NovelToon NovelToon
Hei Gadis Indigo (The Series) TAMAAAAAT!!!!

Hei Gadis Indigo (The Series) TAMAAAAAT!!!!

Status: tamat
Genre:Horor / Rumahhantu / Romansa Fantasi / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Tamat
Popularitas:5.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Osi Oktariska

Aku Khaerunisa. Aku memiliki kemampuan dapat melihat mereka yang tak kasat mata, yang biasanya kalian sebut hantu.
Semua ini terasa seperti kutukan, sampai saat aku bertemu dengannya. Indra Saputra. Karena tiap aku menyentuhnya, maka para hantu akan pergi dan hilang.

Tak peduli seberapa jauh kami berpisah, kami bagai magnet yang akan bertemu kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Osi Oktariska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 24 cinta segitiga

Keadaanku membaik seiring berjalannya waktu. Aku juga sudah mulai beraktifitas seperti sedia kala seperti mengajar anak anak mengaji dan lainnya.

Kedekatan ku dengan Firman juga makin rekat. Aku pun sudah mulai membiasakan kalau Firman itu adalah Firman. Bukan Indra.

Sekali pun banyak kemiripan dari mereka, tapi perlahan aku menepis semua anggapan itu.

Aku harus move on.

Sore ini aku ke rumah Mita untuk mengajaknya mengajar ngaji di Pesantren, karena dia tidak juga muncul, takut kalau terjadi sesuatu misalkan.

"Assalamualaikum."

"Wa alaikum salam." kudengar suara seorang wanita yang lembut dari dalam.

"Eh ada tamu. ini pasti mba Nisa, ya? masuk dulu mba. Mita ... Ada mba Nisa nih," panggil ibu itu setengah menjerit sambil menoleh ke dalam rumahnya.

Aku menjabat tangan Ibu Mita.

"Sering sering main ke sini, mba. Ibu baru lihat mba Nisa dari dekat. Ternyata cantik, ya," kata Ibunya Mita memujiku.

Aku hanya tersipu mendengarnya.

Kulihat ada beberapa foto keluarga di dinding. Dan tak lama, Firman baru saja keluar dari dalam. Ia menatapku datar, aku hanya tersenyum tipis.

"Man, Ini ada mba Nisa. Adikmu mana lama banget?"

"Lagi mandi bu." Firman ikut duduk di samping ibunya. Walau kami berdua sudah cukup dekat, tetapi terkadang aku menjauh darinya. Apalagi jika perasaanku mulai jauh pada Firman. Aku takut tidak bisa move on dari Indra. Apalagi Firman sudah akan menikah beberapa bulan lagi.

"Kamu sendirian, Nis?'' tanya Firman.

"Iya."

"Sampai juga ke rumahku. Dikasih tau siapa?" tanyanya lagi.

"Nanya nanya orang." Aku beranjak dari duduk, sebagai usaha menghindari segala pertanyaan Firman. Dan juga, aku penasaran tentang foto foto di dinding rumah ini.

Ternyata itu foto keluarga, sesuai perkiraan ku. Ada sosok Mita saat kecil. Begitulah tebakanku, karena wajah mereka mirip.

"Itu Mita waktu kecil. Dulu gemuk sekali. Sekarang sudah kurus, susah makannya," terang ibu Mita. Aku hanya tersenyum. Anehnya, kenapa tidak ada foto Firman.

Aku sedikit bingung.

"Kalau foto Firman kecil mana, Bu? Kok kayaknya semua foto Mita?" tanyaku masih memandangi foto foto itu.

"Eum ... Foto Firman, sudah terbakar. Dulu rumah kami pernah kebakaran, jadi semua foto Firman saat kecil nggak ada."

Aku menatap ibu Firman, kulihat dia sedikit salah tingkah.

Kenapa, ya? Kok aneh, ya. Kenapa cuma foto Firman saja yang tidak ada.

"Kak Nisa, maaf lama. Aku mandi dulu tadi." Mita baru saja keluar dari belakang.

"Nggak apa apa kok. Kak Yusuf nyuruh aku ke sini, katanya kamu sekalian bawa dokumen anak anak, mau di rekap," kataku.

