NovelToon NovelToon
Queenzy Aurora Wolker

Queenzy Aurora Wolker

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: aili

Queenzy Aurora Wolker gadis yang memiliki wajah yang cantik itu sangat menggilai seorang Damian Putra Throdhor Putra.Pewaris utama Keluarga Throdhor yang memiki kekayaan.nomer satu di dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

Dibalik masker nya Aurora tersenyum tipis. Satu tangannya mengusap saku hoodie karena benda yang mereka curigai ia simpan di dalam sana.

"Kau lolos?"

"Tentu. Sekarang aku akan tiba di kamar pria itu. Hubungi dia untuk mengamankan situasi."

"Baiklah. " Aurora buru-buru pergi ke Perumahan yang sudah ia selidiki sebelumnya. Memasuki lantai 2 sesekali disapa orang-orang sekitar dan barulah ia menemukan seorang pria bertubuh kurus menunggu di depan sebuah pintu.

Dari gelagatnya Aurora tahu itu pelanggannya.

"Aman?" tanya Aurora melirik kiri kanan.

Pria itu mengangguk menyodorkan sebuah kotak kosong. Aurora melihat ke kanan kiri kemudian ia mengeluarkan sebuah bungkusan dibalut plastik hitam dan memasukannya ke dalam kotak tersebut.

"Uangnya?"

"Di dalam!" Menunjuk bungkusan amplop kertas yang membengkak dengan gerakan

mata. Aurora mengambil amplop itu dan merobek kecil bagian pinggir. Saat melihat memang ada uang, Aurora segera menyimpannya ke dalam saku hoodie yang memiliki kancing.

"Segeralah pergi dari sana. Ada anak buah Tuan Aldo yang akan menunggumu di stasiun."

"Aku mengerti," jawab Aurora pada orang di seberang sana.

Aurora buru-buru menuruni anak tangga. Rasanya sangat lega menyelesaikan misi pertama ini apalagi ia tidak mendapat masalah besar apapun. Melewati jalanan yang berbeda sesuai rute yang pertama ia bahas dengan anak buah Tuan aldo , Aurora berhasil lolos menuju stasiun. Hanya saja ntah kemalangan apa yang menimpa

Aurora, tiba-tiba ada seseorang merampas ransel di tangannya kemudian berlari kencang pergi dari arah bus.

"Sialaan!! Di sini ternyata juga ada pencuri," umpat Aurora mau mengejar tapi ia ditahan oleh dua orang pria.

"Kau Aurora?"

"Kalian anak buah Tuan aldo?" Mereka mengangguk menunjukan simbol salip di

kalungnya pertanda memang anggota Tuan Aldo. Pasalnya walau pria itu amat buruk tapi dia punya keagamaan yang pekat.

"Serahkan uangnya. Bagiannmu telah ditransfer!"

"Sesuai kesepakatan?" Aurora berkata dengan waspada.

"Yah. Jika tidak kau bisa langsung membuat ulah." Aurora akhirnya percaya memberikan uang itu pada mereka.

"Urusan selesai. Kau hanya akan dihubungi saat ada pekerjaan baru."

"Hari pertamamu tidaklah buruk. Bagus," ujar mereka memberi pujian. Aurora mengangguk seadanya. Dia segera pergi

masuk Bus untuk kembali ke pusat kota. Aurora mengecek ponselnya hingga bibir seksi gadis itu mereka mendapat notif transferan sejumlah 400 juta.

Gila jika sebesar ini bayarannya ia pasti akan betah. Tapi jangan senang dulu.

Pekerjaan pertama ini lumayan mudah tapi Aurora akan siap dengan apa yang akan ia lalui nanti.

Sementara di daerah yang sama dengan Aurora, ada sosok lelaki tampan berwajah tegas yang sedang menatap anak buahnya datar. Dia baru saja selesai melakukan pertemuan dengan sekutu bisnisnya di area

sini tapi langsung terdiam saat anak buahnya melaporkan sesuatu.

"Tuan Damian! Saya tidak berbohong. Ini foto Nona Aurora ada di tas pria yang kita cari." Menyodorkan selembar foto itu.

