NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Polisi Tampan

Terjebak Cinta Polisi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nur Halimah

Sekuel Jodoh Pilihan Abi

Menjadi anak piatu, Icha harus kehilangan figur ibu sekaligus ayah. Di tambah ibu tiri yang manipulatif, menjadikan dia sosok yang di kenal bandel.
Takdir menemukannya pada polisi dalam keadaan saling salah paham yang akhirnya menjebaknya sendiri dalam perjodohan dengan lelaki itu.
Bisakah Icha menemukan cinta sejati dalam diri lelaki yang dibencinya sekaligus membencinya?
Temukan kisah lengkapnya dalam novel comedy romance "Terjebak Cinta Polisi Ganteng"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salam aja ribet!

‘Tapi sepertinya wajah itu tidak asing’ pikir Icha.

‘Gus Furqon, antarkan tamu kita ke rumah peristirahatan supaya Paman Satria dan keluarganya bisa istirahat dahulu,” pinta salah seorang wanita yang terlihat lebih tua.

‘Gus Furqon? Furqon? Jangan-jangan dia komandan Furqon?’ gumam Icha dalam hati dengan matanya yang membelalak.

‘Jabang bayi lanang wedok!’ lanjutnya bergumam dalam hati. 

Tiba-tiba badannya bergidik menatapnya, memikirkan bahwasanya lelaki yang barusan membuatnya terpesona itu adalah selingkuhan ibu tirinya, sekaligus lelaki yang ia temui di sekitar komplek pelacuran.

“Ada apa Aisyah? kok badanmu bergetar begitu?” tanya ibu tirinya.

Icha langsung tersentak kaget dan menatap nenek lampir itu.

“I—itu tadi ada angin semeriwing, kayaknya badan Icha kedinginan aja,” ujarnya agak gugup.

Ayahnya langsung melotot ke arahnya.

“Apa?” gumam Icha lirih menghadap ayahnya.

Terlihat bibir ayahnya bergerak pelan, mengucapkan namanya yaitu Aisyah, sambil melotot tajam ke arahnya.

“Maksudnya Aisyah kedinginan,” ucap Icha kepada yang lain sambil meringis kecut.

Ayahnya langsung mendesah pelan.

“Maaf ya, Pak Satria, Ibu! saya tidak bisa mengantar, saya masih ada rapat di Madrasah,” ucap wanita tua tadi terdengar ramah.

“Tidak apa-apa Ning Zahra, Maaf merepotkan,” jawab Papinya terdengar sungkan.

“Tidak sama sekali, malah saya senang kedatangan Pak Satria sekeluarga. In sya Allah nanti sore kalau Pak Satria dan keluarga sudah bugar kembali, kita bisa ngobrol sambil makan malam di rumah Kyai Amir,” jawab wanita yang dipanggil Papinya Neng Zahra tersebut.

“Baik Ning, Terima kasih!” sambut Papinya itu hangat.

“Sama-sama Pak, nanti untuk barang-barangnya biar dibawa dan diantar ke rumah peristirahatan sama santri-santri di sini,” lanjut wanita tua itu.

“Terima kasih banyak, Ning!” ujar Papinya tersebut.

“Sama-sama, Pak. Monggo bisa istirahat dulu, Gus Furqon tolong diantar ya!” pinta wanita itu.

“Nggih Ummi,” jawab lelaki mesum itu.

“Oh! Ternyata wanita itu ibunya,” pikir Icha.

“Mari Paman Satria, saya antar!” ucap lelaki yang akan dijodohkan dengannya itu.

Icha dan keluarganya mengikuti lelaki itu menuju lorong gang yang ada di pesantren tersebut.

“Abimu masih sibuk saja dari tadi, tidak kelihatan,” tanya Papinya tersebut sambil berjalan beriringan dengan lelaki itu.

“Kebetulan hari ini Abi ada acara di Gresik, in sya Allah nanti sore sudah pulang sudah pulang. Sebenarnya dari Minggu kemarin saat tau paman mau ke sini, sudah mau di cancel, tapi tidak ada yang gantikan. Jadi mohon maaf ya Paman, Abi tidak bisa menyambut Paman. Tapi tadi Abi sempat kirim salam dan maaf ke paman,” ucap lelaki mesum itu kepada Papinya tersebut.

“Nggak apa-apa, justru alhamdulillah di umurnya yang segitu abimu tambah berkah hidupnya,” jawab Papinya itu sambil tersenyum hangat.

‘Dasar munafik!’ umpat Icha dalam hati yang merasa bahwa ayahnya itu mudah sekali dibodohi dengan kata-kata manis dan bijak dari selingkuhan ibu tirinya itu.

Ditolehnya kemudian ibu tirinya yang sedang berjalan di sampingnya itu, bahkan mata wanita itu tak lepas sedikitpun dari lelaki yang sedang berada di samping Papinya tersebut.

‘Dasar jalang!’ umpat Icha kesal.

Ia kemudian menepuk mata ibunya itu dengan telapak tangannya dengan sengaja,hingga matanya mengerjap kaget.

“Aduh! ngapain sih kamu?” sontak ibu tirinya itu marah sambil melotot ke arahnya.

Tak Ayal Papi dan lelaki mesum itu pun menoleh ke arah mereka, dan menghentikan langkahnya. Mereka menatap Icha dengan heran.

Icha hanya meringis kecut sembari menjawab santai, “tadi ada nyamuk lewat, kasihan mama kalau digigit, jadi aku tepuk sekalian, he…he…he…!”

“Kapan ada nyamuk, aku aja nggak lihat,” elak Si nenek lampir itu bertanya dengan kesal.