"Oh gitu. Bentar aku ambil." Mita kembali ke kamarnya.

Tak lama Mita keluar lagi membawa beberapa map.

"Yuk berangkat sekarang," ajakku

"Kak Firman bareng sekalian, kan?" tanya Mita yang melihat Firman hanya duduk diam dari tadi.

"Iya," jawabnya datar.

Kami segera pamit kepada ibunya Mita dan Firman. Aku menggandeng Mita berjalan di depan. Firman mengikuti kami dari belakang. Mita bercerita banyak hal tentang keadaan lingkungan rumahnya, tentang ibunya dan keluarganya. Aku hanya setia mendengarkan ceritanya. Hingga perlahan, bulu di tengkukku beranjak dari tempatnya. Aku menekan tengkuk, sambil mengawasi sekitar. Sudah pasti ada sosok yang mengawasi kami sejak tadi. Ada sekelebat kain putih berada di balik pohon tak jauh dari kami. Aku berhenti berjalan, hingga membuat Firman mendekat sambil menatapku.

Dia berhenti di depanku memanggil namaku. Aku meraih tangan Firman agar makhluk itu hilang. Aku sedang malas bermain main dengan mereka.

Dan memang benar. Sosok tadi lenyap seketika.

"Kak Nisa liat hantu lagi, ya?" tanya Mita sambil melihat sekeliling kami.

"Kenapa ya, semua sama. Padahal orang nya berbeda," kataku berbicara sendiri sambil menatap Firman.

"Maksud kamu apa, Nis?" tanya Firman. Tapi tidak kupedulikan.

Aku melanjutkan berjalan lagi bersama Mita.

Saat akan sampai pesantren, Firman menarik tanganku.

"Mita... kamu balik duluan. Aku mau ngomong bentar sama Nisa."

Tanpa diperintah dua kali Mita pergi meninggalkan kami berdua saja. Firman menyapu pandangan ke sekitar, aku hanya diam dan berusaha acuh.

"Nis, kamu kenapa? kamu marah sama aku?" tanya Firman.

"Kenapa apanya? Terus marah kenapa?"

Ternyata dia sadar kalau aku sengaja menghindar darinya.

"Kamu berubah, Nis. Kamu aneh. Kenapa terkadang kamu bersikap hangat ke aku, tapi tiba tiba kamu bisa berubah dingin banget ke aku. Salahku apa, Nis?? kasih tau," desaknya sambil memegang tanganku.

"Kamu nggak salah Firman. Aku yang salah. Aku berusaha menerima kenyataan, kalau kamu bukan Indra, dan aku berusaha untuk bersikap biasa aja. Tapi kamu nggak tau, kan? Kalau tiap kita makin dekat, justru itu terasa menyakitkan buatku?! Apalagi tiap aku lihat kamu berduaan sama Anggie! Kamu nggak tau gimana rasanya jadi aku! Kamu nggak tau gimana sakitnya hati aku!" Aku berbalik hendak pergi.

Tapi Firman meraih tanganku lagi. Karena tidak siap, aku jatuh ke pelukan Firman.

"Jangan gini dong, Nis. Aku minta maaf kalau bikin kamu sakit," Pinta Firman lagi tanpa melepaskan pelukan nya.

Aku dorong kuat kuat tubuhnya agar menjauh dariku.

"Aku yang salah. Aku sengaja menghindari kamu Firman.. aku nggak mau sampai jatuh cinta sama kamu! Aku nggak mau sakit hati lagi! aku nggak mau ngerasain kehilangan lagi! Kamu bakal jadi milik orang lain! Jadi lebih baik aku nggak ada di sini," kataku sambil menangis.

"Justru aku yang kali ini jatuh cinta sama kamu! Aku sayang kamu, Nisa!" katanya setengah berteriak.

Aku menatapnya heran, menggeleng pelan seolah ini mimpi. Mendengar Firman mengatakan hal itu di sana aku rapuh seperti ini. "Lepasin aku, Firman." Saat aku berhasil melepas pegangan Firman, saat

Aku bersiap pergi, tak menanggapi Firman. Saat aku berbalik, ternyata ada Anggie di belakangku. Firman dan aku kaget melihatnya. Rupanya dia sudah lama di sana dan otomatis mendengar percakapan kami tadi.