Damian menerimanya. Netra elang dengan guratan dingin itu memindai foto di mana Aurora sedang tersenyum ke arah kamera menunjukkan lesung pipinya yang dalam.

Gambar itu menunjukan sisi ceria, cantik dan berseri seorang Aurora Dia memakai dress putih berpose di dekat ranjang.

Apa maksud gadis ini sebenarnya?

"Setelah saya tanyai. Pria itu mengatakan jika dia baru saja merampok gadis pemilik

ransel itu di stasiun Bus di sini."

"Apa Tuan ingin saya melacak keberadaannya?"

"Tidak perlu."

Damian memasukan foto itu ke dalam saku celananya. Raut wajah damian terlihat tenang tetapi ada sebuah emosi bergejolak di dalam sana.

"Selesaikan pekerjaan secepatnya. Aku akan kembali lebih dulu."

"Baik Tuan Damian!"

Keesokan harinya aurora semangat mendatangi rumah tuan Hendra. Dia sudah memakai seragam lengkap memasuki

rumah dan bertemu bibi Sumi yang juga terlihat bahagia menyambut kedatangannya.

"Selamat pagi Nona!"

"Pagi Bibi sumi! Paman ada ?" tanya Aurora melihat ke sekitar.

"Tuan tidak pulang sudah dua hari nona Bibi pikir tuan pasti sibuk dengan perusahaannya. Memangnya Nona mau apa? Nanti Bibi sampaikan." Aurora menggeleng tidak mau membicarakan itu.

"Tidak ada apa-apa Bibi. Nanti jika dia sudah pulang tolong kabari aku, ya?"

"Siap Nona. Mau makan dulu? Bibi memasak makanan kesukaan Nona."

"Eumm..aku mau membawa bekal saja."

Bibi sumi mengangguk segera menyiapkan bekal untuk Aurora. Saat sudah selesai ia

memberikan kotak makanan itu dan barulah Aurora pergi ke sekolah. Aurora berencana akan bertemu Mr Frank , Guru Bk di sekolah dan mengajaknya berunding. Tidak butuh lama aurora segera memasuki gerbang sekolah Theodore. Jelas satu sekolah heboh saat melihat Aurora kembali setelah hampir satu minggu lebih menghilang.

"Itu bukannya Aurora?"

"Anak 12 A itu-kan?"

"Kenapa dia masuk? Bukannya dia diskors pihak sekolah? Tapi dia memang cantik.

Auranya ganas dan gila. Aku sudah lama mengaguminya!!"

"Ck! Cantik ya cantik, tapi kelakuannya itu sangat buruk." Aurora mengacuhkan desas-desus anak-anak yang melihatnya turun dari motor. Aurora memperbaiki tatanan rambutnya yang kali ini ia kuncir kuda membuat beberapa helaian rambut hitam terlihat menjuntai cantik.

"Ra!" Suara pekikan Rama mengalihkan atensi. Lelaki bermata sipit itu dengan tidak

tahu malunya menghambur memeluk Aurora yang geram segera bersiap meninju Rama tapi sigap lelaki itu mundur.

"Sorry-sorry. Aku terlalu senang melihat mu masuk lagi"

"Jangan membuat keributan. Aku malas

bertengkar pagi-pagi buta," kecam Aurora menaikan tali tasnya.

Rama mengangguk. Keduanya berjalan ke arah koridor mengacuhkan anak-anak lain yang masih bergosip tapi tidak berani jika

Aurora sudah melewatinya.

"Bagaimana? Apa berhasil?"

"Yah. Lumayan."

"Kau tidak luka-kan?" tanya Rama menatap cemas wajah Aurora.

Di sudut bibir Aurora masih tersisa memar. Tapi beruntung cepat pudar tidak setajam malam itu.

"Aku penasaran kemana kau mengantarnya?"

"Kau tidak perlu tahu. Pergilah ke kelas lebih dulu. Aku mau menemui Mr Frank"

"Tapi..."