“Ya Mama nggak tahu, lha wong Mama terlalu terpesona dengan yang lain, sampai matanya aja dari tadi nggak berkedip sama sekali,” Sindir Icha membuat wanita itu kelihatan gugup.

Apalagi kemudian ayahnya ikut bertanya, “benar itu Ma, apa yang membuat mama sampai gak berkedip?”

“I—itu, sudah lama aku tidak melihat suasana pesantren ini,” jawab wanita itu terlihat gugup.

“Lho Mama pernah ke sini?” tanya Papinya heran, membuat wanita itu tampak semakin gugup.

Bahkan sekarang pun terlihat kalau lelaki mesum itu pun ikut membelalak.

‘Sepertinya benar, ada yang kalian sembunyikan’ pikir Icha, membuat dugaannya bertambah kuat.

“Mm—maksudnya Mama kan dulu sekolahnya di umum, heran aja melihat suasana Pesantren segini ademnya, itu maksudnya,” jawab wanita itu terbata-bata.

“Oh!” Gumam Papinya.

Icha tak habus pikir bagaimana Papinya itu terlihat langsung percaya, melihat gelagat istrinya yang mencurigakan tersebut.

Lelaki itu kemudian membalikkan badannya ke depan, dan mulai berjalan kembali diikuti oleh selingkuhan ibu tirinya itu.

Keduanya terlihat berbelok ke gang lain.

Sementara Si nenek lampir itu kemudian tampak mendesah lega.

‘Dasar penipu! Kau boleh bernafas lega sekarang, perlahan akan ku bongkar kebusukanmu di depan Papi’ pikir Icha dalam hati sembari menatap tajam ke arah ibu tirinya tersebut.

Tanpa sadar wanita itu menoleh ke arahnya sambil berbisik sinis, “Apa yang kau lihat?”

Icha segera tersadar dan meringis, sekejap kemudian ia kembali memutar bola matanya ke atas dan berjalan meninggalkan wanita itu yang terlihat kesal.

******

Sore yang membingungkan….

Wanita yang dipanggil Papinya Ning Zahra tadi dan seorang lelaki mengajak ia dan keluarganya untuk berkunjung ke rumah besar, yang tepat berada di samping rumah peristirahatan kecil, di mana ia dan keluarganya dipersilahkan untuk menempati selama mereka di pesantren tersebut.

“Salaman, ayo salaman!” gumam Papinya lirih sambil menekan-nekan tiap katanya.

“Hah?” Tanya Zahra bingung dengan gumaman Papinya.

“SA-LA-MAN!” gumam Papinya itu kembali sambil mengakhiri kalimatnya dengan meringis ke hadapan yang lain.

“Oh!” gumam Zahra merasa sudah mengerti, kemudian segera menyalami wanita bernama Ning Zahra tersebut dan lelaki di sampingnya, yang kemungkinan adalah suaminya.

Anehnya, tidak seperti Ning Zahra yang menyambut salam tangannya, lelaki di sampingnya itu malah mundur menghindar, ketika ia mau meraih tangannya untuk dikecup sebagai bentuk salam.

“Astaghfirullahaladzim!”

Sayup-sayup terdengar ayahnya bergumam kembali.

‘Apa ada yang salah?’ pikirnya sambil kemudian menoleh ke arah Papinya.

Papinya terlihat menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.

Karena bingung dan ingin memastikan, Icha pun ikut melakukan hal yang sama di depan Papinya itu.

Orang tua itu terlihat mengangguk.

Icha kemudian menatap kembali lelaki yang sepertinya suami Ning Zahra tersebut, ternyata lelaki itu sudah melakukan apa yang tadi diisyaratkan oleh ayahnya.

Zahra kemudian menoleh kembali ke ayahnya sembari berbisik dengan pedenya, “sudah!”

Ayahnya terlihat menepuk jidatnya.

“Apalagi?” tanya lirih Icha bingung membuat yang lain tertawa.

Papinya segera menyatukan kedua telapak tangan Icha di depan dadanya. 

“Oh!”

Semua orang kembali tertawa mendengar gumaman Icha, kecuali wanita yang bernama Ning Zahra tersebut.

Wajahnya terlihat serius dan tak suka, sampai kemudian berusaha tersenyum ketika ibu tirinya ataupun Papinya tersebut memandangnya.

“Assalamualaikum!” bisik Papinya yang masih terasa memegang kedua punggung tangannya yang menyatu itu.

“Waalaikumsalam,” jawab Zahra.

Kembali suasana menjadi riuh karena seisi ruangan tersebut tertawa.

Sementara itu, Icha masih bingung apa yang sedang mereka tertawakan.

Tiba-tiba, ibu tirinya itu berujar sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya, “assalamualaikum!”

Terlihat lelaki yang sepertinya suaminya Ning Zahra tersebut menjawab sambil mengatupkan kedua tangannya pula di depan dada, “Waalaikumsalam!”

“Oh!......” Gumam Icha kembali membuat seisi ruangan tersebut kembali tertawa, sekali lagi, kecuali wanita tua yang dipanggil Ning Zahra itu.

1
Asiah Kamil
kapan lanjutan nya kak,
Eva Nayla
keren
Saydh5: makasih kak
total 1 replies
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka
yu gabung bersama gc Cbm.
kita d sn akan belajar brg
caranya follow akun sy dl
nnti akn sy ksh undangan thx
Sa'adiah
Aku mampir Thor .....
Saydh5: thanks😍
total 1 replies
Ahmad Sopyan
lanjut semangat thor.
Saydh5
please subscribe dan vote yeah, sama jangan lupa follow akunku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!