Di tengah hiruk pikuk dunia persilatan. Sekte aliran hitam semakin gencar ingin menaklukkan berbagai sekte aliran putih guna menguasai dunia persilatan. Setiap yang dilakukan pasti ada tujuan.
Ada warisan kitab dari nenek moyang mereka yang sekarang diperebutkan oleh semua para pendekar demi meningkatkan kekuatan.
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang masih berusia 7 tahun. Dia menjadi saksi bisu kejahatan para pemberontak dari sekte aliran hitam yang membantai habis semua penduduk desa termasuk kedua orang tuannya.
Anak kecil yang sama sekali tidak tau apa apa, harus jadi yatim piatu sejak dini. Belum lagi sepanjang hidupnya mengalami banyak penindasan dari orang-orang.
Jika hanya menggantungkan diri dengan nasib, dia mungkin akan menjadi sosok yang dianggap sampah oleh orang lain.
Demi mengangkat harkat dan martabatnya serta menuntut balas atas kematian orang tuanya, apakah dia harus tetap menunggu sebuah keajaiban? atau menjemput keajaiban itu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleta. shy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pedang pusaka Naga biru
"Bagaimana caraku agar tidak melibatkan Chia dalam misi balas dendam ini?" Yuan berfikir sejenak sebelum kembali ke akademi desa Bunga teratai biru. Dia hanya bisa membatin karena saat ini Chia juga bersamanya.
Yuan maupun Chia berjalan beriringan bersama. Mereka memang sengaja keluar dari tempat akademi untuk sejenak menenangkan diri di pinggiran desa. Ada celah tempat yang selalu digunakan keduanya untuk keluar dari akademinya itu.
Sebenarnya mudah bagi Yuan untuk keluar dari arah mana saja yang diinginkannya walaupun penjagaan di akademinya itu terbilang cukup ketat. Dikarenakan adanya Chia, dia terpaksa harus melakukan layaknya orang normal agar tidak dicurigai gadis tersebut.
Kemampuannya yang sekarang tidaklah sama dengan kemampuannya delapan tahun yang lalu. Banyak hal yang sudah dilalui olehnya untuk sampai ketahap ini.
Yuan memang sengaja untuk tidak menunjukkan kemampuan aslinya kepada orang-orang dengan alasan tertentu. Bahkan di akademi, Yuan dikenal sebagai anak yang paling lemah diantara anak-anak yang lain.
Bully-an entah dari kata-kata maupun fisik, kerap kali dirasakan oleh Yuan. Akan tetapi, sedikitpun dia tidak membalasnya sama sekali. Ada misi yang akan dijalankan olehnya demi membalaskan kematian nenek Ling dan juga ayahnya Chia, Xiao Lee.
Selama delapan tahun terakhir ini juga, Yuan senantiasa selalu bersama dengan Chia. Lebih tepatnya gadis itu yang selalu ada dimanapun Yuan berada.
Mereka berdua sama-sama sebatang kara. Ditinggalkan kedua orangtua, hilangnya tempat untuk menyalurkan kasih sayang serta tempat untuk berkeluh kesah.
Dibalik sifat Yuan yang sangat acuh kepada Chia, nyatanya dirinya selalu memperhatikan gadis itu dimanapun kapanpun, memberi perlindungan dari jauh yang mungkin tidak diketahui Chia sendiri secara langsung.
Belum lagi dengan kecantikan yang gadis itu miliki, Yuan terkadang merasa begitu khawatir akan keselamatan gadis tersebut. Dunia yang kejam ini selalu mengincar gadis-gadis cantik untuk dijadikan pelampiasan nafsunya.
Yuan mengakui jika Chia memang berbeda jauh dengan semua perempuan yang pernah dilihatnya. Kecantikan gadis itu begitu menggiurkan bagi siapa saja yang melihat wajahnya.
Walaupun di akademi tempat itu cukup aman dari hal-hal yang buruk, namun tetap saja Yuan selalu waspada. Keselamatan Chia bagi Yuan adalah nomor satu dalam hidupnya.
Terlepas itu semua entah rasa sayangnya itu seperti saudara, ataupun rasa sayang kepada lawan jenis pada umumnya.
...
Hari yang ditunggu-tunggu semua orang pun telah tiba. Banyak sekali para pendekar hebat mulai berkumpul didepan gerbang desa Bunga teratai biru. Semuanya merupakan tamu undangan dari pemimpin desa Bunga teratai biru itu sendiri, Jiao Ming yang mengundang pendekar muda terhebat dari sekte perguruan masing-masing untuk melakukan adu tanding.
Banyak sekali sekte yang begitu ambisius untuk mengikuti turnamen ini. Mereka semua diiming-imingi hadiah yang cukup menggiurkan yaitu berupa pedang kuno Pusaka Naga biru.
