"Mulai sekarang kamu harus putus sekolah."
"Apa, Yah?"Rachel langsung berdiri dari tempat duduk nya setelah mendapat keputusan sepihak dari ayahnya.
"Keluarga kita tiba-tiba terjerat hutang Dan ayah sama sekali nggak bisa membayarnya. Jadi ayah dan ibu kamu sudah sepakat kalau kita berdua akan menjodohkan kamu dengan anak Presdir keluarga Reynard agar kami mendapatkan uang. Ayah dengar kalau keluarga Reynard akan bayar wanita yang mau menikahi anaknya karena anaknya cacat"
Rachel menggertakkan giginya marah.
"Ayah gak bisa main sepihak gitu dong! Masalahnya Rachel tinggal 2 bulan lagi bakalan lulus sekolah! 2 bulan lagi lho, yah! 2 bulan! Terus tega-teganya ayah mau jadiin Rachel istri orang gitu? Mana yang cacat lagi!" Protes Rachel.
"Dengerin ayah dulu. Ini semua demi keluarga kita. Kamu mau kalau rumah kita tiba-tiba disita?" Sahut Ridwan, Ayah Rachel.
"Tapi kenapa harus Rachel, pa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
"Hm?"
Reagan memandang Rachel dalam waktu yang cukup lama. Membuat napas Rachel tiba-tiba merasa tercekat melihat tatapan matanya.
Reagan memandang Rachel dengan tatapan tajam, membuatnya merasa tegang. Kemudian, dengan tiba-tiba, Reagan menarik Rachel mendekat, membuatnya bertekuk lutut di hadapan Reagan. Dengan suara yang rendah, Reagan berbisik tepat di telinga Rachel.
"Kamu mungkin tidak mencintai saya sekarang," bisik Reagan, suaranya terdengar serius namun penuh dengan kepercayaan diri, "tapi saya akan buat kamu jatuh cinta pada saya, Rachel. Hanya tunggu dan lihat."
Rachel merasakan napasnya terhenti sejenak oleh kata-kata Reagan yang begitu tegas. Matanya terbelalak kaget, tapi dia berusaha menahan diri agar tidak terlihat terlalu terkejut.
Rachel tersenyum miring. "Atau mungkin kamu duluan yang akan cinta sama aku, mas?" Katanya berani.
Reagan terdiam sejenak, matanya menyipit menatap tajam Rachel.Terlihat sedikit kejutan di wajahnya, tetapi dia segera mengembalikan ekspresi angkuhnya.
"Dream on," balasnya dingin kemudian dia menjauhkan kepalanya dari Rachel.
"Bodyguard!" Reagan tiba-tiba memanggil bodyguardnya membuat pintu kamar ini terbuka.
"Ya, tuan?"
"Antarkan saya keruang ganti sekarang,"kata Reagan.
"Baik, tuan," jawab kedua bodyguard itu.
Rachel menghela napas lega setelah Reagan pergi, namun di dalam hatinya, ia merasa ada kepuasan kecil karena telah memberikan balasan tajam kepada suaminya.
Rachel segera berdiri dari posisi berlututnya dan duduk di kasur. Ia meraba-raba tekstur kasur yang tentu saja sangat berbeda dirumah sebelumnya.
Rachel kemudian merebahkan dirinya diatas kasur. "Jadi ini rasanya jadi orang kaya?" Kata Rachel sambil tertidur di sana.
Rachel merenung dalam gelap kamar yang mewah ini. Meski sekarang berada dalam kemewahan, bayang-bayang masa lalunya masih menghantuinya.
Dia merasa tertekan oleh beban yang pernah dia pikul sebagai tulang punggung keluarganya. Meskipun tidak merindukan kehidupan yang sulit, ia tetap teringat akan kesulitan yang pernah mereka alami.
Entah bagaimana mereka bisa terjerat utang begitu dalam. Pikirannya melayang pada pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban yang telah lama menghantuinya.
Rachel sampai-sampai berusaha mencari uang demi keluarganya.
Ting!
Ponselnya tiba-tiba berdering membuat Rachel langsung melihat pesan tersebut.
Marvin: Bos, ntar malam ada jadwal balapan. Bayarannya gede. Mayan nih. mau ikutan nggak?"
Rachel mengernyitkan keningnya.
Dan inilah pekerjaannya selama ini. Ia terpaksa harus masuk kedunia malam demi keluarganya. Tetapi sayangnya Rachel terlalu naif. Ia kira selama ini bila memberikan uang pada mereka, mereka akan sayang padanya.
Tetapi justru Rachel malah dimanfaatkan sampai sejauh ini.
Rachel: Gue izin dulu. Sorry gue lagi ada urusan, jadi kagak bisa ikutan malam ini.
Ting!
Marvin: yahh, sayang banget, Bos. Padahal bayarannya gede banget lho. Sayang banget lho kalo di lewatin.
Bayaran ya?
Selama ini Rachel berusaha memenangkan balapan liar demi keluarganya, bukan untuk kesenangan nya semata.
Rachel: kapan-kapan lagi aja. Gue lagi nggak butuh-butuh duit banget sekarang. Lain kali aja gue ikutan.
Ting!
Marvin: yahh oke deh, Bos.
Setelahnya Rachel mematikan ponselnya. Rachel kembali merenungkan. Ia belum sempat mengganti bajunya, rasanya sangat malas sekali. Dia memilih terus merenungkan hal yang tidak jelas.
"Hidup gue cuman terjamin sampai enam bulan ini. Entah apa yang terjadi setelahnya. Gue mungkin harus hidup sendiri," gumam Rachel sambil merentangkan tangannya diatas kasur.
Dia kemudian menyentuh dadanya sendiri.
"Entah dosa apa yang gue buat. Kenapa gue nggak pernah ngerasa bahagia sama sekali? Bahkan gue sekarang harus tinggal bareng sama orang nggak sama sekali gue cinta."
Sementara itu di ruang ganti, bodyguardnya tampak memilihkan baju yang akan dikenakan oleh tuan mereka. Setelah mendapatkan nya, mereka langsung memberikan pada Reagan.
"Sampai kapan tuan berbohong sama semua orang?"
Reagan terdiam sesaat. Sampai kapan ya?
"Sampai saya puas," Kata Reagan datar kemudian dia segera berdiri dari kursi rodanya.
Ya sebenarnya selama ini ia hanya berpura-pura lumpuh agar tidak di jodohkan sembarangan oleh orang tuanya. Tetapi orang tuanya tetapi bersihkeras untuk menjualnya ke pernikahan yang sama sekali tidak ia inginkan.
"Tuan tahu? Bangkai yang disembunyikan lama-lama akan tercium juga? Sama halnya seperti kebohongan yang lama-lama disembunyikan akan tercium juga," kata salah satu bodyguard dengan nada serius, ekspresinya mencerminkan kekhwatiran yang dalam.
Reagan menoleh, tatapannya tajam. Dia merenung sejenak tentang kata-kata itu, menyadari betapa beratnya beban yang harus dipikulnya.
"Saya tahu,"ujarnya dengan suara yang penuh tekanan. "Tapi sampai saat itu tiba, saya akan terus bermain peran yang dipilihkan