Rania adalah seorang wanita muda yang berprofesi sebagai guru. Ia multitalenta, baik hati, cantik, dan mandiri. Suatu hari Rania bertemu dengan seorang pemuda tampan yang lebih muda darinya, Logan namanya.
Awal pertemuannya dengan Logan, diwarnai dengan banyak kesalahpahaman. Namun apa daya cinta terlanjur tumbuh di hati keduanya.
Walaupun banyak perbedaan dan rintangan yang hadir di antara keduanya, termasuk kenyataan bahwa ternyata Logan adalah siswa di tempat Rania mengajar, tak cukup kuat untuk menghapus rasa yang sudah tumbuh di antara mereka.
Suatu hal kemudian terjadi. Logan bak seorang putra mahkota yang tiba-tiba saja harus menggantikan posisi raja yang diduduki sang ayah di perusahaan besar miliknya.
Hari-hari berat harus dijalani Logan dan membentangkan jurang pemisah lebih jauh lagi antara dia dan Rania.
Bagaimana kisahnya? Apakah kesempatan untuk mereka bersatu masih ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Saat Rania Tertidur
"Ran.." Logan mulai membuka matanya.
Sontak Rania gelagapan tertangkap basah tengah memandangi Logan yang tertidur. "Euh... Kamu udah bangun? Gimana udah baikan?"
"Iya udah gak apa-apa. Perut aku udah gak terlalu sakit."
"Syukur deh kalau gitu. Kita pulang ke Bandung sekarang ya. Aku siap-siap dulu." Rania segera membereskan barang-barangnya dan juga beberapa benda yang ada di sana agar apartemen Logan menjadi bersih dan rapi kembali.
Logan masih terdiam di sofa dan memandang ke arah Rania yang sibuk berjalan kesana-kemari. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat mengingat apa yang ia lakukan terhadap Rania barusan barusan, saat Rania tertidur.
(flashback on, saat Rania tertidur...)
Logan terbangun dari tidurnya, dan menyadari bahwa tubuhnya tertutup selimut. Sudut matanya kemudian menemukan Rania terlelap di meja makan. Logan merasakan wajah dan perutnya sudah tidak terlalu sakit dan ia pun menghampiri Rania.
Logan berjongkok di sebelah meja makan dan memandang wajah tidur Rania lebih dekat. Rania terlihat sangat kelelahan. Saat Logan melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Rania, gadis itu tak menunjukkan reaksi apa pun.
"Ran, tidurnya di kamar aja," ujar Logan membangunkan Rania, namun Rania tidak bergerak sedikit pun.
Logan kembali terpana dengan wajah cantik Rania. Ia memandang kedua mata Rania yang dihiasi bulu matanya yang tebal dan lentik, hidung mancungnya yang kecil, pipinya yang bersemu merah, dan bibirnya yang berwarna merah muda. Perlahan Logan menyentuh pipi Rania, kemudian ibu jarinya menyentuh bibir sang gadis pujaan hati.
Jantung Logan berdebar lebih cepat tatkala ujung jarinya menyentuh bibir berwarna merah muda itu. Tanpa dapat ia cegah, muncul satu rasa. Logan tidak kuasa menahan keinginannya untuk memberikan kecupan pada bibir Rania yang hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya itu.
Dan kemudian, semakin dekat, perlahan tapi pasti bibir Logan menempel pada bibir Rania.
Hanya beberapa detik.
Setelah itu Logan menjauhkan bibirnya, Logan tidak melanjutkan keinginannya lebih jauh. Iapun memberikan kecupan lain, di dahi Rania.
Dipandangnya lagi wajah tidur Rania, dan berkata dalam hati, 'Ran, aku gak ngerti, kenapa kamu bisa bikin aku sesuka ini sama kamu,' batin Logan.
Setelah beberapa saat Logan beranjak dan mengambil selimut di sofa. Ia menyelimuti Rania yang masih tertidur dengan sangat lelap. Logan pun kembali ke sofa dan memandang Rania dengan lekat. Tidak lama Rania terbangun, dan Logan pura-pura tertidur.
(Flashback off)
"Aku ganti baju dulu ya." Logan berjalan menuju salah satu kamar dan mengganti bajunya.
Saat keluar kamar mandi Rania sudah bersiap di depan pintu keluar. Logan melihat sepatunya sudah ada di dekat pintu, padahal tadi ada di dekat sofa saat Rania melepaskannya. Ia berjongkok dan memakai sepatunya. Namun saat akan berdiri kembali, ia merasa perutnya agak sakit.
"Aw.." Logan mengaduh.
"Perut kamu sakit lagi?" tanya Rania dengan raut wajah yang cemas.
"Sedikit sih."
"Sini saya bantu kamu bangun. Yakin kamu mau nyetir?" Rania membantu Logan bangkit dari posisi jongkoknya.
