Kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Amelia berhasil memikat hati seorang pria. Asmara yang menggelora mengantar Amelia pada titik keseriusan sang kekasih. Apakah hubungan mereka berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan? Apalagi setelah pria tersebut mengetahui jika Amelia ternyata seorang wanita panggilan.
Lantas, bagaimana Amelia melewati segala lika-liku kehidupannya? Apakah dia mampu meninggalkan dunia yang sudah membantunya mengobati luka di masa lalu atau justru semakin terjerumus di agensi yang menaunginya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Izin Lilis
Hari-hari penuh warna telah dilalui Amel begitu saja. Selama satu bulan menjadi kekasih Andra, tak sedikitpun Amel mengalami kesulitan dalam membagi waktu. Dia justru lebih semangat menjalani hidup meski selalu terbayang perasaan bersalah.
"Kamu tidak boleh pergi ke Bandung sendirian. Aku akan mengantarmu sampai di rumah nenekmu. Please, kali ini nurut. Aku hanya ingin memastikan kamu tiba di sana dengan selamat," ucap Andra seraya menatap Amel dengan lekat.
"Aku belum siap mengenalkanmu kepada nenek. Jadi, boleh ya aku pergi sendiri ke Bandung. Aku naik taksi," ujar Amel dengan diiringi senyum manis.
"Aku bisa berkenalan sendiri dengan nenekmu. Sudahlah, Sayang. Daripada kita berdebat di sini mending kamu masuk mobil dan kita berangkat sekarang. Oke!" pungkas Andra sambil merebut gagang koper yang ada dalam genggaman Amel.
Tanpa banyak bicara lagi, Andra memasukkan koper Amel ke dalam mobil. Lantas, dia memaksa Amel masuk ke dalam mobil. Perjalanan panjang pun akhirnya dimulai. Andra tersenyum puas sementara Amel hanya bisa mengela napas panjang.
"Kamu yakin bapak tirimu sudah bisa di bezuk di rutan?" tanya Andra setelah keheningan menguasai suasana di dalam mobil.
"Informasi dari nenek sih begitu. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ucap Amel sambil meremas-remas tangannya.
"Hati-hati, ya. Jangan terlalu mengikuti emosi. Jangan pergi sendiri ke sana. Bahaya," tutur Andra seraya menatap Amel sekilas.
"Dia kan ada di penjara. Lalu, bahayanya di mana?" tanya Amel.
"Aku takut dia melakukan kekerasan fisik karena mungkin setres di tahanan. Tapi yang lebih membuatku takut, ada polisi atau sipir yang melirik kamu," ucap Andra dengan diiringi senyum tipis.
"Apaan sih! Hanya kamu saja yang naksir aku. Siapa coba yang tertarik dengan wanita jelek sepertiku," kilah Amel dengan diiringi senyum manis.
"Kita kan gak tahu bagaimana isi hati orang, Sayang. Tidak mungkin pria di luar sana tidak tertarik saat melihatmu. Terkadang hal ini lah yang membuatku was-was setiap hari. Aku kadang gak tenang karena takut ada pria lain yang mencoba memilikimu."
Amel tercengang setelah mendengar keresahan Andra. Dia menoleh sekilas ke samping untuk melihat ekspresi wajah pria berparas tampan yang menjadi kekasihnya selama satu bulan ini. Tentu rasa bersalah yang begitu besar hadir dalam diri. Perasaan Amel pun berubah tak karuan.
"Maaf karena aku tidak bisa jujur kepadamu. Bukan hanya satu pria yang tertarik denganku. Mereka tidak ingin memilikiku, tetapi apa yang sudah aku lakukan bersama pria lain pasti bisa membuatmu membenciku, Ndra. Aku tidak ingin itu terjadi. Aku ingin kita tetap seperti ini," batin Amel dengan tatapan lurus ke depan.
"Ada apa? Kenapa kamu terlihat tegang?" selidik Andra setelah menatap Amel sekilas.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang membayangkan apa yang akan terjadi jika aku sudah bertemu dengan b4jingan itu," kilah Amel dengan diiringi senyum palsu.
Andra tak melanjutkan lagi pembahasan itu karena takut menghancurkan mood sang kekasih. Dia memilih fokus pada kemudinya dan membiarkan Amel diam dalam lamunannya. Meski Andra sangat penasaran dengan isi kepala Amel saat ini, tetapi Andra berusaha menahan diri untuk tidak bertanya.
"Mungkin ini yang terbaik agar aku tetap bersamanya. Kepo hanya akan membuat pertengkaran dan berujung perpisahan. Aku tidak ingin itu terjadi," batin Andra sambil mengetuk setir mobil dengan jari telunjuknya.
Setelah menempuh perjalanan panjang selama beberapa jam, akhirnya mobil yang dikendarai Andra sampai di halaman luas rumah Lilis. Pria asal Kalimantan itu mengamati keadaan yang ada di sekeliling. Dia mengembangkan senyum bahagia karena berada dalam lingkungan yang sangat asri dan tenang.
