Kisah cinta Halalillah dan Hilal dimulai dari sebuah rumah tahfidz, mereka memilih menjadi Volunteer, dan itu bukanlah keputusan yang mudah, berani menggadaikan masa muda dan mimpinya pilihan yang amat berat.
Menjaga dan mendidik para penghafal qur'an menjadi sebuah amanah yang berat, begitu juga ujian cinta yang dialami Halal dan Hilal, bukan sampai disitu, kehadiran Mahab dan Isfanah menjadi sebuah pilihan yang berat bagi Hilal dan Halal, siapa yang akhirnya saling memiliki, dan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan cinta dan persahabatan serta ujian dan cobaan mengabdikan diri di sebuah rumah tahfidz?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selepas Mereka Pergi
Halal dan Rizka sengaja tidak balik ke rumah, mereka menghabiskan waktu untuk membicarakan kelanjutannya di Rumah Tahfidz.
"Lal, kenapa yah jadi orang miskin begitu terhinanya?!"
"Karena itu tanda-tanda kita akan sukses Ka, Allah sudah tunjukan, boleh jadi ketika kita membenci sesuatu, justru itu yang terbaik di mata Allah, pernah kamu mendengar kisah Tsalabah, sahabat Rasulullah yang dahulun-nya miskin dan akhirnya kaya raya, sampai lupa untuk ibadah?! Abdurrahman Bin 'Auf sahabat nabi yang minta miskin, tetapi hartanya terus bertambah, sudah emang kodrat nya orang miskin itu baperan, daripada bengong dan ngomong yang nggak jelas, mendingan kita ke tempat distributor Al-Qur'an, siapa tahu kita bisa jadi Abdurahman bin Auf, atau Usman Bin Afan, yah minimal nol koma nol...nol...nol sekian lah dari harta mereka."
Mereka pun pergi ke kantor distributor Al-Qur'an untuk mencari nafkah dari berdagang.
Sedangkan Hilal mengejar Rizka dan Halal ke rumah mereka, tetapi nihil Hilal tidak dapat menemuinya, rumah mereka terkunci rapat.
"Kemana yah mereka?" Hilal narik nafas dalam-dalam.
Sesampainya Rizka dan Halal di kantornya distributor, mereka mendapat arahan serta profit apa saja yang didapat.
"Dari penjualan Al-Qur'an, Mba-mba-nya bakal terima komisi 30 persen dari harga jual, lebih tepatnya pembagian hasil." Jelas Petugas traning distributor Al-Qur'an tersebut.
"Terus apa aja yang disupport oleh perusahaan mba?" Tanya Halal.
"Kalo penjualannya bagus, insyallah ada paket umroh yang di dapat, bukan cuma itu sih, Mba-Mbanya juga boleh ikut jaga di pameran atau jika butuh both untuk pameran kita siapin kok, besok kita ada acara di bazzar kampus, kalo Mba-Mba nya mau ikutan, kami daftarin."
"Ya Allah, Umroh Riz?"
"Tapi kan harus omset nya banyak dulu Lal."
"Kita coba nih?"
"Selama Halal, aku mau."
"Yaudah mba kita mau untuk jadi tim reseller, kami coba besok pagi datang juga."
"Boleh minta KTP mba-mba nya?!"
"Aduh Mba, maaf banget, kita berdua ini baru lulus sekolah dan belum cukup syarat untuk dapetin KTP, tapi kalo Kartu Pelajar kami ada."
"Boleh deh, kartu pelajarnya."
Halal dan Rizka memberikan kartu pelajar untuk registrasi.
"Insyallah ini jalannya Riz."
"Amin."
...----------------...
Mamah Fida termenung di ruang tamu seorang diri, ia memastikan kalo Hilal anaknya pasti pulang.
Malam semakin larut, Hilal tak menampakkan diri, hingga Mamah Fida memilih untuk masuk ke dalam kamar, sudah pasti Hilal tidak pulang ke rumah, walau begitu tidak membuat Mamah Fida menyesal, tak berusaha menghubungi Hilal, masih ada ego sebagai ibu.
Hilal memutuskan untuk tidak kembali pulang, ia menempati apartemen-nya, sambil memandang ke luar kaca dengan segelas teh hangat Hilal terus merenung, ia merasa bersalah menawarkan mereka tempat tinggal yang layak, tidak semua diukur dengan uang, tidak semua merasa bahagia dengan fasilitas yang dimiliki.
Dari Halal dan Rizka Hilal belajar, bahwa kebahagiaan tidak bisa diukur dengan jenjang karir, kebahagiaan tidak cuma bicara angka, rasa syukur yang begitu tinggi, membuat hati mereka lapang dan menertawakan penderitaan hidup, sedangkan dia?