Aurora sudah lebih dulu berjalan cepat meninggalkan Rama yang mengejarnya.

Tepat di dekat tangga Aurora berpapasan dengan rombongan anak Black cobra. Geng brandal sekolah tapi tidak lebih buruk

darinya.

"Woww!! Panutan kita sudah masuk rupanya."

"Ku kira akan jadi anak baik. Tapi malah tambah parah."

Mereka menertawakan Aurora tapi tidak dengan arsenio ketua geng Black cobra. Yang tampak diam menatap penuh arti pada Aurora.

"Selamat datang kembali," ucapnya mengejutkan anak-anak lain.

"Bos! Kau sehat?" Arsenio mengabaikan

mereka. la melanjutkan langkahnya meninggalkan Aurora yang acuh tidak peduli.

Rama hanya menjadi kerbau mengikuti Aurora walau heran dengan respon arsenio.

"Kenapa dia menyapamu? Bukannya kalian tidak akrab?"

"Sedang ingin, mungkin," jawab Aurora asal.

Akhirnya Rama tidak lagi bertanya. Sesampainya di depan ruang guru perhatian

Aurora teralihkan pada sosok Damian yang berdiri bersama Tiara mendengarnya perkataan Mis Merry yang membahas tentang Olimpiade.

"Terima kasih banyak, damian! Kau mau menerima tawaran Mis untuk menjadi perwakilan kita dalam olimpiade

Matematika bersama dengan tiara."

Damian hanya mengangguk seadanya kemudian menatap datar Aurora yang juga

memandangnya rumit. Tentu tiara dan Mis merry ikut menoleh. Tiara sedikit tersentak mendapati keberadaan Aurora tapi kemudian ia tersenyum ramah.

"Aurora! Kau masuk sekolah? Bukannya..kau

diskors?" Aurora mengabaikan pertanyaan tiara bahkan dia seolah menuli. Tatapannya dan damian sama-sama datar seolah

saling melempar pisau lewat sorot intimidasi itu.

"Ra!"bisik Rama karena takut Aurora lepas kendali. Pasalnya kedua tangan Aurora sudah mengepal dan sesuai prediksi,

biasanya Aurora akan langsung mengamuk.

"Ra! Kendalikan emosimu. Jangan memperburuk keadaan," ujar Rama lagi.

"Selamat kau telah masuk kembali ke sekolah. Aku harap kau tidak akan me..."

Aurora melewati damian dan mereka berdua begitu saja. Tiara terkejut sementara damian, entahlah. Pria itu tampak diam

tidak menunjukan respon apapun.

"Anak itu memang sudah tidak bisa diajar. Ntah kenapa dia bisa masuk kembali?"

"Mis! Mungkin Aurora sudah mau berubah," sahut Tiara menenangkan Mis Merry.

Damian pergi tanpa pamit atau mengatakan apapun. Mereka sudah paham akan karakter

anak itu dan sulit mengontrol sikap damian yang terkadang memang amat lancang. Tapi mau bagaimana lagi? Jika dia mau maka sekolah ini sudah menjadi miliknya dalam sekali kedipan mata.

****

Damian memasuki kelas. Mendadak suasana yang tadi berisik dan heboh berubah hening. Apalagi melihat raut wajah dingin damian semuanya tidak berani membesarkan suara takut pria itu mengamuk. Rafa dan Kenan yang ada di bangku paling belakang saling pandang heran. Memang biasanya wajah lelaki itu datar tapi tidak akan sedingin itu. Setidaknya dia masih bersahabat walau tidak tersentuh.

"Ada masalah apa?" Kenan menaikan bahu pertanda tidak tahu.

"Bukannya tadi dia ke ruang Guru? Tapi kenapa pulang-pulang seperti itu? Apa

ada yang terjadi?"

"Jika kau mau tahu, coba tanya padanya. Jangan bicara padaku," jengah Kenan

membuat rafa bergidik.

"Aku masih sayang nyawa. Bos kita sulit ditebak." Karena damian sibuk dengan ponselnya sendiri, seorang gadis yang ada di meja nomor empat dari belakang berdiri.

