Impian Khanza sebagai guru Taman Kanak-kanak akhirnya terwujud. Diperjalanan karier nya sebagai guru TK, Khanza dipertemukan dengan Maura, muridnya yang selalu murung. Hal tersebut dikarenakan kurang nya kasih sayang dari seorang ibu sejak kecil serta ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Karena kehadiran Khanza, Maura semakin dekat dan selalu bergantung padanya. Hingga akhirnya Khanza merelakan masa depannya dan menikah dengan ayah Maura tanpa tahu pengkhianatan suaminya. Ditengah kesakitannya hadir seseorang dari masa lalu Khanza yang merupakan cinta pertamanya. Siapakah yang akan Khanza pilih, suaminya yang mulai mencintai nya atau masa lalu yang masih bertahta di hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24
Notes : Ada perubahan nama, Angel \= Cher
Kembali Toni menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu. Bingung. "Ya, enggak sih! Tapi emang lo gak mau nyoba sama si Cher Cher itu? Gw lihat dia gigih banget deketin lo. Dari zaman kalian dulu SMA sampai sekarang. Dari lo mulai pacaran sama si Khanza..." Toni menabok bibirnya sendiri. Salah lagi gue. Napa harus nyebut-nyebut nama si Khanza sih didepan Prasta yang udah jelas mau belajar move on. Tolol emang lo, Ton.
"Gue butuh orang baru. Orang yang gak berhubungan sama masa lalu."
"Cher itu bukannya udah deket banget ya sama keluarga lo. Mamer (mami mertua) kek dah deket banget ma dia. Lo gak kasihan ma dia?"
Lirikan tajam Toni dapatkan dari Prasta. "Lo, tahu gara-gara dia gue di jauhin sama Khanza." Prasta menghela nafas panjang. Jika ingat peristiwa saat itu, penyesalan begitu menggulung. Seandainya. Seandainya. Hanya kata itu yang bisa dia katakan.
Toni melirik Prasta. Pandangan nya lurus kedepan tapi dia tahu bosnya itu pikiran nya sedang berkelana ke masa lalu. Sekarang tugasnya mencarikan jodoh untuk si jomblo akut itu.Toni pusing. Dunianya hanya berputar di Audy istrinya dan pekerjaan. Itu saja sudah menyita waktunya. Bosnya seperti memberi titah kalo begini ceritanya. Darimana dia mendapatkan perempuan yang diminta Prasta. Tiba-tiba ide terlintas di kepalanya. "Gimana kalo lewat aplikasi dating online aja? Tind*r misalnya. Banyak kok yang udah berhasil dari aplikasi ini."
"Lo atur aja." Jawab Prasta putus asa. Bersamaan itu pula mobil yang dikendarai telah sampai gedung megah bertingkat yang merupakan kantor pusat FN Group yang memegang penuh banyak keputusan bisnis.
Kemudian Toni memarkirkan mobil mewah milik Prasta didepan kantor khusus dewan direksi. Kemudian mereka berdua memasuki area luas lobby. Prasta yang memakai kemeja hitam slim fit dipadukan celana yang senada. Untuk jas sendiri dia tinggalkan diruangannya. Begitupun Toni dengan style justru kebalikannya yakni kemeja putih dengan model slim fit serta celana bahan warna hitam. Keduanya berjalan melewati meja resepsionis. Petugas front office atau resepsionis pun langsung berdiri memberi hormat menyambut kedatangan CEO mereka dan asistennya dan tak lupa mengucapkan kalimat sapaan. Lift khusus tujuan keduanya dan Toni dan Prasta langsung masuk begitu pintu lift terbuka. Lantai 17 menjadi tujuannya. Begitu sampai di lantai yang dituju Prasta dan Toni masing-masing menuju ruangan nya.
Tumpukan berkas menyambut Prasta ketika dia membuka pintu ruangan nya. Helaan nafas panjang Prasta hembusan. Rutinitas nya begitu padat. Sengaja tadi dia mengajak Toni beserta adik perempuan nya, Audy makan diluar sekedar melepas lelah dari padatnya aktivitas hari ini.
Satu persatu map yang berisi berkas penting itu Prasta periksa sebelum dibubuhi tanda tangannya. Diantara tumpukan berkas Prasta melihat map yang cukup mencolok dan setelah dibuka ternyata itu adalah MoU perusahaan nya dengan Agung Group dimana Darren, Prasta lihat sebagai CEOnya.
Lama Prasta melihat-lihat MoU tersebut. Entah kenapa bukannya melihat poin-poin perjanjian yang menarik perhatiannya melainkan profil sang CEO. Disana tertera status perkawinan 'belum kawin'. Kening Prasta sampai berkerut membacanya. Jika belum kawin lantas siapa wanita yang digandeng mesra tadi waktu dia lihat direstoran Sunda. Ah kenapa dirinya se kepo itu dengan kehidupan seseorang. Sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Mengurusi hidup orang.
Kring....
Kring....
Telepon hotline di meja Prasta berdering.
[ Maaf, Pak didepan ada Nyonya]
"Ya, sudah suruh masuk. Tidak perlu izin jika ibu saya mau ke ruangan kecuali saya sedang ada tamu."
[Tapi, Pak....]
Belum sang sekretaris melanjutkan ucapannya, pintu ruangan Prasta didorong cukup kuat.
"Kenapa, Mi?" Prasta menutup sepihak telepon dari sekretaris nya. Terlihat wajah kesal sang ibu begitu memasuki ruangan. Prasta tebak hal itu dikarenakan sang sekretaris membuat ibunya menunggu. Tapi inilah yang menjadi alasan mengapa sekretaris tadi meminta izin terlebih dahulu. Rupanya ada seseorang yang menjadi daftar hitam buku tamu. Perempuan yang malas untuk Prasta temui.
"Kayak mau ketemu presiden aja ketemu anak harus izin dulu." Omel Ny. Melinda, ibunda Prasta yang datang dengan kostum ibu-ibu khas seorang sosialita.
"Pras..." Panggil perempuan, lembut mendayu.