Karir yang bagus, usaha yang dimiliki, rumah yang mewah, tetapi Hilal tidak menemukan kenyamanan dan jauh dari kata bahagia, ia diburuh waktu hingga lupa cara jatuh cinta, lupa kalau dirinya berhak bahagia.
Tak terasa jam sudah bergeser jarumnya dari jam 12 malam, Hilal masih tidak bisa memejamkan mata, mengingat kembali kejadian pagi tadi.
...----------------...
Suasana kelas Hafidzah pagi itu nampak murung, beberapa murid menanti kedatangan Halal dan Rizka, baru beberapa hari mengenal mereka, tetapi murid-murid merasa kehilangan.
Mila pun sama, ia hanya memainkan ballpoint berharap duo Hafidzah itu datang dan mengucapkan salam begitu kompak.
Hilal melihat ruangan tidak ada staf pengajar, ia sadar bahwa tidak mudah mencari guru Al-Qur'an terlebih keduanya fasih dan Pandai membawa suasana kelas yang hangat.
Hilal kembali ke rumah Rizka, ia duduk beberapa menit, tetapi gadis itu sudah keluar lebih awal.
Sama dengan Rizka, rumah Halal pun sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan, Rizka dan Halal sudah berangkat selepas Subuh, mereka ada kerjaan dari distributor-nya untuk mengikuti pameran.
Hilal berjalan di sekitar taman kota, berharap dapat menemui mereka,nyatanya? Tidak juga Hilal menemukan Rizka dan Halal.
"Boleh Qur'an nya Kak, biar cepet lulus kuliah, IPK-nya tinggi." Rayu Halal.
Halal dan Rizka terlihat bahagia, beberapa buah Qur'an-nya terjual banyak.
"Ayo Kaka-nya Qur'an, bukan cuma untuk mahar pernikahan, tapi bisa bawa cinta Kaka sampai Jannah." Teriak Rizka.
"Gaya banget! Sampe Jannah, nggak cerai juga bagus." Sindir Halal.
Halal nggak mau kalah sama Rizka, "Boleh Al-Qur'an-nya, masa Kakak percaya sama Google Map untuk cari alamat, sama Al-Qur'an Kaka nggak percaya, bisa anterin Kaka ke jalan yang benar."
"Hahaha...Ada aja bocah!" Tawa Rizka dan Halal melirik seolah menantangnya.
"Boleh Al-Qur'an nya Kak, bukan cuma si dia yang bikin hati Kaka Adem, Al-Qur'an lebih dari si dia Kak, yang bikin hati Kaka tenang." Rizka membalas.
"Haha....Awas aja loh, liat nih!"
Giliran Halal membalas cara jualan Halal, yang cukup menarik pembel. Mirza,manager store mereka melihat Halal dan Rizka tertarik dan melemar senyum.
"Kak Al-Qur'an-nya? Masa Kaka di-Php-in pacarnya percaya, sedangkan sama perkataan Allah yang sudah pasti Kaka nggak percaya, qurannya bolleeeh...." Teriak Halal.
Mereka begitu menikmati dan semangat menjalankan setiap tantangan serta peluang, Mirza diam-diam mencuri perhatian Halal.
"Pinter juga yah ente jualannya."
"Bukan pinter Kak, tapi kalo kita malu, besok yang masih makan kita siapa?" Jawab Halal begitu cerdasnya.
"Hey Kak, di Al-Qur'an ada Nun mati ketemu Alif, hukumnya Izhar, artinya jelas, lebih jelasan Al-Qur'an dibandingkan janji pacar Kaka, cuma seperti Nun mati ketemu Kaf, samar!" Teriak Rizka seolah menantang Halal kembali.
Halal dan Rizka menikmati keadaan dan cara mereka menghadapi hidup serta masalah selalu di bawa ceria. Disaat break, mereka ke keliling Bazzar, langkah mereka terhenti ketika melihat ada salah satu stand menjual Hijab.
"Assalamualaikum, Kak kita bisa jadi reseller-nya nggak?" Tanya Halal.
"Wa'alikum Salam, bisa." Si Kaka-nya memberikan sebuah kartu nama, tercantum nama 'Mida' beserta no handphone nya.
"Silahkan Kaka hubungi kepala marketing kami, biar beliau yang mengarahkan."
"Makasi yah Kak, Assalamualaikum."
"Wa'alikum Salam."
Mereka kembali ke stand Distributor Al Qur'an, setelah mencari peluang lainnya, Rizka hanya tersenyum dan paham maksud Halal.
kalo kita pandai bersyukur,apapun yg Alloh kasih,akan terasa nikmat
kefakiran tidak menjadikan kalian kufur nikmat
Rizk & iskandar🥰🥰