak lantas bergegas pergi setelah melepas sabuk pengaman, ia malah lakukan hal sama, menoleh pada Dena dengan alis yang ia naik turunkan.
"Makasih ya hari ini" Mika bergumam kecil dan mengangguk.
"Makasih juga ya hari ini udah buat Minggu aku lebih seru dari biasanya Kak, aku seneng banget" balas Mika lirih, namun suaranya masih mampu terdengar. Dari jarak sedekat ini, senyum manis milik Dena nyaris menghilangkan kewarasan Mika, ia lalu berdeham kecil, coba mencairkan suasana yang saat ini terasa canggung bagi keduanya. Mika lalu perbaiki posisi duduknya sama seperti di awal.
"aku masuk dulu deh Kak"
"tunggu aku mau ngomong" potong Dena cepat. Mika kembali menoleh pada pemuda yang kini tengah raih pelan tangannya untuk di genggam. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, menunggu ucapan Dena.
"kamu mau tau gak apa yang sebenarnya mau saya bilang sama kamu selama ini?" tanya Dena dengan kedua obsidian yang menatap hangat itu, rongga dada Dena dipenuhi dengan udara yang ia hirup dalam-dalam, ia bak di paksa mengucapkan kalimat yang selama ini ia bungkam.
"terima kasih atas kesabaran kamu dalam menghadapi tindakan saya yang mungkin menurut kamu cukup menyebalkan, sebab selain cara itu saya sendiri tidak tau bagaimana harus dekat dan mendapat perhatian kamu Mika, selama beberapa tahun ini saya sudah cukup lelah untuk memendam apa yang seharusnya tidak saya pendam, dan saya ingin kamu tahu jika saya tidak main-main sama kamu, saya serius. Saya ingin terus bersama kamu, baik itu saat kamu senang atay sedih, saya mau mengajak kamu untuk tumbuh dan berjalan bersama" Dena kini dapat merasa lega akan beban yang selama ini ia mengganjal di benaknya, kini langkah makin terasa ringan sebab keduanya sudah tau kemana arah yang ingin di tuju.
Mika menelan ludahnya dengan susah payah, masih coba cerna ucapan Dena, takut jika ia salah mengartikan barang satu kalimat, Mika gigit pipi dalamnya menahan setengah mati agar senyumnya tak merekah, juga dengan detupan jantung yang terus memburu. "Mika maukah kamu jadi teman untuk tumbuh dan berjalan bersama saya?"
Tak ada jawaban yang Mika beri, hanya helaan nafas yang mampu Dena dengar saat ini. Selain masih memproses apa arti ucapan Dena, ia juga masih menyusun kalimat se sederhana mungkin agar ucapannya mudah di mengerti.
"saya bingung harus bales apa, tapi makasih atas kalimat manis nya Pak Dosen" ucapan Mika buat keduanya terkekeh.
"kamu ini memang ya" Mika tersenyum simpul, dari jarak sedekat ini rona pipi cantik itu dapat terlihat jelas.
"jujur, dari beberapa tindakan kamu di beberapa waktu memang ngeselin sih Kak, tanya aja tuh Salsa, nama kamu paling sering aku sebut dibanding mata kuliah kamu," Dena tertawa pelan mendengar balasan Mika, namun alih-alih menimpalinya, ia malah diam dengan senang hati, menunggu ucapan yang belum selesai itu.
"tapi setelah kenal kamu lebih lama, menghabiskan waktu sama kamu, aku akhirnya paham kalau kamu memang gak bisa kalau hanya sekedar mengungkapkan, kamu lebih suka jika menunjukkan sesuatu itu dengan tindakan, dan terbukti dengan kamu yang mampu bawa aku untuk lebih mudah dan kenal sama keluarga bahkan temen kamu, aku juga gak pernah kok mikir kalau kamu cuma main-main sama aku Kak, karena aku tau kamu serius cuma kurang bisa ngomongnya aja sama aku, dan terima kasih ya sudah berani untuk bilang tentang semua ini sama aku"
"terus apa jawaban kamu atas pertanyaan aku yang terakhir?"
Mika mengendikkan bahu "sejak aku memutuskan datang hari ini artinya aku sudah setuju Kak mau jadi teman dalam perjalanan kamu"
Wajah bingung itu pun kini tergantikan oleh senyum yang merekah dengan sempurna. Dena tarik pelan tangan yang semula ia usap pelan itu, bawa si empu mendekat dan bawa tubuh Mika untuk dipeluk. Jatuh cinta ternyata cukup menyenangkan, asal Mika lah yang menjadi pelaku utamanya.
cukup follow me.. Thank you.