Cerita tentang dua keluarga hebat, bersatu melalui penerus mereka. Yang mana Zayd, dari keluarga Van Houten. Dan si cantik Cahaya, dari keluarga Zandra...
Ingin tau kisahnya?? Cuss... otewe keun guys🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Lain Cahaya
BUGH
Cahaya menghajar mereka, semakin ia mengingat. Semakin ia ingin menghabisi, orang-orang yang kini tergeletak di depannya. Cahaya berbalik, ia berjongkok di depan pria yang di panggil bos. Cahaya menekan kedua pipinya, sampai terdengar ringisan dari mulut pria itu.
"Sebelum lu yang bunuh anggota keluarga di rumah ini, gimana kalo gue duluan yang bikin lu cacat?" bisik Cahaya, dengan tersenyum menyeringai. Pria itu, merasakan perasaan di intimidasi yag begitu kuat. Dia menggelengkan kepalanya cepat, baru mau bicara. Tapi tiba-tiba...
BUAGH
KREK
AAARRRGGGGHHHHTTT
Cahaya membenturkan kepala pria itu pada lututnya, lalu menarik tangan si pria dan mematahkannya. Membuat Zayd dan yang melihat itu semua, merasa kan kengerian bukan main.
'My baby so sexy' gumam Zayd tersenyum, melihat Cahaya. Seperti sedang melihat bunda dan adiknya, ia semakin mencintai gadisnya.
"Sayang" panggil Zayd, Cahaya menoleh dan tersenyum
"Aku hanya matahin tangannya, ga ambil nyawanya." ucapnya enteng, ia berdiri dan berjalan mendekati Zayd.
"Kamu bunuh juga ga masalah, baik aku atau keluargamu. Takkan mempermasalahkan itu, bukan begitu?" Cahaya mengangguk, tapi di keluarganya tidak mengajarkan untuk mengambil nyawa seseorang. Kecuali... kepepet. Karena di dunia mafia, dibunuh atau membunuh.
"C-Cahaya... l-lu.. barusan m-matahin tangan orang" ucap Grisha tergagap, Cahaya menoleh dan tersenyum
"Kenapa? Lu takut?" Grisha menggelengkan kepalanya
"Kenapa cuma tangan, yang lu patahin. Kudunya lu bikin cacat kakinya juga. Terus tadi, kenapa cuma dahinya yang lu benturin? Kudunya pan muka Ca, muka." jawab Grisha gereget, Cahaya tertawa kecil dan mendekati sahabatnya.
"Lu pasti kaget ya?" Grisha mengangguk, Cahaya memeluk sahabatnya yang comel itu.
"Gue ga nyangka, sumpah ga nyangka banget. Cahaya yang lemah lembut, bisa jadi garang di waktu yang tepat. Gue kira omongan lo, mau ikutan baku hantam. Cuma angin lewat, tapi ternyata eh ternyata... " ucap Grisha menggelengkan kepalanya, Zayd mengusap sayang kepala sang kekasih.
Memang tak di ragukan lagi, selemah lembut apapun perempuan di keluarga Zandra. Tak bisa di pungkiri, sisi kejam dari mereka akan muncul di waktu yang tepat.
Cahaya melangkahkan kakinya, untuk mendekati Dion yang tengah mengintip di balik tirai.
"Kenapa? Kamu kaget?" tanya Cahaya pada Dion, Dion menatap Cahaya intens dan tak lama ia mengangguk
"Apa kakak membuatmu takut?" Dion menggelengkan kepalanya, Cahaya merendahkan tubuhnya. Mensejajarkan dirinya dengan Dion..
"Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?" tanya Cahaya lagi, seraya merapihkan rambut pria kecil itu. Dion menunduk, kedua tangannya saling bertautan. Seolah apa yang akan ia katakan, terasa begitu berat. Namun Cahaya masih diam menunggu, ia terus menatap Dion.
"Mmmm... Apa... Apa kakak, mau mengajarkan Dion?" tanya Dion balik, Cahaya mengerutkan dahi
"Dalam hal apa?" tanya Cahaya balik
"Beladiri, seperti kakak saat melawan orang-orang tadi." jawab Dion
"Apa alasan kamu ingin belajar ilmu beladiri?" tanya Cahaya
"Dion ingin melindungi kedua orang, yang Dion sayangi. Nenek dan kakak, mereka adalah orang-orang penting dalam hidup Dion." jawab Dion, membuat Cahaya tersenyum
"Ok... Besok kakak jemput sepulang kuliah ya, buat ke rumah kakak." Dion tersenyum dan mengangguk cepat, Cahaya kembali masuk ke kamar Doni. Di susul yang lainnya
"Nek" panggil Cahaya lembut
"Kenapa nak?" tanya nenek
"Di depan lahan lumayan luas, Cahaya buatin warung ya." ucap Cahaya, mengejutkan ketiga penghuni rumah tersebut
"Jangan nak, ya Allah. Itu pasti butuh modal yang ga sedikit, nanti malah menghabiskan uang kamu." balas nenek menolak saran Cahaya
"Nek, nenek ga kasian sama Dion. Setiap hari harus keliling cari rongsok, bahkan sampe ke desa sebelah. Dan rongsok yang di dapatnya juga ga banyak, dapat uang hanya cukup untuk makan satu kali. Bahkan Dion juga, pernah tak mendapatkan apa-apa. Dion rela memutuskan sekolahnya, demi menghidupi nenek dan kakaknya." nenek menundukkan kepalanya, terlihat bila ia menangis dalam diam. Cahaya mengusap punggung nenek pelan, ia pun berjongkok dan menaruh kedua tangannya di pangkuan nenek. Bukan ia tega berkata seperti ini, ia hanya ingin membantu Dion dan keluarganya hidup lebih baik.
