Reyn Salqa Ranendra sudah mengagumi Regara Bumintara sedari duduk di bangku SMA. Lelah menyimpan perasaannya sendiri, dia mulai memberanikan diri untuk mendekati Regara. Bahkan sampai mengejar Regara dengan begitu ugal-ugalan. Namun, Regara tetap bersikap datar dan dingin kepada Reyn.
Sudah berada di fase lelah, akhirnya Reyn menyerah dan pergi tanpa meninggalkan jejak. Pada saat itulah Regara mulai merindukan kehadiran perempuan ceria yang tak bosan mengatakan cinta kepadanya.
Apakah Regara mulai jatuh cinta kepada Reyn? Dan akankah dia yang akan berbalik mengejar cinta Reyn?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Keras Kepala
Rasa insecure mulai muncul. Dia baru mengetahui fakta baru tentang Reyn, yakni perempuan yang sedang dia kejar adalah adik dari Erzan Akhtar Ranendra. Lelaki yang pernah menjadi rivalnya di bangku SMA.
Erzan terkenal dengan sikapnya yang dingin dan datar. Namun, senang bermain kekerasan. Bahkan kepala sekolah dan guru pun takut kepadanya. Jika, ada yang mengusiknya sudah dipastikan Erzan tak akan tinggal diam.
Rega menghela napas begitu kasar. Dia menatap foto besar yang ada di dinding kamar. Bayang wajah Reyn yang begitu pucat tadi membuatnya ingin selalu berada di sampingnya, menemaninya dan merasakan sakit berdua dengannya.
"Aku gak akan nyerah, Reyn. Meskipun ayahmu Restu Ranendra si harimau garang, abangmu Erzan si papan bangunan yang kasar dan adikmu si mulut beracun, aku akan tetap mengejar kamu. Kasta kita memang berbeda, tapi cinta kita berdua sama besarnya."
.
Rega memberanikan diri untuk datang ke rumah Reyn di jam istirahat kantor. Kebetulan pekerjaannya sedikit dan sudah selesai. Mobil sudah berada di depam pagar tinggi. Pihak keamanan rumah harus memeriksa setiap tamu asing yang datang.
Jantung Rega berdegup cukup kencang ketika mobilnya sudah berhenti di depan rumah Reyn. Dia mengatur napas terlebih dahulu sebelum turun. Kemungkinan besar dia akan diusir dari sana.
Bel sudah Rega tekan. Tak menunggu lama seorang pekerja di sana membukakan pintu.
"Reyn-nya ada?"
Pekerja di sana tak menjawab. Dia segera pergi dan meninggalkan Rega yang mematung di depan pintu. Tak berselang lama pekerja itu membawa maminya Reyn. Dahi mami Sasa mengkerut melihat Rega ada di rumahnya.
"Mbak kembali bekerja aja, ya."
Mami Sasa menghampiri Rega yang sudah menundukkan kepalanya sopan. Dia juga menyapa mami Sasa dengan begitu santun.
"Selamat siang, Tante."
"Mau ketemu Reyn?"
Rega terdiam ketika ibunda Reyn bisa menebak apa tujuannya datang ke rumah itu.
"Masuklah! Reyn di kamar."
Rega tak menyangka jikalau ibunda Reyn akan se-welcome ini kepadanya. Mami Sasa begitu ramah dan memperlakukan Rega dengan sangat baik. Padahal dia sudah melukai hati Reyn hingga Reyn koma. Rega pun tercengang ketika mami Sasa mengajaknya ke sebuah kamar.
"Ini kamar Reyn. Masuk aja."
Rega menggeleng dengan cepat. Kedua alis mami Sasa pun beradu.
"Lebih baik ketemunya di ruang tamu aja, Tante."
Mami Sasa tersenyum bangga kepada Rega. Di zaman sekarang ini masih ada lelaki sepolos Rega. Tangan Mami Sasa sudah menekan gagang pintu kamar Reyn.
"Reyn, ada yang ingin ketemu kamu."
Reyn yang sedang duduk di balkon menoleh di mana suara maminya dia dengar. Dia terkejut ketika Rega sudah bersama sang mami.
"Tante tinggal, ya."
Mami Sasa seperti memberikan ruang untuk Rega dan Reyn. Ketika pintu hendak ditutup, suara Rega terbuka kembali.
"Jangan ditutup! Gak baik dua orang berlainan jenis hanya berduaan di dalam kamar."
Mami Sasa mengangguk dengan bibir yang melengkungkan senyum. Lelaki seperti Rega sudah sangat jarang sekali di zaman sekarang ini.
