JANGAN BOOM LIKE 🙏🏻
Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.
Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANA AURELIA
...23...
Sepulang dari acara piknik, Liora langsung kembali ke kamarnya. Ia menghabiskan waktu hingga senja di luar karena begitu asyik melihat para prajurit berlatih. Setelah puas bermain-main di luar, ia memutuskan untuk segera memindahkan Finnian ke kamar loteng.
Saat itu, suasana cukup bersahabat. Tidak ada seorang pun selain Liora, Saina, dan Finnian di sana. Diam-diam, tanpa menimbulkan banyak suara, mereka melangkah perlahan. Satu per satu anak tangga mereka naiki hingga sampai di kamar loteng yang mereka tuju.
"My Lady, apakah tempat ini benar-benar akan aman untuk Finnian?" tanya Saina sambil berbisik.
Liora mengangguk dan menjawab, "Aku harap begitu, Saina. Namun, kita tidak boleh lengah. Jika ada yang hendak naik ke loteng, kau harus menghentikan mereka dengan cara apa pun."
"Saya mengerti, My Lady," jawab Saina tegas.
Mereka membaringkan tubuh Finnian di atas kasur. Kondisi kamar sudah rapi dan bersih karena Saina telah membersihkannya dengan sepenuh hati. Ruangan itu diisi beberapa perabotan, dan di dalam lemari terdapat berbagai gaun untuk anak kecil.
"Baiklah, ayo kita turun," ajak Liora, karena mereka tidak bisa berlama-lama di sana.
Mereka melangkah dengan hati-hati, namun di tengah keheningan, suara samar langkah kaki terdengar di kejauhan. Liora berhenti sejenak, memasang telinga, tetapi tak ada yang muncul. Ia pun mengabaikannya, tidak menyadari bahaya yang mengintai.
...****************...
Pagi itu, Liora bangun dengan perasaan tenang. Cahaya matahari masuk melalui celah tirai kamarnya, menciptakan suasana yang damai. Ia duduk di tepi ranjang, memandangi pemandangan di luar jendela yang penuh dengan embun pagi.
Hari ini terasa seperti pagi yang biasa, tanpa ada kegaduhan ataupun gangguan. Liora memutuskan untuk bersantai sejenak, menikmati secangkir teh hangat yang disajikan oleh Saina, sebelum memulai aktivitasnya.
Di suasana yang tenang itu, mendadak Liora merasakan perasaan tidak enak, namun ia tidak tahu apa penyebabnya. Seolah sedang terjadi sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Atau skenario terburuknya, ada yang ingin merencanakan hal jahat untuknya.
"Apa yang terjadi." datar Liora, menatap tajam ke arah teh yang tak bersisa.
Apa yang ia rasakan adalah sebuah peringatan nyata. Di sebuah tempat, ada seseorang yang ingin merencanakan rencana jahat untuknya.
Di kediaman Valenmore, seorang pelayan wanita berjalan cepat menuju aula utama. Ia tampak gugup, sesekali melihat ke sekelilingnya untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan langkahnya.
Pelayan itu akhirnya sampai di pintu besar yang dijaga ketat oleh dua pengawal. Setelah memberikan kata sandi yang sudah disepakati, pintu terbuka, memperlihatkan ruangan besar dengan langit-langit tinggi dan hiasan mewah khas keluarga bangsawan Valenmore.
Aurelia Valenmore, putri kedua dari keluarga itu, tengah duduk di salah satu sofa beludru, menunggu dengan anggun. Wajahnya yang cantik tampak memancarkan kecerdasan dan kelicikan, tetapi senyum kecil di bibirnya mengisyaratkan bahwa ia sedang dalam suasana hati yang baik.
"Masuklah," ucapnya dengan suara tenang namun penuh perintah.
Pelayan itu melangkah masuk, menunduk hormat di hadapan Aurelia. Ia menahan napas sejenak sebelum berbicara.
"Saya melihat sesuatu tadi malam, Nona Aurelia... di loteng rumah Ravenscroft. Ada seseorang di sana bersama Liora," kata pelayan dengan nada hati-hati, seolah takut mengungkapkan terlalu banyak.
Aurelia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, tatapannya tajam. "Seseorang? Siapa?"
"Saya tidak bisa melihat dengan jelas... Tapi dari gerakannya, sepertinya seorang pria," jawab pelayan dengan ragu, matanya sesekali mencuri pandang ke arah Aurelia.