"Kalian? Ternyata di belakangku kalian gini," katanya terlihat sangat kecewa.

Kami berdua terdiam, bingung harus berkata apa.

"Aku bakal bilang bapak, agar pernikahan kita dipercepat Fiman!" Anggie pergi menggandeng Firman meninggalkan ku. Firman menatapku terus walau Anggie menggandengnya pergi.

"Astagfirulloh haladzim." Aku lemas, tubuhku luruh ke tanah. Kini aku menangis sejati jadinya, jongkok, sendirian sambil meratapi nasibku yang menyedihkan ini. Aku merasa begitu bodoh! Hingga akhirnya aku berlari ke pesantren.

Menemui kak Yusuf dan kak Adam yang sedang ada di ruang tamu. Ada kak  Arif dan kak  Ahmad juga Mita. Mereka melihatku bingung, keadaanku kacau. "Kamu kenapa, Nis?" tanya Adam.

"Aku mau pulang sekarang!!" kataku ke mereka semua.

"Lho kenapa, Nis?" tanya kak Yusuf heran.

"Kak  Adam! Ayo pulang sekarang! " Tanpa menjawab pertanyaan Kak Yusuf, aku lalu bergegas masuk ke kamarku untuk membereskan semua barang barangku.

Kak Adam dan kak Yusuf memyusulku masuk ke kamar. Mereka diam sejenak di depan pintu.

"Kenapa, Dek? Tiba tiba mau pulang?"tanya kak Yusuf yang kini sudah mendekat dan duduk di kursi tak jauh dariku.

"Aku nggak kuat kak di sini. Aku nggak bakal bisa move on dari Indra. Aku mau pulang, daripada hatiku sakit terus tiap hari. Firman bukan Indra, kan? Jadi buat apa aku di sini terus!" kataku sambil menangis.

Kak Yusuf memelukku.

"Iya, kamu pulang nggak apa apa sama kak Adam ya, tapi besok. Pagi pagi. Hari ini pesawat nggak ada yang terbang. Ada kabut asap. Baru bisa besok," jelas kak Yusuf lembut.

Kak Adam juga memelukku erat, berusaha menenangkan ku.

"Iya, besok pulang ya sama kakak."

Sampai malam aku tidak keluar kamar. Aku tidak siap melihat Firman.

Kenapa dia mengatakan itu? Dia memberi harapan kepadaku lalu melempar ku lagi jatuh.

Aku pun terlelap mendengar lantunan ayat suci yang dibaca kak Arif di masjid menggunakan microfone. Sungguh menenangkan.

***

Paginya setelah sholat subuh aku bersiap akan pulang dengan kak Adam.

Kak Arif, kak Yusuf, kak Ahmad dan Mita sudah ada di teras akan melepas kepergian ku.

Aku menjabat tangan mereka satu persatu dan memeluk kak Yusuf dan Mita.

"Mita bakal kangen kakak. kapan kapan kakak ke sini lagi ya," pinta Mita dengan mata berkaca kaca. "maafin Mita, Kak," bisiknya dengan tatapan yang tidak bisa ku baca

Aku tersenyum padanya sambil membelai wajah gadis manis di depanku ini. Berat rasanya meninggalkan tempat ini, bukan karena hanya Firman, tapi aku mulai terbiasa bersama mereka.

"Ayok kak kita berangkat, nunggu apa lagi?" tanyaku ke kak Adam.

"Nunggu Firman, Nis. Dia yang anter kita ke Bandara."

Deg!!

"Nggak ada orang lain apa, yang bisa nganter?" tanyaku sinis. Mereka hanya diam dan saling pandang, tak menjawab pertanyaan ku.

Tak lama Firman muncul.

Jadi, mau tidak mau kami

berangkat diantar Firman.

Suasana mobil sedikit kikuk.

Kak Adam yang biasanya ramai, banyak ngobrol pun seakan mengerti situasi kali ini. Dia juga diam.

