Allea Hizka Zirah. Wanita polos nan lugu, telah bersepakat dengan pacar nya akan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Segala sesuatu yang di butuhkan untuk melangsungkan acara sudah beres, hanya tinggal menunggu hari dan tanggal yang di tentukan.
Namun tak di sangka, mempelai pria tidak menghadiri acara pernikahan yang akan di langsungkan. Sontak hal itu mengundang riuh di acara yang di gelar dengan besar-besaran. Begitu juga dengan keluarga wanita yang menanggung malu.
Apa yang menjadi penyebab mempelai pria tidak hadir? Apakah adanya selisih paham? Apakah setelah kejadian yang menimpah Allea akan menimbulkan trauma yang mendalam? Atau malah sebaliknya?
Mari kita ikuti keseruan cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keycapp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TRAUMA?
" Uby... Uby, kamu kenapa?" Ucap Allea dengan nada khawatir, setelah mendapati Ruby yang selalu saja keringat dingin.
Tak mendapat jawaban. Rasanya Ruby tidak sanggup, walau hanya sekedar menggerakkan jarinya. Apalagi menjawab ucapan kakak nya, ia melihat raut amat khawatir terdapat di wajah Kakak nya.
" Tolong bawa dia ke rumah sakit, kenapa kalian tidak mengambil tindakan. Bod*h!" Umpat Allea kepada seorang pembantu, yang bekerja di rumah Ruby.
" B-baik bu," jawab pembantu itu, dengan gelagapan. Takut dengan wajah kemarahan, bercampur khawatir yang Allea lemparkan kepada nya.
Pembantu itu segera mencari salah seorang, untuk ia bisa mintai mengemudi mobil dan segera menyiapkan mobil yang terparkir di sana. Sebab ia tidak tahu mengemudi, dan takut memberitahukan nya lagi kepada kakak dari pada majikan nya.
Namun hingga beberapa menit mencari bantuan, namun tak kunjung ada orang yang lewat. Akhirnya ia mengumpulkan keberanian nya, untuk membicarakan hal itu kepada Allea. Dan ia sangat yakin, kalau ia akan terkena semprot lagi.
" Dari mana saja kamu! Payah sekali." Lagi-lagi Allea mengumpat kepada pembantu Ruby, yang sangat lemot dan bodoh.
Di saat pembantu itu membalikkan tubuh nya, ia sudah di buat terkejut dengan Allea yang sudah memapah tubuh majikan nya.
" M-maaf bu. S-saya-"
Belum juga pembantu itu siap mengutarakan ucapan nya, Allea sudah lebih dulu membanting pintu mobil dengan kasar. Setelah Allea bisa memasukkan Ruby kedalam mobil, dengan posisi nyaman.
Tak menghiraukan pembantu Ruby lagi, Allea langsung mengambil langkah untuk duduk di tempat kemudi.
Tin.. Tin..
"Masuk!" Bentak Allea kelewat kesal, karna melihat pembantu itu hanya berdiam diri di sana. Dengan membunyikan klakson mobil nya.
" Astagfirullah, ya Robbi." Ucap pembantu itu dengan pelan, ia sangat di buat terkejut dengan suara klakson mobil itu.
Segera ia memasuki mobil itu dengan cepat, sebelum kakak dari majikan nya mengamuk lagi kepada nya.
Mobil melaju dengan sangat cepat, pembantu Ruby yang ada di belakang hanya bisa menarik dan menghembuskan nafas nya dengan kasar. Mengucapkan segala bentuk doa, begitu juga dengan berbagai macam bahasa.
.
Setibanya di rumah sakit, Allea langsung memapah tubuh Ruby untuk memasuki bangunan yang di penuhi dengan aroma obat-obatan.
" Bu Allea?" Tanya salah seorang dokter, yang menyadari kehadiran salah seorang CEO terkenal. Sedang memapah tubuh seorang perempuan, yang ia ketahui adalah adik tiri beliau.
" Tangani dia, segera!" Tak menghiraukan ucapan dari sang dokter, Allea segera memerintahkan dokter tersebut untuk menangani adik nya secepat mungkin.
" B-baik!" Alhasil dokter tersebut pun, menjadi gelagapan.
Akhirnya Ruby mendapat penanganan tercepat, untuk menghindari hal-hal yang tidak di ingin kan.
Allea segera menghubungi Dareen, selagi Ruby sedang dalam masa penanganan.
" Hal sayang." Sapa Allea dari sambungan telefon, ia membuat suaranya secerah mungkin. Walaupun ia sedang di landa dengan rasa khawatir, namun jangan sampai anak nya ikut khawatir nanti nya.