Aurelia terdiam sejenak, memproses informasi tersebut. Matanya menipis saat memikirkan sesuatu, diiringi oleh jarinya yang perlahan-lahan mengetuk kursi. Dugaannya langsung melesat jauh. Jika Liora menyembunyikan seorang pria, itu bisa menjadi senjata mematikan untuk menjatuhkannya.
Terlebih lagi, Aurelia sekarang sedang membicarakan pernikahan dengan kakak Liora, Beans Ravenscroft. Kesempatan seperti ini tidak boleh disia-siakan.
"Bagus sekali," gumam Aurelia, matanya berkilat licik. "Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik. Lanjutkan pantauan mu, dan laporkan padaku setiap gerak-geriknya. Aku akan memastikan kau mendapatkan imbalan yang layak."
Pelayan itu mengangguk, tampak lega sekaligus senang karena imbalan besar yang dijanjikan Aurelia. "Terima kasih, My Lady. Saya akan melakukan yang terbaik."
Setelah pelayan itu pergi, Aurelia bersandar di sofanya, memikirkan langkah berikutnya. Dia tahu bahwa waktu yang tepat untuk menjatuhkan Liora semakin dekat.
"Aku harus menghancurkan Liora," pikir Aurelia. Selama ini, dia selalu menjadi pusat perhatian semua orang. Tapi ketika Liora masuk ke dalam dunia sosialita, semuanya berubah. "Mereka harus tahu, aku yang lebih pantas untuk posisi itu, bukan dia."
Jika rumor tentang Liora yang menyembunyikan pria di loteng tersebar, kehormatan keluarganya bisa dipertanyakan. Itu akan menghancurkan reputasi Liora, terutama jika dikaitkan dengan keluarga Ravenscroft.
“Jika desas-desus tentang Liora ini menyebar, tak hanya reputasinya yang hancur. Aku bisa memutarbalikkan keadaan dan membuatku terlihat seperti penyelamat keluarga ini. Semakin dekat aku dengan keluarga Ravenscroft, semakin jauh Liora dari posisi yang seharusnya milikku.”
Aurelia tersenyum dingin, menyadari bahwa ia memegang kendali atas situasi ini. Tidak ada yang akan menghalangi jalannya, terutama Liora.
"Sempurna," bisiknya pada dirinya sendiri. "Sekarang saatnya bermain."
Segera ia memutuskan untuk berkunjung ke Duchi, seolah ia tidak boleh kehilangan kesempatan untuk mempermalukan Liora dengan berita yang ia dapatkan dari mata-matanya. Kali ini ia ingin menunjukkan penampilan yang sangat sempurna, setidaknya cukup untuk mendapatkan apa yang ia mau.
Memikat Beans adalah hal yang mudah untuknya. Kali ini, ia ingin memikat Dimitri, selaku seseorang yang akan menjadi mertuanya. Merebut kasih sayang Dimitri dari Liora adalah misi utamanya saat ini.
"Aku akan pastikan tidak ada yang tersisa untukmu, Liora. Segala hal yang berharga akan ku genggam. Dan saat itu tiba, kau akan tahu bagaimana rasanya menjadi tidak berdaya," gumam Aurelia sambil melirik ke arah pintu, matanya penuh perhitungan.
...****************...
Sesampai di Duchi Ravenscroft...
Aurelia menyiapkan dirinya dengan sempurna. Rambut merah panjangnya ditata rapi, berkilau seperti Rubby di bawah cahaya matahari. Gaun biru tua yang ia kenakan dirancang dengan potongan yang memamerkan keanggunan, kekayaan, dan statusnya.
Tanpa menunggu lama atau mengirim surat formal, ia segera berangkat menuju kediaman Duchi Ravenscroft, tanpa peduli pada etiket yang mengharuskan pemberitahuan sebelumnya. Ini adalah taktik sengaja.
Kereta keluarga Valenmore berhenti tepat di depan gerbang mansion megah keluarga Ravenscroft. Pelayan yang menjaga pintu depan tampak bingung melihat kedatangan yang tiba-tiba. Sebuah kunjungan mendadak seperti ini jarang terjadi di kalangan bangsawan, terlebih dari keluarga sebesar Valenmore.
"Apa... yang bisa kami bantu, Lady Valenmore?" Pelayan itu terlihat sedikit gelisah, tetapi berusaha tetap tenang.
Aurelia tersenyum tipis, senyuman yang dingin namun menawan. "Aku di sini untuk menemui Grand Duke Ravenscroft dan Duke kecil. Tolong sampaikan bahwa aku telah tiba."
(Duke kecil : Pewaris berikutnya)
...^^To be Continued^^...