Berada di dunia yang mana dipenuhi banyak aura yang menjadi bakat umat manusia, selain itu kekuatan fisik yang didapatkan dari kultivasi melambangkan betapa kuatnya seseorang. Namun, lain hal dengan Aegle, gadis belia yang terasingkan karena tidak dapat melakukan kultivasi seperti kebanyakan orang bahkan aura di dalam dirinya tidak dapat terdeteksi. Walaupun tidak memiliki jiwa kultivasi dan aura, Aegle sangat pandai dalam ilmu alkemi, ia mampu meracik segala macam ramuan yang dapat digunakan untuk pengobatan dan lainnya. Ilmu meraciknya didapatkan dari seorang Kakek tua Misterius yang mengajarkan cara meramu ramuan. Karena suatu kejadian, Sang Kakek hilang secara misterius. Aegle pun melakukan petualang untuk mencari Sang Kakek. Dalam petualang itu, Aegle bertemu makhluk mitologi yang pernah Kakek ceritakan kepadanya. Ia juga bertemu hantu kecil misterius, mereka membantu Aegle dalam mengasah kemampuannya. Bersama mereka berjuang menaklukan tantangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Pil itu telah selesai dibuat. Tungku yang digunakan Aegle mengeluarkan eliksir yang telah ia ciptakan, dan semua mata langsung tertuju pada pil yang ada di genggaman Aegle.
"Bukankah itu pil pembentuk roh tahap 9 tengah? Luar biasa!" seru salah satu tetua dengan kagum.
Penonton yang mendengar pujian itu pun langsung tercengang, takjub dengan keterampilan Aegle. Keberhasilannya itu jelas membawa kemenangan baginya dalam kompetisi alkemis yang diadakan setiap 10 tahun sekali.
Setelah pertandingan selesai, Aegle dipanggil untuk bertemu dengan para tetua. Mereka memberitahukan bahwa sudah saatnya ia menerima hadiah atas pencapaiannya. Sebelum menerima hadiah, para tetua satu per satu meminta Aegle untuk menjadi murid mereka. Bahkan, mereka mulai berebut dan beradu argumen untuk mendapatkan Aegle sebagai muridnya.
Tawaran yang menggiurkan dari setiap ketua membuat Aegle sedikit bingung. Kelima tetua itu menunggu jawabannya dengan penuh harap.
"Terima kasih, para tetua. Mungkin aku akan memikirkannya terlebih dahulu," jawab Aegle, berusaha menjaga sopan santun agar tidak menyinggung siapapun. "Tentu saja, saya harus mempertimbangkan dengan matang keputusan ini."
"Hahaha, aku rasa kamu benar, Aegle. Sebaiknya kamu memikirkannya secara matang," ujar para tetua sambil tertawa.
Ketua Yun, yang tampaknya lebih bijaksana, memberikan saran. "Bagaimana jika kalian menunggu jawaban Aegle setelah dia kembali dari berlatih di kolam rahasia?"
Semua para tetua berpikir sejenak. "Tetapi itu akan memakan waktu lama. Kolam rahasia akan tertutup selama setahun setelah kita mengirim Aegle ke sana," kata salah satu tetua dengan ragu.
Namun, Tetua Iril menyetujui usulan Ketua Yun. "Aku setuju dengan Ketua Yun. Aegle perlu berlatih untuk meningkatkan energi kultivasinya. Seorang alkemis juga membutuhkan banyak energi untuk membuat pil yang berkualitas."
"Sudah cukup basa-basi! Kolam rahasia sebentar lagi akan terbuka, bersiaplah, Aegle," kata salah satu tetua dengan semangat.
Beberapa saat kemudian, portal menuju kolam rahasia pun terbuka. Aegle segera bergegas masuk, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Tidak membutuhkan waktu lama, Aegle akhirnya sampai di kolam rahasia. Kolam itu terletak di dalam goa yang dipenuhi dengan energi spiritual yang sangat kuat. Setiap sudut dinding goa dihiasi dengan banyak permata yang tertancap, memancarkan energi yang begitu kuat.
