Menceritakan beberapa kisah pendek romansa kehidupan, juga perjalanan dalam mencari kebahagian yang sejati.
Hal-hal yang umum terjadi di sekitar kita maupun yang tidak bisa kau pikir sebelum nya. Semua tertuang dalam kisah-kisah mengharukan dan mendebarkan.
Semoga kalian dapat terhibur dengan kisah pendek ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lan05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dinara & Deon 7
Dinara kini sedang berdiam merenungi semua hal yang terjadi pada nya dalam beberapa hari ini. Dirinya belum ada keberanian untuk berbicara dengan kedua orang tua nya. Walaupun kedua orang tua nya telah menunjukkan perubahan besar pada nya. Tapi hati nya selalu ada keraguan saat ingin percaya dengan janji kedua orang tua nya.
Tidak semudah itu, terlebih setiap perlakuan orang tua nya masih amat jelas Dinara rasakan. Semua penderitaan dan kesakitan Dinara tidak semudah itu di hilangkan.
Lamunan nya buyar kala melihat Deon yang masuk ke dalam kamar rawat nya, saat ini Dinara masih berada di rumah sakit dokter mengatakan bahwa kondisi nya sudah membaik dari semua pemeriksaan yang ia jalani. Mungkin besok Dinara sudah diperbolehkan untuk pulang.
"Kamu bawa apa.?" Tanya Dinara yang melihat Deon membawa satu paper bag besar.
"Coba Tebak.?"
"Hmmm... Kue.?" Tebak Dinara, karena akhir-akhir ini Deon selalu membawa makanan-makanan kesukaan nya.
"Salah.. " Deon pun mengeluarkan isi dari paper bag itu.
"Coklat!!" Ucap Dinara antusias karena dari kemarin Dinara menginginkan coklat.
"Iya, aku bawa ini biar kamu semakin semangat untuk sembuh."
Dinara tersenyum senang dan memeluk coklat pemberian Deon dengan erat.
"Makasih sayang." Merentangkan tangan nya agar Deon memeluk nya.
Deon pun dengan senang hati memeluk kekasih mungil nya dan mengecup pucuk kepala Dinara. "Kata dokter besok kamu sudah bisa pulang."
" Iya, tadi dokter kesini dan memberitahu jika besok aku sudah bisa pulang." Dengan senyum manis nya Dinara tampilkan kepada Deon.
"Syukurlah kalau begitu."
Setelah itu mereka asyik mengobrol apapun yang mereka pikirkan satu sama lain. Hingga tak menyadari bahwa Logan dan Thalia melihat interaksi itu dari kaca pintu.
"Kita biarkan Dinara lebih tenang dulu ya, setelah Dinara benar-benar sudah membaik dan menerima kita. Baru kita bicarakan semua nya dengan Dinara." Ucap Logan menenangkan istri nya yang kini terlihat sangat sedih karena belum bisa menemui Dinara setelah Dinara sadarkan diri.
Logan pun merasakan hal yang sama, namun dirinya kini mencoba menekan ego nya dan mencoba memahami keinginan Dinara yang belum siap bertemu dengan mereka terutama dirinya.
***
Esok hari nya Dinara telah bersiap untuk pulang dengan Deon yang membantu nya membereskan keperluan nya yang lain. Tak lama dokter datang dan menghampiri nya yang posisi nya sudah duduk di sofa, infus nya sudah terlebih dahulu di lepas oleh suster.
"Bagaimana perasaan nya hari ini.?" Tanya Dokter yang merawat nya selama ini.
"Baik Dok, terimakasih banyak."
"Sama-sama, saya harap kamu tidak seperti ini lagi." Ucap sang Dokter kepada Dinara yang merasa tidak ada yang aneh dengan ucapan Dokter tersebut. Padahal Dokter nya sangat mengetahui apa yang terjadi terhadap Dinara. Dinara sampai saat ini tidak mengetahui bahwa orang sekitar nya sudah mengetahui penyebab luka nya termasuk Deon kekasih nya, ia hanya berpikir yang mengetahui apa yang terjadi padanya hanya dirinya dan Daddy nya saja.
"Ya Dok, terimakasih." Senyum Dinara kearah Dokter Alex yang telah merawat nya.