"Nek... Nenek udah sepuh, a Doni juga sedang sakit. Jangan sampe Dion juga ikut sakit, karena lelah. Hmm?" lanjut Cahaya lembut, ia menggenggam dan mengusap tangan nenek
"Nenek harus balas kebaikan kalian dengan apa? Kalian dan nenek baru saja kenal , tapi kenapa kalian sebaik ini pada kami?" tanya nenek terisak
"Allah yang menggerakkan hati kami nek, Allah juga yang mengarahkan kami. Semua sudah di atur nek, mungkin ini semua adalah buah kesabaran nenek dan yang lainnya. Nanti Cahaya bikinin warung sembako ya, terus kita obati juga a Dion yang bener. Kita bawa ke rumah sakit, ya a?" Doni dan Dion sudah menangis, mereka tak percaya hari ini akan tiba. Hari dimana mereka mendapatkan kebaikan, yang bahkan untuk memimpikannya saja tak berani
"Apa ini tidak berlebihan?" tanya Doni, Cahaya menggelengkan kepalanya
"Tentu saja tidak, karena kami sudah menolong orang-orang yang tepat." jawab Cahaya, ia menoleh ke belakang
"Buat lu Ica ku sayang" Grisha menatap Cahaya
"Sebelum lu kirim perabotan kemari, gue mau renov ni rumah dulu. Ngerti?" Grisha pun tercerahkan, sejak tadi ia merasa ada yang kurang. Ternyata...
"Biar gue aja yang renov, lu pikirin aja masalah warung ma isinya. Terus bang Zayd..." Grisha menatap sinis padanya
"Ngapa sih lu?" tanya Zayd
"Abang yang biaya in biaya berobatnya kak Doni, gue baik ya bang mau bagiin pahala." jawab Grisha
"HEH ANAKONDA?! Dengerin gue ya, gue... bayarin semuanya juga mampu. Asal lo tau.." Grisha memutar malas bola matanya
"Ga usah di jabarin juga, gua mah tau bang. Lu ma calon bini lo itu orang kaya, kaya banget. Bjiirr... berasa miskin banget gue, kalo ada di antara dua manusia ini. HAAAAAAhhhh..." Grisha menghela nafas, Cahaya tertawa
Sedangkan Dion dan keluarganya terlihat terbengong-bengong, karena kedua orang di depannya berdebat. Hanya untuk membantu mereka, lalu mereka saling tatap.
'Kenapa ga semua orang kaya, bisa punya pikiran kaya gini?' pikir Dion
Seandainya satu orang kaya, membantu satu orang miskin. Mungkin negara ini akan baik-baik saja, mungkin.. Karena tidak semua orang yang di tolong, akan merasa berterima kasih dengan kembali bekerja keras. Justru ada beberapa, atau mungkin kebanyakan orang. Akan senang memanfaatkan orang yang baik padanya, alias aji mumpung.
"Ok ok... kita berbagi pahala ya, nanti kita ajakin Ansika sama Ezra. Dion kamu mau sekolah lagi kan?"
DEG
Dion menatap lekat ke arah Cahaya, ingin ia mengangguk. Tapi takut, bila ia di anggap memanfaatkan kebaikan ketiga orang di depannya.
"Kamu ga manfaatin kita kok, ini semua murni keinginan kita." ucap Zayd, yang paham dengan tatapan Dion
tes
Air mata anak kecil itu kembali mengalir, tangisannya terdengar begitu menyayat hati.
...****************...
Jum'at berkah...
Jangan lupa masukin ke favorit, like, komen, gift sama vote nya yaaaa ❤️❤️❤️❤️
lanjutttt mak
masih bocil udah pinter ngegombal🤣🤣
pasti zayd tambah cinta😘😍 karna cahaya keren badass sekali cocok lah sama zayd.. jangan di kasih cewek yg lemah ya maakkk😘
dasar Domi si gembul, makan terus. awas loh nanti jadi kayak gentong😅