Sebelum memulai latihan, Aegle mengeluarkan roh Nyth yang tersimpan di dalam cincin. Ia menatap Nyth dengan perasaan sedih dan penuh penyesalan.
"Maafkan aku, Nyth, karena aku kamu menjadi seperti ini," ucap Aegle dengan suara bergetar.
Dengan hati yang cemas, Aegle mengambil pil pembentuk roh yang telah ia buat sebelumnya dan memasukkannya ke dalam mulut Nyth. Ia menunggu dengan penuh harap, memantau setiap gerakan tubuh roh Nyth.
Namun, sayangnya, Nyth tidak memberikan reaksi apapun. Mata Aegle terasa panas, dan air mata mulai mengalir tanpa terkendali.
"Nyth... apa yang harus aku lakukan agar rohmu kembali utuh?" keluh Aegle. "Bahkan pil ini tidak membuatmu bereaksi sama sekali... huhuhu..." Tangisan Aegle semakin pecah, ia menangis tersedu-sedu sembari memeluk tubuh roh Nyth dengan erat.
Air matanya terus mengalir, hingga wajahnya bengkak dan sembab. Dalam keheningan yang hening, Aegle teringat bahwa Nyth masih memiliki tubuh asli yang tersegel.
"Sebaiknya aku mencari tubuh asli Nyth saja," pikir Aegle. Ia memasukkan kembali tubuh roh Nyth ke dalam cincin dan mempersiapkan dirinya untuk berlatih guna meningkatkan kultivasinya.
Dengan perlahan, Aegle menanggalkan pakaiannya dan melangkah ke dalam kolam rahasia. Begitu tubuhnya masuk ke dalam air, tubuh Aegle seketika terasa seperti terbakar. Energi dalam kolam sangat dahsyat, hampir menelan tubuhnya. Namun, Aegle tetap fokus dan bertekad untuk menyerap setiap energi yang ada di kolam itu.
Hari-hari berlalu, dan kemudian bulan-bulan pun berganti, Aegle terus menyerap energi yang ada di dalam kolam rahasia serta energi spiritual yang mengelilingi goa. Setiap saat ia semakin merasakan kekuatan yang mengalir di dalam tubuhnya.
...----------------...
...9 bulan kemudian...
Aegle keluar dari kolam, mengibaskan rambutnya yang semakin panjang, kulitnya yang kini semakin bersinar. Ia mengenakan pakaiannya, merasa takjub dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
"Tidak kusangka, dalam sembilan bulan aku bisa mencapai tahap pembentukan inti tahap akhir tingkat 7," gumam Aegle sambil memeriksa tubuhnya.
"Baiklah, energi di gua ini sudah kuterima semua. Masih ada waktu tiga bulan sebelum kolam rahasia ini terbuka. Sebaiknya, aku memeriksa daerah sekitar sini."
Aegle pun mulai berkeliling. Ternyata, gua ini sangat besar, pikirnya. Semakin dalam ia berjalan, semakin dingin udara di sekitarnya. Bahkan, hembusan napasnya terlihat jelas di udara yang semakin membekas. Tiba-tiba, suara samar terdengar di telinganya.
"Dewi, Dewi... aku di sini..."
"Apa yang baru saja kudengar?" gumam Aegle, merasa bingung.
Semakin jauh ia melangkah, semakin dingin udara di sekitar, hingga dinding gua pun tampak seperti tertutup salju.
"Tidak, ini sangat dingin. Aku bisa mati kedinginan," ucap Aegle dengan khawatir.
Namun, ia tetap melanjutkan langkahnya, penasaran dengan hal aneh apa yang akan ia temui di depan sana.
Aegle akhirnya tiba di inti gua, langkahnya terhenti. Matanya menatap ke depan dengan ekspresi terkejut. "Apa itu..."