Bahkan Dinara baru bertemu Dokter yang seperti Dokter Alex ini, karena apa... karena Dinara merasa perlakuan Dokter Alex tidak seperti Dokter pada umum nya yang ia ketahui. Dokter Alex sangat memperhatikan nya, menanyakan dengan detail apakah masih ada yang sakit atau tidak bahkan menanyakan itu hingga beberapa kali. Tapi Dinara tidak menaruh kecurigaan apapun, Dinara hanya merasa aneh saja.
Lagipula Dinara merasa senang dibalik sakit nya kali ini ada banyak sekali orang yang perhatian padanya. Padahal selama ini jika dirinya terkena siksaan Daddy nya hingga sampai masuk rumah sakit seperti ini walau tidak separah sekarang, tapi Dirinya sangat merasa sendirian karena yang menjaga dan memenuhi kebutuhan nya hanya pelayan dan bodyguard yang orang tua nya utus saja.
Tidak ada yang perhatian atau menemani nya mengobrol, dirinya dipaksa sendiri dalam menghadapi berbagai hal.
"Sudah sayang." Ucap Deon yang sudah membereskan semua barang-barang nya. Dinara pun bangkit dari duduk nya yang reflek dibantu oleh Dokter Alex yang masih berada di kamar nya, persis berada di depan nya.
"Terimakasih sekali lagi Dok." Yang menerima bantuan dari Dokter Alex.
"Tidak masalah Dinara, kalau ada apa-apa lagi kau bisa kesini atau menghubungi saya."
"Hah?" Ucap Dinara kebingungan kenapa Dokter Alex sampai seperti ini padanya.
Melihat raut bingung dari Dinara, Alex mencoba menjelaskan maksud tujuan nya berkata seperti itu. "Iya kau bisa kesini atau menghubungi saya, bukan untuk konsultasi atau apapun yang menyangkut profesi saya. Tapi kau bisa kesini dalam rangka berkunjung atau... bermain mungkin bersama kekasih mu, kalau-kalau kekasih mu tidak percaya."
Dinara masih terdiam mencerna segala ucapan Dokter Alex padanya.
"Kau bisa menganggap saya sebagai kakak lelaki mu atau apapun itu sesuka mu." Lanjut Dokter Alex yang sebenar nya ingin Dinara memiliki tempat saat merasa sepi dan sendiri.
"Kenapa Dokter bersikap seperti ini.?" Tanya Dinara yang sudah sangat penasaran dengan semua sikap Dokter Alex padanya. Karena menurut nya sangat aneh, awal nya ia biasa saja dengan segala sikap Dokter Alex karena ia pikir itu termasuk cara Dokter Alex menangani pasien nya, yaitu dengan cara akrab dan dekat dengan pasien nya.
Tapi mendengar ucapan Dokter Alex seperti tadi seperti nya ini bukan karena ke profesionalitas an Dokter Alex, tapi ada maksud dan tujuan lain Dokter Alex seperti itu dan Dinara penasaran alasan nya.
"Tidak apa-apa ini hanya bentuk kepedulian saya kepada pasien." Ujar Dokter Alex tidak memberitahu alasan sebenar nya.
"Apa semua pasien mu di perlakukan seperti ini.?" Tanya Dinara yang tidak puas dengan jawaban Dokter Alex padanya.
Dokter Alex terdiam dengan pertanyaan Dinara, Apa dirinya harus jujur kepada Dinara, tentang yang sudah ia ketahui.
Dengan menghela napas panjang Dokter Alex memutuskan untuk jujur. "Maaf sebelum nya Dinara jika saya terlalu ikut campur, tapi saya melakukan ini murni karena peduli padamu."
Dinara masih menunggu perkataan selanjut nya dari Dokter Alex.
"Karena saya sebagai Dokter yang menangani mu telah mengetahui penyebab luka-luka mu."
Setelah mendengar perkataan Dokter Alex seperti itu Dinara tak berkutik sama sekali, jadi yang mengetahui apa yang terjadi padanya bukan hanya dirinya dan Daddy nya, apa mungkin semua orang di sekitar nya sudah mengetahui juga? ia reflek melihat kearah kekasih nya. Apa kekasih nya juga tahu.?
"Sayang kenapa melamun.?" Ucap Deon mengelus rambut Dinara yang terdiam setelah mendengar penjelasan dari Dokter Alex.
"Kamu tahu.?" Tanya Dinara melihat kearah Deon dengan tatapan nanar. Dirinya merasa ketakutan jika Deon tahu, Deon akan pergi dari nya karena itu.