Pedang pusaka Naga biru, merupakan sebuah pedang kuno yang namanya begitu melegenda bagi kalangan para pendekar didunia persilatan.
Kononnya dahulu kala, pedang ini merupakan kepemilikan dari pendekar nomor satu pada masanya. Secara turun-temurun pedang itu termasuk salah satu benda yang paling dicari-cari oleh semua para pendekar didunia persilatan.
Sudah lama sekali tidak terdengar lagi nama pedang pusaka Naga biru ini. Sampai pada akhirnya terdengar kabar jika desa Bunga teratai biru membuat sebuah turnamen besar dengan menyebutkan pedang pusaka Naga biru yang akan menjadi hadiahnya.
Antara percaya atau tidak, mereka semua gerombolan datang sendiri ke desa Bunga teratai biru untuk memastikan kebenaran dari kabar tersebut.
...
"Apakah waktunya telah tiba?" Chia bertanya kepada Yuan setelah melihat banyak orang mulai berdatangan di desanya ini.
"Jangan bertindak ceroboh, biar ini menjadi urusanku." Jawab Yuan.
"Kau selalu saja begitu! Aku juga mau ikut andil dalam misi balas dendam ini!"
"Ini urusanku, ini urusanku. Kau jangan ikut campur." Chia meniru ucapan yang selalu pemuda itu lontarkan kepadanya.
"Selalu saja kau berkata begitu, seolah-olah kau adalah orang yang kuat. Kau terlalu percaya diri dengan kemampuanmu yang tidak seberapa itu." Chia begitu kesal dengan Yuan.
"Terserah kau saja." Balas Yuan singkat malas berdebat.
...
Setelah memastikan Chia benar-benar kembali ke kediamannya di akademi, Yuan secara cepat pergi keluar dari desa ini dengan kecepatan dan ilmu meringankan tubuhnya ke hutan siluman.
Kecepatan dan ilmu meringankan tubuhnya secara drastis meningkat pesat. Berbekal pengetahuan dan pengalaman dari Fuxhang dan HaoLee yang sudah hidup ribuan tahun, mudah bagi keduanya membuat anak yang dahulunya hanya berada dilevel dasar tingkatan pendekar, menjadi seseorang yang patut diperhitungkan jika ada yang mengetahui kekuatan asli dari pemuda tersebut.
"Apakah ada petunjuk yang pasti tentang pengobatan segel darahku ini?" Tanya Yuan kepada Fuxhang dan juga HaoLee.
Yuan menghela nafas kasar. Sembari terus berlari menuju hutan siluman dia kembali teringat akan sebuah segel yang terhalang didalam pembuluh darahnya yang membuat dirinya susah sekali menembus level tingkatan tahap pendekar selanjutnya.
"Untuk sekarang aku sama sekali belum mendapatkan petunjuk apapun tentang itu. Ini adalah kejadian yang langka, baru pertama kali aku mendapati sesuatu yang seperti ini." Jawab Fuxhang merasa bingung dengan adanya segel di pembuluh darah pemuda tersebut.
"Apakah ini ada kaitannya dengan segel kontrak darah yang kita buat?" Tiba-tiba HaoLee ikut nimbrung dalam percakapan mereka berdua. Sejenak kemudian mereka bertiga berfikir dengan segala kemungkinan yang terjadi pada tubuh Yuan.
"Ini sedikit rumit." Ucap Fuxhang.
"Bukan sedikit, tapi banyak." Timpa HaoLe
Yuan kembali fokus untuk cepat sampai ke hutan siluman. Saat ini ada hal yang lebih penting daripada segel pembuluh darah ditubuhnya.
"Bagaimana dengan pedang pusaka Naga biru? Apakah ada petunjuk yang pasti tentang keberadaannya?" Fuxhang kembali bertanya.
"Aku sebenarnya masih belum yakin jika mereka mempunyai pedang pusaka kuno itu. Ini terasa begitu janggal." Jawab Yuan.
"Kita harus mendapatkannya apapun yang terjadi. Pedang pusaka Naga biru pasti ada kaitannya dengan Kitab Alam Suci ini. Jangan fokuskan terhadap syarat-syarat yang ada di kitab itu, aku sangat yakin jika itu adalah hanya sebuah pengalihan saja. Sebab itu selama ini tidak ada satu orang pun yang bisa membukanya karena mereka semua berfokus pada syarat di kitab tersebut."
Pedang pusaka Naga biru diperkirakan Fuxhang memiliki keterkaitan dengan Kitab Alam Suci. Dia begitu mengenal siapa sosok pemilik pedang yang dianggap pusaka itu oleh orang-orang.