Rega mulai berjalan ke arah Reyn yang masih terduduk di balkon. Dia tersenyum ketika sudah berada tepat di depan Reyn.
"Kenapa Pak Re--"
"Ini bukan kantor," potong Rega dengan begitu lembut. Senyum yang dia ukirkan begitu meneduhkan.
"Mau apa Kak Rega datang ke sini?" Dingin sekali kalimat yang terlontar dari bibir Reyn. Dia pun kembali menatap ke arah depan.
"Aku ingin bertemu dengan seseorang yang membuat aku gak fokus bekerja saking kangennya."
Reyn berdecih mendengar gombalan dari Rega. Kepalanya pun menggeleng pelan.
"Maafin aku, Reyn. Aku gak pernah cari tahu siapa kamu."
Reyn mulai memutar tubuhnya ke samping. Rega sudah menatapnya dengan begitu dalam. Sorot mata penuh penyesalan terukir di manik matanya.
"Ternyata kamu adalah putri dari pengusaha kaya dan juga adik dari Erzan, teman sekelas aku dulu." Reyn tersenyum tipis mendengarnya.
"Engga ada gunanya Kak Rega mencari tahu tentang aku karena gak akan dapat informasi apapun juga," balas Reyn.
"Benar. Selama empat tahun aku terus mencari kamu, tapi tak ada sedikit pun informasi yang aku dapatkan tentang kamu. Hingga sebuah agen rahasia mengatakan kalau kemungkinan besar orang yang aku cari bukanlah orang sembarangan."
Reyn terdiam mendengar penjelasan dari Rega. Tangan Reyn sudah digenggam. Rega menatap begitu dalam.
"Ijinkan aku mengukir kenangan indah bersama kamu. Ijinkan aku mencintai kamu lebih dari rasa cintamu dulu. Maafkan aku yang selama dicintai hanya memberimu luka. Tapi, setelah kamu pergi aku yang terluka begitu dahsyat. Aku bahkan menutup hatiku karena aku meyakini hati dan cintaku hanya untuk kamu. Maaf, jika aku terlambat mencintai kamu."
Mata Rega berkaca mengungkapkan itu semua. Bahkan bulir bening itu menetes membasahi pipinya. Sedangkan Reyn masih bertahan untuk tidak meluruhkan bulir bening yang sudah menggenang.
Tangan Reyn mulai mengusap lembut air mata yang membasahi pipi Rega. Dia tersenyum kecil dengan mata yang masih berembun.
"Terimakasih sudah mencintai aku," ucap Reyn dengan begitu tulus.
"Tapi, lebih baik kuburlah cinta yang Kak Rega miliki itu. Aku sudah tidak pantas mendapatkan balasan cinta dari Kak Rega. Bukan karena aku benci, tapi aku sudah tak ingin lagi mencintai karena aku tak ingin menyakiti mereka yang mencintai aku karena kepergianku yang sudah pasti akan terjadi."
Rega menggeleng pelan. Hatinya begitu perih mendengar setiap kata yang terucap dari bibir Reyn.
"Meskipun, dokter mengatakan umurmu tak akan lama, aku tak peduli. Aku akan menjadi lelaki yang keras kepala dan pantang menyerah untuk terus membuktikan cintaku kepada kamu. Terus mengejar kamu meskipun kamu terus menghindar. Terus berada di samping kamu walaupun kamu risih. Aku akan terus berada di samping kamu, menemani kamu, dan menggenggam tangan kamu. Bahkan aku ingin merasakan juga sakit yang kamu rasakan. Aku tak akan pernah meninggalkan kamu, Reyn. Apapun yang terjadi padamu."
Mulut Reyn terbungkam rapat karena kalimat yang disampaikan Rega penuh dengan ketulusan. Matanya sudah sangat perih dan bendungan air mata sudah tak kuat menahan keharuan.
"Aku sangat mencintai kamu, Reyn. Cinta aku udah habis di kamu."
Diamnya Reyn tak lantas membuat Rega menyerah. Dia mengusap lembut punggung tangan Reyn.
"Biarkan aku membuktikan cintaku padamu dan pada keluargamu. Sekalipun, aku yang harus babak belur aku gak masalah. Rasa sakit itu tak sebanding dengan rasa cintaku kepadamu, Reyn Salqa Ranendra."
Tes.
Bulir bening itupun luruh juga. Rega menyeka air mata yang sudah tak sanggup Reyn tahan.
"Kamu pernah menjadikan aku alasan untuk berjuang melawan sakitmu. Dan sekarang kamu adalah wanita yang sedang aku perjuangkan dan tengah aku pertahankan di depan Tuhan."
...*** BERSAMBUNG ***...
Komen dong ..