"Ssstt.. aku tahu atau tidak itu tidak akan mempengaruhi apapun sayang."
"Jawab dulu, kamu sudah tahu.?" Desak Dinara yang melupakan Dokter Alex yang saat ini tengah melihat itu semua. Seperti nya kekasih Dinara belum memberitahu kan apapun pada Dinara, jika dirinya tahu apa yang terjadi pada Dinara.
"Hmm.. maaf saya keluar dulu seperti nya kalian butuh mengobrol berdua dengan baik." Ucap Dokter Alex memberi pengertian kepada kedua pasangan di depan nya untuk menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka berdua.
Hingga saat ini hanya ada Deon dan Dinara saja di kamar rawat Dinara.
"Kamu duduk dulu ya, aku akan jelaskan apa yang aku ketahui." Ucap Deon sembari menuntun Dinara untuk kembali duduk.
Dinara hanya menuruti saja, karena pikiran nya dipenuhi dengan pikiran-pikiran buruk tentang Deon yang akan meninggalkan nya. Dan bentuk perhatian Deon selama dirinya sakit hingga sekarang hanyalah untuk kenangan terakhir mereka.
Deon yang melihat keterdiaman kekasih nya segera berjongkok di depan Dinara yang kini sudah terduduk melihat kearah nya dengan tatapan nanar. Dengan lembut Deon menggenggam tangan Dinara.
"Sayang, aku memang sudah tahu apa yang terjadi padamu."
"Kau tidak akan meninggalkanku kan.?" Tanya Dinara dengan suara bergetar menatap Deon yang berada di depan nya.
"Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu. Aku sama sekali tidak ada sedikit pun pikiran untuk meninggalkan mu."
"Aku justru merasa gagal karena baru mengetahui semua nya saat ini sayang. Aku merasa tidak berguna sebagai kekasih mu." Rasa penyesalan yang ia rasakan saat melihat Dinara terbaring koma kemarin membuat nya sangat terpukul. Deon merasa gagal dalam menjaga Dinara selama ini, Dinara terlalu pintar menyembunyikan semua nya dari nya. Itu yang membuat nya merasa semakin tidak berguna.
"Tidak! jangan merasa seperti itu, kau telah membuat ku bertahan sampai saat ini, kau tahu." Ucap Dinara memegang rahang kekasih nya lembut. Menenangkan kekasih nya yang saat ini terlihat amat terpukul yang baru Dinara lihat selama ia menjalin hubungan dengan Deon.
"Kenapa kamu menyembunyikan hal seperti ini dari ku.?" Tanya Deon berusaha sebisa mungkin tidak menyinggung perasaan kekasih nya.
"A.. aku, aku hanya takut kau meninggalkan ku Deon. Aku tidak mau kau pergi, aku tidak tahu jika kau tidak ada di sisi ku. Deon aku tidak mau." Ungkap Dinara tentang ketakutan nya kehilangan Deon jika Deon mengetahui apa yang terjadi padanya. Karena ketakutan nya ini bukan tanpa sebab.
Sebelum nya Dinara pernah di tinggalkan oleh seseorang dari masa lalu nya, saat orang itu mengetahui masa lalu nya yang kelam. Seseorang itu meninggalkan Dinara dengan alasan tidak mau bersama dengan orang yang 'tidak sempurna'. Perkataan itu sangat menohok nya karena ia akui tubuh nya banyak sekali bekas luka yang membekas. Semenjak itu lah Dinara sebenar nya tidak mau kembali membuka hati. Tapi Deon terasa berbeda bagi nya hingga akhir nya Dinara mencoba membuka hati nya kembali kepada Deon setelah sekian lama menutup hati nya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, apa masih ada yang mengganjal di hatimu.?"
"Aku memiliki bekas luka di tubuh ku, apa kau akan menerima semua kekurangan ku.?" Tanya Dinara yang masih merasa ketakutan jika suatu saat nanti Deon akan menyesal bertahan dengan nya dan pergi dari nya.
"Aku mencintaimu bukan karena fisik kamu saja sayang, aku menerima semua kelebihan dan kekurangan mu. Seperti kamu yang menerima semua kekurangan ku sayang, setiap orang memiliki masa lalu, memiliki kisah nya sendiri dan jalan takdir nya sendiri sayang. Mungkin ini memang jalan takdir kita untuk saling bertemu dan saling melengkapi."