Laosheng. Ya, itu adalah pedang milik orang yang telah menyegel dirinya dan juga HaoLee ke dalam dimensi Kitab Alam Suci ini. Beberapa kali keduanya pernah bertemu secara langsung dengan Laosheng, pedang yang selalu dibawanya itu cukup membekas dipikiran Fuxhang maupun HaoLee sehingga keduanya cukup mengenal bagaimana bentuk dari pedang pusaka Naga biru tersebut.
Namun, hingga sekarang pun dia tidak pernah melihat bagaimana bentuk pedang yang disebutkan orang-orang untuk memastikan jika pedang itu benar-benar pedang pusaka Naga biru ataupun bukan.
Yuan yang sebagai perantara matanya untuk melihat dunia luar, sama sekali tidak pernah diperlihatkan bagaimana bentuk dari pedang pusaka Naga biru itu.
...
Sesampainya di hutan siluman, Yuan segera menuju ke markas tempat tinggal para siluman tingkat tinggi berada. Dengan santai dia memasuki tempat itu layaknya seperti rumahnya sendiri.
Melihat siapa yang mendatangi mereka, semuanya tanpa terkecuali langsung memberikan penghormatan kepada pemuda itu. Para siluman dengan berbagai wujud mengerikan itu juga mempersilahkan Yuan untuk duduk di kursi kebesaran tempat pemimpin mereka selalu duduk.
"Tuan muda, silahkan." Ucap pemimpin siluman itu mengarahkan tangannya untuk Yuan duduk di kursi kebesarannya.
"Maaf aku tidak memiliki banyak waktu." Jawab Yuan dengan aura kepemimpinannya. Wibawa Yuan sebagaimana yang diajarkan oleh Fuxhang dan HaoLee ternyata berhasil.
"Langsung saja, apakah kalian sudah mendapatkan apa yang aku inginkan?" Tanya Yuan seraya menatap satu persatu siluman dihadapannya ini.Tidak pernah terbayangkan olehnya sedikitpun kalau dia akan bisa berinteraksi sedekat ini dengan para siluman.
Rahasia umum yang pasti diketahui semua orang jikalau manusia dan siluman adalah musuh bebuyutan. Bagaimana mungkin Yuan seleluasa itu ketempat para siluman? Apalagi yang dia kunjungi sekarang adalah siluman tingkat tinggi pada umumnya yang mampu berbicara.
"Kami sudah mendapatkannya. Tapi tidak secara langsung bisa untuk dikonsumsi oleh manusia. Ada efek jangka panjang yang membuat seseorang tidak sadarkan diri dalam beberapa hari. Kami tidak akan memberikannya kepada tuan muda, karena ini menyangkut nyawa tuan muda sendiri."
Pemimpin siluman itu berkata dengan kepala yang tertunduk. Yuan sedikit tersentuh dengan sikap mereka para siluman yang begitu memikirkan keselamatannya.
"Mereka bukan seperti siluman yang aku kenal." Yuan berkata dalam hatinya. Pengaruh Fuxhang dan HaoLee benar-benar dirasakan olehnya saat ini.
"Segera ambil saja permata siluman itu. Aku akan sedikit menetralisir efek sampingnya. Kami akan menarik mu masuk kedalam dimensi Kitab Alam Suci ini." Terdengar oleh Yuan suara Fuxhang dari dalam pikirannya.
Yuan menghela nafas pelan. Dia kembali menatap pemimpin siluman dihadapannya. Dia mengulurkan tangannya meminta barang tersebut.
"Apakah masih ada keraguan tentang bagaimana kemampuan nenek moyang dari golongan kalian?" Yuan bertanya seraya menggoyangkan tangannya yang sudah diulurkan sejak tadi.
"Berikan saja kepadaku. Dia menyuruhku untuk mengambilnya, aku harap kalian tidak mempersulitnya." Sambung Yuan.
"Ma..af tuan muda, jangan salah paham. Sedikitpun kami tidak berniat mempersulit tuan muda. Kami hanya peduli..."
"Aku tau." Potong Yuan.
Pemimpin siluman itu langsung pergi mengambil permata siluman yang diinginkan Yuan berdasarkan rekomendasi dari Fuxhang. Dia memberikannya kepada pemuda itu dengan kepala tertunduk, memberikan penghormatan.
Yuan menerimanya. "Aku tidak menyukai penghormatan, jangan kalian semua melakukan apa yang seharusnya tidak kalian lakukan."
Tiba-tiba dari balik pakaian yang digunakan oleh Yuan, muncul sebuah cahaya berwarna kehitam-hitaman. Cahaya itu kemudian mengelilingi tubuhnya beberapa kali putaran. Sebelum akhirnya sebuah buku yang terlihat begitu usang nya terjatuh dilantai disertai menghilangnya sosok Yuan dari pandangan para siluman yang melihatnya.
Melihat hal itu, pemimpin siluman langsung segera mengambil Kitab Alam Suci tersebut dan meletakkannya ditempat yang aman.
.
.
.
.