" Halo bunda," jawab Daren dari seberang, dengan suara datar dan pelan. Tidak seperti biasa nya.
" Loh? Anak bunda kok suram gitu, gimana acara tadi lancar gak?" Tanya Allea dengan raut wajah, penasaran.
" Lancar kok," jawab Darren dengan singkat.
" Maaf ya bunda gak bisa hadir. Om Ju datang kan? Bunda tutup dulu telfon nya, nanti bunda telfon lagi. Bunda ada urusan sayang, dadah." Izin Allea. Ia melihat seorang dokter, keluar dari ruangan Ruby.
Sambungan telfon terputus, kini perasaan Dareen semakin bercampur aduk.
" Bagaimana dok?" Tanya Allea terkesan menuntut.
" Maaf. Terlebih dahulu, apa pasien di ingatkan dengan hal-hal yang membuat nya trauma?" Tanya sang dokter kepada Allea.
" Trauma?" Bukan nya menjawab, Allea malah melempar pertanyaan.
" Iya. Beliau memiliki rasa trauma di masa lalu, hal itu lah yang membuat pasien mengalami hal seperti ini." Ucap dokter memberitahukan kepada Allea.
" Apa pasien sudah mulai membaik dok?" Tanya Allea.
" Beliau sudah di berikan obat tidur, karna sempat meraung-raung. Tolong jangan ingat kan hal-hal yang memicu rasa trauma nya kembali, mungkin akan berakibat fatal kepada pasien." Himbau dokter kepada Allea.
" Baik dok. Terimakasih,"
Akhirnya sang dokter pergi meninggalkan Allea, Allea segara memasuki ruangan itu. Ia melihat adik nya tertidur pulas, dan di hinggapi dengan alat-alat medis.
" Halo Dad." Tanpa pikir panjang, Allea langsung menghubungi Daddy nya. Untuk menanyakan, hal-hal yang terkait dengan semua ini.
" Halo sayang. Ada apa?" Tanya Daddy Tito dari seberang.
" Ruby masuk rumah sakit. Apa Ruby punya riwayat trauma?" Tanya Allea langsung to the point.
" Rumah sakit? Trauma? Yang benar saja nak, gak lucu kalau becanda nya begini." Jawab Daddy Tito tidak percaya, akan yang ia dengar. Karna ia tahu dan lihat, kalau Ruby tidak pernah mengeluh tentang hal apapun. Bahkan Ruby sangat ceria jika bersama mereka, bahkan masalah pun tidak banyak yang mereka ketahui. Sehingga beberapa pertanyaan timbul di benak Daddy Tito.
" Lea gak becanda Dad!" Kesal Allea. Setelah mendengar ucapan yang keluar, dari mulut Daddy nya.
" Setau Daddy Ruby gak pernah punya masalah yang fatal," jawab Daddy Tito dengan yang ia tahu.
" Baik lah Dad. Daddy lanjut kerja, ada Lea yang jaga in Ruby. Daddy baik-baik selama di Jerman, jangan lupa hubungi Mommy." Ucap Allea. Dan sambungan telfon terputus.
Allea sedikit bingung akan hal ini, dan pilihan terakhirnya jatuh kepada pembantu yang sudah lama mengabdi kepada Ruby.
" Bi. Sebelum kejadian ini terjadi, apa hal yang di alami Ruby?" Tanya Allea to the point kepada pembantu itu.
" Saya juga tidak tahu bu. Saya tadi baru pulang belanja, dan udah lihat nyonya begitu. Makanya aku langsung hubungi ibu," jawab wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga itu, dengan raut khawatir juga terhadap hal yang menimpah majikan nya.
Allea semakin frustasi di buatnya, karna tidak mengetahui titik terang. Maupun jalan dari masalah ini, dan akhirnya ia memilih menunggu Ruby sadar. Mungkin kejelasan nya akan ia dengar dari mulut Ruby.
" Bibi ambilkan yang perlu dari rumah. Kalau gak bisa naik mobil, naik Go-Jek aja. Jangan lama!" Perintah Allea kepada pembantu itu, yang masih kesal akan kejadian tadi.
" Baik bu. Titip nyonya Ruby,"
Akhirnya pembantu itu pulang ke rumah, untuk membawakan barang-barang yang di perlukan. Mungkin mereka akan menginap di rumah sakit, karna keadaan Ruby kurang baik.
Sementara Allea duduk bersandar di kursi samping branker, sembari menelungkupkan wajah nya di atas branker. Rasanya hari ini melelahkan, dan mengkhawatirkan.
...****************...
Halo guys... Aku update lagi, semoga kalian senang membaca nya ya. Aku sayang kalian semua.