Hanya sesekali bertanya kepadaku dan Firman tentang hal hal sederhana saja. Aku duduk di jok belakang mobil. Menatap jendela.

Tak lama, ponselkuu berdering.

Indah menelfon ku.

"Assalamualaikum, Ndah."

"Wa alaikum salam, Nis. Kamu lagi ngapain? Aku kangen "

"Lagi mau ke Bandara, aku pulang hari ini. Kamu lagi di mana kok berisik banget?" tanya ku heran.

"Aku ada di Aceh, Nis. Aku ikut jadi relawan di sini. Ada kerusuhan lagi."

"Aceh?"

"Iya, Aceh.. Ferly sama Nindi juga di sini.. kami jadi relawan."

"Aku ikut, ya.. aku nanti langsung ke sana aja deh," kataku.

Aceh... aku merasa menjadi dekat dengan Indra jika mendengar nama kota itu. Telefon terputus. Mungkin signal yang buruk.

"Kak. nanti aku mau langsung ke Aceh. Kakak pulang sendiri aja ya. salam buat papah, mamah sama kak Shinta," kataku datar.

"Ngapain sih, Nis? pulang aja Nis. nggak usah macem macem,"

suruh kak Adam.

Aku hanya diam, kembali melihat pemandangan sebelahku. Sekali pun Kak Adam berkali kali memanggil namaku. Aku malas berdebat kali ini. Dan aku tidak mau mengalah juga.

Kak Adam tidak bisa berbuat banyak jika aku sudah memutuskan.

Firman melirikku dari tadi tanpa berkata apa pun.

Sampailah kami di Bandara.

Kak Adam sedang mengurus tiket dll.

Firman menarik tanganku.

"Maafin aku, Niss. aku bikin kamu kayak gini," katanya memelas.

Aku harus pergi, aku tidak ingin menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka.

"Nggak apa apa. memang seharusnya aku nggak di sini.. kamu baik baik di sini, semoga bahagia sama Anggie," kataku lalu beranjak meninggalkan Firman.

"Aku sayang kamu, Nis," bisiknya pelan, tapi aku masih bisa mendengar dengan jelas kalimat itu.

Aku segera naik pesawat menuju Aceh. berpisah dengan kak Adam.

Selamat tinggal Kalimantan..

Selamat tinggal Firman..

,

1
kalea rizuky
skg uda bisa liat masa lalu orang ya
kalea rizuky
indra sempet cium anggi kan dihh bekas
kalea rizuky
g cocok jd indigo g kayak lilis berani dia
kalea rizuky
kok ada baju tidur cwek wah wah indra ya 😏😄
sri purwati Wati
di nopel seblh tdk nyaman setiap mo bc hrs ada koinnya
Yaya Puja
setuju
Anjani Pitalokasari
Luar biasa
Anjani Pitalokasari
Buruk
Cahaya
Luar biasa
Arkana Aksa Haidar
Entah sudah keberapa kalinya saya reread cerita ini. Dari pertama kali baca di kaskus lalu pindah ke sini dan cerita2 lainnya yg ada di aplikasi hp lain. Tetap tidak membosankan.
Syifa
annisa ny jd tenggelem di cerita ini, hrus ny indra sm nisa msih terus jadi pemeran utama
Erni Sasa
haduuh baru x ini baca indigo tapi mc cewe,y terlalu lemah😌
Siti Saleha
next kak seru banget ceritanya
diyach ayu
kok gitu sih kok tato nanti solatnya GK sah dong.. kn d Islam g boleh tato dosa
adek
kapan rencana utk season ke 4 nya ?
adek: di tunggu ya kk
Osi Oktariska: insya Allah. ada kak
total 2 replies
adek
yg series kkn apa ada ?
Kettle 29
Holla thor ☺️☺️☺️ Apa kbr,,udh lama aku stop baca horor 😆 Gara2 slalu mrasa was2 dan bs migran d ksh obat g smbuh2. Akhire stop baca horor,alhamdulillah smbuh
0731
mantaps thor👍
Adnan kim
ditunggu karya lainnya ya kak
Sri Yanti
lanjutan ny tor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!