"Rasanya aku ingin menginap di sini. Tempatnya sangat nyaman dan jauh dari kebisingan seperti di Jakarta," ucap Andra setelah mengeluarkan koper Amel. "Sayang, aku harap kamu mengajakku mampir ke rumah nenekmu. Aku capek nih, ingin istirahat sebentar." Andra bersikap manja untuk mendapatkan persetujuan dari Amel.
"Katanya tadi mau langsung pulang. Kamu ini bisa saja mencari alasan," cibir Amel sambil mencubit pinggang Andra.
"Please," ucap Andra sambil menaik turunkan alisnya.
"Amel. Kenapa temannya tidak diajak masuk?"
Amel membalikkan badan setelah mendengar suara Lilis dari teras rumah. Dia tersenyum kecut karena neneknya itu terlanjur tahu keberadaan Andra. "Dia bukan temanku, Nek. Dia sopir taksi online," kilah Amel dengan diiringi senyum yang dipaksakan.
"Bohong, Nek. Saya pacarnya bukan sopir taksi," elak Andra sambil melambaikan tangannya.
"Sudah ... Sudah. Jangan ribut di luar. Sebaiknya kalian berdua masuk ke ruang tamu sekarang," lerai Lilis dengan diiringi senyum manis.
Kedua sejoli itu pun akhirnya masuk ke dalam ruang tamu. Amel salah tingkah karena bingung harus bersikap bagaimana. Tidak ada persiapan apapun dalam hal ini karena dalam rencana yang sudah disusun, Andra langsung bertolak setelah Amel keluar dari mobil.
"Siapa namamu, Nak?" tanya Lilis setelah cukup lama mengamati Andra dan Amel.
"Andra, Nek," jawab Andra dengan diiringi senyum tipis.
"Jadi, sudah berapa lama kalian berpacaran?" tanya Lilis tanpa basa-basi lagi.
"Baru satu bulan, Nek." Andra menatap Amel dengan senyum mengejek.
"Semoga kalian cocok ya. Amel ini sangat manja sebenarnya. Nak Andra yang sabar ya saat menghadapi Amel. Dia sangat keras kepala dan susah diatur," tutur Lilis tanpa mengalihkan pandangan dari Andra.
"Nek. Jangan begitu." Amel mengerucutkan bibirnya karena Lilis membocorkan tentang dirinya kepada Andra.
"Pasti, Nek. Saya pasti berusaha menjaga Amel dan tentunya lebih memperluas kesabaran saat menghadapi dia. Oh ya, Nek. Saya minta izin untuk menjalin hubungan dekat dengan Amel. Saya janji akan menjaga Amel selama di Jakarta," ucap Andra dengan serius.
Amel terkejut setelah Andra mengatakan hal itu. Dia tidak menyangka saja jika Andra berani meminta izin kepada Lilis perihal hubungan yang baru seumur jagung itu. Kekaguman Amel kepada Andra semakin bertambah karena hal ini.
"Terima kasih, Nak Andra. Saya memegang janji Nak Andra ya. Saya titipkan Amel kepada Nak Andra. Tolong jangan buat dia menangis ya," jawab Lilis sambil menatap Andra penuh harap. Lilis terharu karena melihat keberanian Andra.
Setelah istirahat di sana selama kurang lebih satu jam, akhirnya Andra pamit kembali ke Jakarta. Amel dan Lilis mengantar Andra sampai di halaman rumah. Kepergian Andra diantar dengan senyum manis dari Amel.
"Jadi, pemuda itu yang menjadi obat setresmu, Nak?" tanya Lilis setelah mobil yang dikendarai Andra hilang dari pandangan.
"Apa sih, Nek." Amel tersipu malu saat melihat senyum penuh arti dari Lilis.
Lilis hanya mengulum senyum melihat ekspresi wajah cucu kesayangannya itu. Amel salah tingkah seperti ABG yang baru pertama kali jatuh cinta. Lilis mengajak Amel masuk karena cuaca di luar cukup panas.
"Nek, kita besok pagi jadi 'kan menjenguk si b4jingan?" tanya Amel setelah teringat rencana yang sempat disusun.
...🌹TBC🌹...
Kita kupas urusan keluarganya Amel dulu yaa baru kita membahas hubungan bersama Andra. Kita selow dulu sebelum masuk konflik.
Bonyok
Pasti mereka bakal suka rela membantu Amel buat kasih pelajaran..
Semoga Andra bisa membuat Amel terus bahagia dan berharga..
Amel untungnya punya prinsip kuat..
Kyk sudah rahasia umum kalau sudah berhubungan dengan bapak atau tiri..walau pun ada yg baik juga
Bikin kesel,,ibunya Amel sadarnya telat juga..
Miris banget nasib Amel
Ibunya Amel sudahsalah di awal..fatal akibatnya..