Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menangis
Agnes menyetir sambil memikirkan ucapan suaminya. "Aku akan selalu ada untuk kamu dan Archie setelah semua urusanku selesai. Tunggu sebentar lagi, Sayang"
"Apa maksud kamu, Mas?"
"Aku akan punya banyak waktu setelah ini, dan semua waktuku itu akan aku berikan untuk kamu dan Archie. Tunggu sebentar lagi. Sekarang kamu pulang dulu, ya, aku masih ada urusan bisnis"
"Tidak ada wanita lagi, kan, Mas?"
"Tidak ada, Sayang. Aku hanya mencintai kamu" Ronald mengecup kening Agnes saat Agnes memakai pakaiannya kembali.
Agnes menghela napas panjang sambil memutar balik mobilnya. "Aku harus kembali. Instingku memintaku putar balik"
Agnes melajukan mobilnya sambil berucap kepada dirinya sendiri, "Aku masih penasaran dengan rumah itu selain itu aku ingin menolong Amos. Aku ingin balas budi karena Amos sudah sering menolong aku"
Agnes turun dari mobilnya dan bergegas masuk kembali ke mobilnya saat ia melihat suaminya dimasukkan ke mobil polisi dan ia melihat puluhan anak gadis dibawah umur naik ke dalam mini bus dan di antara gadis-gadis itu ada adiknya Nadya.
Agnes langsung menelepon Nadya dan Nadya langsung berkata, "Ronald suami kamu itu brengsek, Nes. Anak buahnya menculik adikku dan hendak menjual adikku ke luar negri. Aku rasa aku tidak bisa berteman dengan kamu lagi kalau kamu tidak bercerai dengan Ronald"
Sebelum Agnes sempat memberikan respons, Nadya sudah memutuskan panggilan telepon itu. Agnes meraup wajahnya lalu menghidupkan mesin mobil dan memutuskan untuk menjemput Archie lalu pulang ke rumahnya. Terlalu banyak kejutan yang ia dapatkan di hari itu membuat Agnes menyetir mobil dengan pikiran dan hati yang campur aduk, beberapa kali ia menerobos lalu merah dan hampir menyerempet pengguna jalan raya yang lainnya.
Setelah berhasil menjalankan misi menyelamatkan gadis-gadis di bawah umur yang akan dijual ke luar negri dan berhasil menangkap Ronald Howard bersama semua barang bukti, Amos kembali ke rumahnya dalam keadaan sangat lelah.
Dia dikejutkan dengan tarikan tangan mamanya setelah ia meletakkan sepatu di rak sepatu.
Kedua alis Amos menukik tajam saat mamanya menghentikan langkah di ruang makan.
"Kalau lapar ya makan to, ngapain narik Amos ke sini, Amos udah makan" Amos membuka lemari es dan ditutup kembali oleh mamanya.
"Ma?" Alis Amos semakin menukik tajam.
"Ada Agnes di kamar kamu. Ia nangis tapi tidak mau bilang ada apa. Mama cuma bisa nemenin dia nangis lalu pingsan dan Mama sudah panggil dokter kata dokter ........
Amos langsung berlari menuju ke kamarnya.
Mamanya Amos menghela napas melihat punggung anaknya lalu bertanya pada dirinya sendiri, "Kenapa ia sekhawatir itu mendengar Agnes nangis dan pingsan?"
Amos membuka pintu kamarnya dengan tidak sabar lalu melangkah pelan menuju ke ranjangnya. Ia duduk di tepi ranjang dan menyentuh pelan rambut Agnes. "Kenapa kamu nangis dan pingsan? Apa yang sudah terjadi?"
Agnes membuka matanya perlahan lalu bangun dan langsung memeluk Amos.
Amos sontak mematung kaget. Namun, saat Agnes terisak menangis dan semakin erat memeluknya, Amos mengusap rambut Agnes lembut dan bertanya, "Hei, ada apa?"
"Aku tadi balik lagi dan lihat Mas Ronald ditangkap karena Mas Ronald.....dia.....dia punya bisnis ilegal.......pen......penjualan anak di bawah umur dan......dan ada adiknya Nadya di dalam kelompok anak di bawah umur yang kalian selamatkan tadi.....a-aku sungguh tidak menyangka.....Mas Ronald sejahat itu. Padahal a......aku ingin memulai dari nol dengannya dia juga berjanji akan lebih memperhatikan aku juga Archie ta.....tapi dia.....dia......"
Amos mendorong pelan bahu Agnes lalu merapikan rambut Agnes yang menutupi wajah cantik wanita yang sangat ia cintai itu lalu berkata, "Kenapa kamu kembali? Aku sudah bilang kamu harus pergi kan?"
"Ka......karena....." Agnes mengusap ingusnya. "Karena aku ingin bantu kamu. Aku ingin balas budi"
"Aku nggak pernah mengharapkan balas budi" Amos mengusap lembut kelopak mata Agnes yang masih mengalirkan airmata.
Agnes menundukkan kepala saat Amos berkata, "Sudah jangan menangis lagi, semua sudah ditangani pihak berwajib"
Bahu Agnes bergetar, "Hiks, hiks, huhuhuhu......aku masih ingin menangis ka......karena mamaku meninggal ditembak di kening dan papaku......aku tak tahu papaku di mana. Papa tidak menjawab telponku"
Amos kembali mendorong bahu Agnes, "Archie?"
Agnes mendongak dan saat Amos mengusap pipinya ia berkata, "Archie aku bawa ke sini. Archie main sama Aurora tadi"
Amos menghela napas lega. "Kenapa kamu bawa Archie ke sini?"
"Karena kamu anggota tim pasukan khusus dan entah kenapa aku percaya sama kamu dan merasa aman berada di tengah keluarga kamu"
Amos tersenyum dan mengusap rambut Agnes.
Agnes lalu mengerjap dan berkata, "Mamaku ......A......aku i-itu, aku panik dan membawa Archie ke sini. A-aku tidak menelepon polisi. Aku hanya memikirkan Archie saat itu dan...... a...apakah aku bakalan masuk daftar tersangka?"
Amos mengusap kedua bahu Agnes, "Apa kamu memegang benda atau apapun yang ada di dekat Mama kamu?"
Agnes menggelengkan kepala, "Seingatku tidak. Aku langsung mencari Archie di kamar mama dan membawa Archie pergi ke sini"
"Mama kamu tidak di kamar?"
"Mama aku temukan tergeletak di lantai ruang makan dengan luka tembak di kening.....hiks! Huhuhuhu" Agnes kembali menunduk, menutup wajahnya dengan telapak tangan lalu bahunya bergetar. Perempuan cantik itu kembali menangis sesenggukan.
Amos menghela napas panjang lalu menarik Agnes ke pelukannya. "Jangan diingat lagi, kamu aman di sini. Kalau nanti kamu dicari pihak berwajib, aku akan menemani kamu"
Agnes memeluk erat tubuh Amos dan berkata di sela isak tangisnya, "Aku hanya punya Archie. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Mamaku sudah meninggal, Papaku hilang entah ke mana dan suamiku ditangkap polisi bahkan sahabatku Nadya tidak ingin berteman denganku lagi, huhuhuhu"
"Kamu punya aku dan keluarga aku. Anggap keluarga aku keluarga kamu. Kamu aman di sini kalau kamu sementara ini ingin menenangkan diri di sini"
Agnes menangis semakin kencang dan menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya Amos.
Amos mengusap lembut punggung Agnes dan membiarkan perempuan yang sangat ia cintai itu menangis sepuasnya di dalam pelukannya.