"Jadi kalau ada apapun yang mengganjal di hati kamu sebisa mungkin kamu ceritakan padaku ya, kita cari jalan keluar nya sama-sama." Lanjut Deon tersenyum menenangkan kearah kekasih nya bahwa dirinya tidak akan meninggalkan Dinara.
"Terimakasih... terimakasih banyak karena mau bertahan di samping ku. Menerima semua kekurangan ku, masa lalu ku. Aku sangat bersyukur bertemu dengan mu." Ucap Dinara tulus mengungkapkan rasa terima kasih nya dan rasa syukur nya bertemu dengan Deon dalam hidup nya.
Deon pun membawa Dinara kedalam pelukan nya. "I love you." Bisik Deon tepat di samping telinga Dinara. Dinara pun berbalik bertatap dengan Deon "I love you too." Balas Dinara. Deon dan Dinara saling berbalas senyum senang yang kini tengah melanda hati mereka, Deon pun mendekatkan wajah nya kearah Dinara.
Hingga Dinara pun merasakan kecupan lembut tepat di bibir nya, lengkungan tipis terbentuk di bibir nya yang kini merasa sangat lega dan bahagia dalam hati nya karena Deon yang bertahan di samping nya.
***
Kini Dinara dan Deon sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Dinara. Walaupun Dinara awal nya menolak untuk kembali ke rumah nya dan minta di antar ke apartement nya saja. Tapi Deon mencoba bicara baik-baik kepada Dinara bahwa lebih baik pulang ke rumah nya karena setidak nya jika di rumah nya banyak pelayan yang akan melayani Dinara dengan baik. Sementara jika di apartement Dinara harus melakukan semua nya sendiri padahal saat ini Dinara masih dibutuhkan istirahat yang cukup dan jangan terlalu banyak melakukan aktifitas.
Setelah dibujuk seperti itu akhir nya Dinara pun menuruti ucapan Deon untuk pulang ke rumah nya. Setelah sampai Dinara di tuntun masuk di bantu oleh Deon, sebenar nya Dinara sudah merasa kuat dan bahkan bisa beraktivitas seperti biasa nya. Tapi Deon sangat protektif padanya hingga jalan seperti ini pun harus dibantu oleh nya.
Namun Dinara senang karena Deon semakin menunjukkan perhatian dan bentuk sayang nya dengan lebih terbuka dari sebelum nya. Walaupun Dinara memang sudah tahu bahwa Deon adalah lelaki yang lembut dan perhatian kepada orang - orang yang di sayang nya.
Sesaat dirinya masuk bersama Deon, orang tua nya telah berdiri seakan menunggu mereka datang. Dinara mau tidak mau pasti akan bertemu dan berhadapan langsung dengan orang tua nya. Selama Dinara masih pulang ke rumah, pasti suatu saat mereka akan berpapasan. Tapi Dinara tidak menyangka jika orang tua nya akan menunggu nya pulang seperti ini.
"Dinara." Panggil Thalia lirih ingin menghampiri putri nya, namun terhenti kala melihat Dinara yang reflek mundur menjauhi nya.
Deon mengelus punggung Dinara lembut guna menenangkan Dinara, karena Deon memahami jika Dinara tidak bisa secepat itu dekat dengan orang tua nya terlebih dengan sikap orang tua nya yang selama ini berbuat hal seperti itu.
"Kau bisa langsung istirahat di kamar, mommy telah menyuruh pelayan membereskan kamar mu sebelum kamu pulang hari ini." Ucap Thalia tersenyum miris karena masih belum bisa dekat dengan putri nya.
Sementara Logan benar-benar tidak tahu harus berbuat apa untuk menebus segala kesalahan nya kepada Dinara. Dirinya hanya bisa terdiam melihat Dinara dengan pandangan menyesal terpancar dari kedua netra nya.
Dinara yang melihat perbedaan dari kedua orang tua nya merasa sedikit canggung dan bingung harus seperti apa hingga Dinara pun hanya mengangguk saja pelan lalu berjalan menuju kamar nya bersama Deon yang menuntun nya kemana-mana sedari tadi.
Mungkin suatu saat nanti, hati nya bisa menerima perubahan kedua orang tua nya dengan baik dan menerima kedua orang tua nya dengan lapang.