Terlihat ia gugup dan beberapa kali menatap ke arah teman-temannya dan mereka

memberi semangat melalui ayunan tangan menyuruhnya lebih dekat.

"Aku tak berani."

"Pergilah! Sebelum Aurora masuk kelas."

"Iya. Pergilah! Semangat, kau pasti bisa."

Gadis dengan wajah gugup itu mendekati meja damian paling depan. Seisi kelas mendadak berubah tegang seolah

menonton film action layar lebar. Apalagi rafa. Dia melongo saat ada gadis malang yang mencari mati.

"Damian!" panggilnya ragu-ragu berulang kali menatap temannya takut. Damian tidak menanggapinya. Wajah damian bahkan makin gelap saat gadis dungu ini mencoba

bicara padanya.

"Damian! Aku.. menyukaimu."

"Ouhhhh!!" Mereka heboh menutup mulut tak percaya sedangkan teman-teman gadis

itu terkekeh pelan.

"Aku sudah lama menaruh rasa padamu. Apa kau mau menjadi...pacarku?"

"Terimaa...terimaa..!"

Sorak teman-temannya mulai berani karena pengaruh Aurora tidak masuk satu minggu lebih. Damian mengepalkan tangannya dan berdiri. Jelas tubuh jangkungnya yang atletis sangat mengintimidasi gadis

kecil yang amat nekat itu.

"Apa kau mau? Aku sangat menyukaimu. Sungguh!"

"Ken-ken! Siaga satu Ken Apa bos akan menendang gadis itu atau tidak?" heboh rafa menunggu tidak sabaran.

Kenan diam memperhatikan lekat apa yang

akan damian lakukan.

"Damian! Apa kau mau?"

Braakk!!

Pintu kelas ditendang kuat hingga gadis yang tadi menyatakan perasaannya pada

Damian terperanjat. Namun wajahnya mendadak pucat saat melihat siapa yang sudah memasuki kelas dengan raut wajah menyeramkan.

"A-aurora!" gugupnya pucat pasih mencicit pergi kembali ke tempat duduknya.Padahal Aurora hanya berjalan duduk di kursinya tapi mereka semua sudah jantungan. Damian kembali duduk menatap datar Aurora yang tampak diam memasang headset di telinganya.

Rama yang baru tiba segera heran saat seisi kelas hening. wajah mereka tampak tertekan seolah baru terjadi bencana besar.

"Kenapa?" tanya Rama melangkah ragu-ragu.

Aurora tidak peduli. Ia memejamkan matanya dan menumpukan kepala ke meja

dengan tangan sebagai bantalan.

"Kenapa dia tidak marah?"

"Apa Aurora sudah bertobat?"

"Tidak seru. Padahal biasanya dia akan langsung kesurupan."

Sejatinya Aurora memang mau mengoyak gadis yang tadi berani mendekati damian. Hanya saja dia tidak punya energi. Mr

Frank menasehatinya habis-habisan dan

mengeluarkan semua unek-unek terpendam selama 2 tahunan lebih ini. Mereka juga membuat surat perjanjian. Jika Aurora membuat masalah maka dia akan di DO dari sekolah.

Masalahnya sudah amat banyak dan Aurora belajar untuk mengontrol emosi walau

rasanya amat sulit.

***

1
Nuzul'ea
damian ini cuek tapi perhatian,yaa walaupun aurora gak tau
بنتى بنتى
next
N Kim
terima kasih😊
Dewi hartika
next thor terus, berinspirasi selalu, semangat.
Nuzul'ea
kak semangat terus up nya aku tunggu,ceritamu kerenn/Ok//Good//Good//Good/
Dewi hartika
hem udahlah tinggalkan damian itu, karna tak menghargai perjuanganmu, lebih baik jalani hidup dengan kebahagiaan, dari pada kecewa dan rasa sakit, next thorr.
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut
Aisyah Azzahra
Saya sangat menyukai cara penulis menggambarkan suasana.
N Kim
terima kasih sudah mau membaca ceritaku/Smile/
Tsumugi Kotobuki
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!