"Iya beneran. Aku beneran gapapa. Barusan pas bangun aja otot perutnya agak ketarik jadi agak sakit. Kalau nanti nyetir 'kan aku diem duduk doang," terang Logan meyakinkan Rania yang kembali menampakkan wajah cemasnya.
"Beneran ya? Kalau kamu sakit nanti kita berhenti dulu aja. Jangan maksain pokoknya." Rania menegaskan.
Logan hanya mengangguk. Mereka pun keluar dari unit apartemen dan berjalan menuju Lift. Kemudian tidak lama Lift terbuka di basement. Logan berjalan menuju pintu penumpang untuk membukakan pintu Rania, namun Rania menahan Logan dengan memegang lengannya.
"Kamu gak usah bukain pintu buat saya." Rania berjalan mendahului Logan dan masuk ke dalam mobil. Kemudian Logan pun masuk ke kursi kemudi.
"Okay deh. Cuma sekarang aja ya karena aku lagi sakit."
"Kenapa sih 'kan saya bisa buka pintu sendiri," protes Rania sambil menggunakan sabuk pengaman.
"Bunda bilang laki-laki itu harus memperlakukan perempuan dengan baik dan spesial. Baru namanya gentleman," ucap Logan yang mulai menyalakan mobilnya.
'Ternyata tante Carla yang ngajarin Logan jadi cowok yang so sweet gini.' batin Rania kagum.
"Kita berangkat ya," ucap Logan yang mulai menjalankan mobilnya.
"Iya. Hati-hati. Pelan-pelan aja." Rania mengingatkan. Mobil Logan pun kini bergabung dengan mobil-mobil lain di jalanan Jakarta.
Setelah beberapa saat, Rania masih terdiam dan melihat ke luar jendela.
"Maaf ya jalan-jalan ke Dufannya jadi gak jadi," sesal Logan memulai pecakapan, menyadari sikap Rania yang sejak tadi melihat ke arah luar jendela.
"Mau gimana lagi, yang namanya musibah gak tahu kapan datengnya," Rania tampak kecewa.
"Kalau mau, kita masih bisa ke dufan. Masih buka kok. Cuma paling bisa naik satu dua wahana aja," ucap Logan. Rania menatap ke arah Logan.
"Sayang uangnya kalau gitu. Masa bayar buat seharian tapi cuma dateng buat naik satu wahana," keluh Rania dengan nada yang kecewa.
"Daripada gak kepakai sama sekali?"
Sontak Rania menatap Logan bingung.
"Sebenernya tiketnya udah aku beli tadi malem. Online," ucap Logan.
"Hah? Kenapa gak bilang? Makin sayang 'kan uangnya bener-bener gak kepakai. Tapi kalau ke sana juga kamunya 'kan lagi sakit."
"Maaf ya," kali ini Logan merasa bersalah.
"Kamu gak salah kok, gak usah minta maaf. Tapi saya minta nomor rekening kamu. Biar saya ganti uang makan tadi sama uang tiket dufannya."
"Gak usah. Kita 'kan lagi ngedate, aku yang bayar."
"Emang kalo ngedate kamu harus bayarin semua?"
"Iyalah. Masa aku biarin kamu bayar. Kamu cukup di sini sama aku."
"Tapi aku gak setuju kalau gitu. Aturan dari mana sih itu cowok harus selalu bayarin ceweknya."
Logan hanya tersenyum mendengar pernyataan Rania. Ia tidak menyangka ada juga gadis seperti Rania yang tidak matre. Dulu saat masih pacaran dengan Stella, Logan harus selalu bayar makan, nonton, belum kalau Stella ingin belanja. Sekali kencan Logan bisa habis hingga puluhan juta.
"Ya udah nanti ngedate yang kedua, kita patungan," Logan menawarkan sambil terus menyetir.
"Okay. Nanti gak usah jauh-jauh lagi deh ya. Kita cari yang deket aja," Rania agak trauma jika kencan selanjutnya harus berakhir seperti ini lagi.
"Iya aku ikut aja. Mau yang deket, yang jauh ngedatenya. Terserah, yang penting sama kamu," ucap Logan.
Pipi Rania sontak bersemu merah lagi mendengar ucapan manis dari Logan yang ke sekian kali di hari itu.
'Apaan sih Logan ngomongnya? Kenapa juga kamu sampai sedeg-degan ini, Ran?' batin Rania dan tidak membalas perkataan Logan.
Jangan cuma baca ya kak, ulasan, comment dan likenya please 🥰
semangat sembuh Faris 💪 byr waktu yg terbuang utk logan dan Carla 🤭😁
sabar ya Rania... 🥰
Logan juga sebenarnya ga tahan bersikap dingin dg kamu, Rania 😍
jgn" yg lg adu jotos si Logan & vino nihh 🙈
semoga happy ending sich...🤲🏼🥰😍 walau gondog" kan dulu karena rasa cembokur 😂😂😂