Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?
Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.
Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!
Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.
Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan
Novel ini belum pernah kutamatkan!
Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.
Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
...HALAMAN 17...
*Arthur semakin sering datang menemuiku, tapi karena sesuatu muncul di hatiku. Sebuah keraguan. Orang-orang masih menjauh dariku dan aku merasa tak puas*.
Jadi aku mempertanyakan perasaan ini.
Tapi dia menjawab, “kalau kamu mulai mempertanyakan, kau akan kembali terjatuh. Lakukan saja. Kali ini lebih kasar dan berkuasa, kamu tidak selayaknya berada di bawah, Sharon.”
Aku ingin berhenti, tapi juga suka berada di atas.
Bodo amatlah … persetanan dengan apa yang akan terjadi.
...HALAMAN 20...
Aku berbicara dengan Arthur, mengenai betapa dinginnya ayah–duke lux kepadaku. Aku tahu bahwa aku terkadang berbuat onar, tapi itu untuk menarik perhatiannya, aku menceritakan sambil menangis. Ayah memang selalu dingin kepadaku sejak kecil.
Arthur terlihat marah dan berkata. “Kalau dia tidak bisa melihatmu, buat dia tidak punya pilihan selain memperhatikanmu.”
Aku awalnya tidak mengerti. Jadi bertanya. Dia pun menjelaskan.
“Hapus semua yang menghalangi posisimu. Lenyapkan Althea.”
Aku tertegun. Aku pikir dia bercanda.
Memang aku benci kak Althea, berharap dia mati, tapi aku tidak sedalam itu … paling tidak untuk sekarang.
...HALAMAN 25...
Dia pasti meremehkanku, apa maksudnya senyuman itu? Aku jelas jelas baru saja menjahilinya, berpura-pura tidak sengaja menjatuhkan minuman ke gaun pesta karena aku iri dengannya.
Tapi dia membalas dengan senyuman. Jangan bercanda!
...HALAMAN 30...
Ayah lagi-lagi membandingkanku dengan Althea.
Hari ini dia bilang dirinya malu punya anak sepertiku.
Dia menyuruhku berhenti membuat masalah dan “jangan memperkeruh nama Lux”.
Seolah aku tidak melakukan semua ini agar dia MENDEGAR aku!
Aku ingin berteriak.
Aku ingin melempar piring ke arahnya.
Aku ingin—
Tapi yang kulakukan hanya berdiri diam dan menunduk.
Sementara Althea berdiri di belakangnya, wajahnya sedih… seolah dia kasihan denganku.
Menggelikan. Aku benci semuanya hari ini.
...HALAMAN 33...
Aku benar-benar tidak tahan lagi. Satu sisi aku muak pada Althea karena dia selalu terlihat sempurna, tapi sisi lainnya… aku tahu dia tidak pantas kubenci sejauh itu.
Tetap saja, setiap kali aku melihatnya, aku merasa seperti—tidak ada., Tidak terlihat, tidak dianggap.
Aku membencinya! Kenapa dia mempunyai segalanya sedangkan aku tidak? Bahkan kudengar dia menikahi tuan Leon Ardiant pangeran yang paling disukai oleh orang-orang.
Padahal dia kakakku tapi nasib keberuntungan berbeda jauh.
Ketika aku mengatakan hal ini kepada Arthur, dia menjawab dengan lembut. “Kalau dia segitunya membuatmu menderita … maka lenyapkan saja!”
Sebuah kalimat sederhana, aku tidak tahu mengapa, tapi hatiku seperti tergerakan.
...HALAMAN 36...
Aku berpikir aku hanya gadis iri dan angkuh. Tapi sepertinya aku adalah kebenaran.
Ini semua salahnya! Andaika dia tidak ada dan aku saja yang terlahir! Aku benci kepadanya.
Maka dari itu, berkat dorongan Arthur aku menyusun rencana. Rencana kotor.
Menyewa pembunuh bayaran, meracuni makanan, membuatnya terlihat seperti kecelakaan.
Jangan salah kak Althea, selain kebencian aku juga melakukan karena sesuatu lain.
Arthur berbicara kepadaku, tentang cerita yang sangat lama, tentang dosa keluarga lux.
Sejujurnya aku kecewa terhadap keluarga ini. Tak kusangka keluarga ini sebusuk itu.
aku baru pertama kali mengelerti.
TENTANG DOSA KELUARGA LUX
Keluarga lux ternyata—-
…
Kosong. Lembar selanjutnya tersobek.
Sharon menutup buku itu perlahan. Jemarinya gemetar, seolah setiap kata di halaman terakhir masih menempel di kulitnya. Ada keheningan aneh yang merayap di kamar itu—sunyi, tapi menyesakkan. Seakan ruangan ikut menahan napas bersama dirinya.
Wajah Sharon pucat. Dia menatap buku harian hitam itu seakan benda itu bisa menggigitnya kapan saja. Air matanya tidak jatuh, tetapi matanya tampak bergetar oleh campuran keterkejutan dan rasa takut yang tak bisa disembunyikan.
Ia tak menyangka… separah ini. Rencana pembunuhan. Racun. Pembunuh bayaran. Semua tertulis jelas dalam tulisan tangan Sharon yang asli. Namun bukan itu yang paling menghantam dirinya. Yang paling menusuk adalah motif di baliknya.
Dosa keluarga Lux.
Sharon mengulang kata itu dalam hati. Setiap kali ia menyebutnya, dadanya terasa makin berat. Apa sebenarnya yang terjadi? Apa yang diketahui Sharon asli?
Lalu pikiran Sharon melayang pada satu nama.
Arthur.
Nama itu muncul di hampir setiap halaman; setiap konflik, setiap dorongan, setiap keputusan buruk yang tertulis di sana punya jejak dirinya.
Dan semakin ia membaca, semakin jelas pola itu terlihat. Arthur bukan sekadar “teman dekat” Sharon. Dia seperti bayangan gelap yang menempel tanpa terlihat— mendorong, memprovokasi, menyulut bara kecil menjadi api besar.
Sharon menggigit bibirnya. Arthur selalu berada di titik-titik rapuh Sharon asli. Ketika ia mulai ragu, Arthur menekan. Ketika ia menangis, Arthur mengubah air mata itu menjadi kemarahan.
Ketika ia ingin berhenti, Arthur memerintah untuk melangkah lebih jauh.
Senyuman Arthur kembali terbayang di kepalanya. Senyuman yang dulu terlihat sinis… kini terasa berbahaya.
Sharon merasakan bulu kuduknya meremang.
Ternyata Sharon Lux yang asli bukanlah monster seperti yang orang pikirkan.
Ia hanyalah gadis rapuh yang berada di tangan orang yang pandai memelintir perasaan.
"dia jelas diprovokasi!" ucapannya.
Dan sekarang, yang harus menanggung semuanya— adalah Sharon yang baru. Dirinya.
Ia menghela napas, panjang, berat.
“Arthur,” gumamnya lirih. Bukan panggilan, tetapi peringatan untuk dirinya sendiri.
Ada dua kebenaran pahit yang kini ia ketahui: Pertama, keluarga Lux menyimpan sesuatu yang sangat gelap.
Kedua, Arthur mengetahui hal itu… dan memanfaatkannya.
Sharon menutup diary itu lebih kuat kali ini, seolah memutuskan sesuatu.
Jika Sharon asli dulu hancur karena dikelilingi kebohongan, maka Sharon yang sekarang akan mengungkap semuanya dengan mata terbuka.
malah meme gw😭
Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.
pokonya mantap banget
rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain
semangat thor