Dia Pengasuh Putraku

Amel di mobil terus diam. Amel bukanya marah atau kesal karena Aswin mengajaknya cari cincin secara mendadak. Tapi Amel merasa ini seperti mimpi. Ada laki laki kaya yang baik mau menikahinya.

"Kamu kenapa diam saja Mel? Khairan kan pulangnya masih lama. Tiga jam lagi. jadi kamu ngga usah pikirkan."

"Saya ngga mikirin itu kok Pak."

"Trus kamu mikirin apa? Jangan bilang kamu mau menolak untuk cari cincin ya Mel!" Amel menggelengkan kepalnya.

"Kenapa Bapak mau sama saya, itulah yang jadi pemikiran saya sekarang. Saya takut pak kalau kita menikah secepatnya. Bapak belum tau siapa saya. Saya juga belum tau siapa bapak. kita harusnya saling mengenal dulu Pak, biar kita bisa tau masing masing sifat. Agar nanti saat kita menikah, Bapak tidak kaget dengan sifat saya," Aswin justru tersenyum.

"Saya sudah melihat sifat sifat kamu kok. Saya setiap hari tanpa kamu tau memperhatikan kamu. Kamu itu orangnya baik dan penyayang. Juga sangat sabar. Tapi kamu juga punya sifat yang tidak baik, yaitu selalu tidak pede dengan diri sendiri. Sudah jangan pikirkan itu, kita pacarnya setelah halal aja. Kamu ingin tau kenapa saya ingin cepat cepat menikahi kamu?" Amel mengangguk pelan.

"Karena kamu yang selalu menolak saya kalau saya mendekati kamu. Kamu selalu menghindari saya. selalu bilang belum muhrim. Gimana coba kita suruh saling mengenal sifat masing masing, kamu nya aja kalau saya dekati langsung menghindar. Selalu alasan belum muhrim."

Amel yang memang merasa benar yang di katakan Aswin hanya diam.

"Kamu harus yakin sama saya Mel. Saya serius menyukai kamu."

"Saya hanya merasa ini seperti mimpi. Saya tidak yakin dengan diri saya saat ini yang di cintai oleh pria kaya dan baik seperti bapak."

Aswin tersenyum karena di puji oleh Amel.

"Terimakasih sayang, akhirnya kamu memuji saya. Ini bukan mimpi dan kamu harus yakin dengan cinta saya."

Aswin yang gemas mengambil tangan Amel. Amel lagi lagi mau menariknya. tapi Aswin langsung menggelengkan kepala tanda Amel di larang menarik tangannya.

Amel akhirnya diam dan membiarkan Aswin melakukan apa yang dia mau. Aswin lalu mencium punggung tangan Amel.

Mobil akhirnya sudah sampai di parkiran Mall. Keduanya lalu turun dari mobil dan langsung masuk. Aswin mau mengambil tangan Amel, tapi Amel tidak mau di gandeng. Amel benar benar tidak pede. Apa lagi baju yang di pakainya murahan. Sedang baju Aswin baju bermerek yang di pakai.

Aswin akhirnya tidak memaksa Amel. Aswin takut juga kalau memaksa Amel nanti malah minta pulang.

Keduanya berjalan menuju toko perhiasan di lantai dua. Sampai di toko, Pelayan toko menunjukan cincin cincin yang sepasang dan bagus bagus.

"Silakan kamu pilih mau yang mana," kata Aswin. Amel melihat ke kaca yang di dalamnya banyak perhiasan yang sangat bagus bagus.

Amel tidak menjawab tapi matanya terus melihat lihat. Karena Amel tidak mengeluarkan suara mau yang mana, Aswin menyuruh pelayan untuk mengeluarkan dua pasang cincin pilihannya.

"Bagus yang mana?"

"Semua bagus."

"Kamu mau beli dua pasang?" Amel menggeleng.

"Ya sudah pilih mau yang mana?"

"Saya juga bingung Pak mau yang mana. Bapak yang pilih kan saja."

Aswin benar benar di uji kesabarannya. Lalu Aswin mengambil cincin dan memasangkan ke jari Amel.

"Ini kamu suka ngga? Di jari kamu pas kan?"

"Saya ngga mau yang ada berliannya Pak. Saya suka yang polos saja."

"Kenapa memangnya kalau ada berliannya?"

"Kalau di pakai sehari hari kaya ngga nyaman. Kalau polos kan enak di pakai setiap hari juga," jawaban Amel benar. Lalu Aswin meminta pelayan toko mengambilkan yang polos tapi bagus.

Ada tiga pasang cincin yang polos di lihat kan ke Amel. Aswin menyuruh Amel memilih.

Amel akhirnya memilih cincin yang menurutnya simpel dan pas di jarinya.

"Ini aja Pak," sambil menunjukan jari yang ada cincinnya.

"Ya sudah kalau kamu mau itu. Itu juga sangat bagus di jari kamu," Aswin sambil memegang jari tangan Amel. Saat Aswin masih melihat ke jari Amel, ada suara orang yang sangat Aswin kenali.

Aswin lalu menengok ke belakang. Dan ternyata yang datang benar orang yang sangat Aswin kenali dari suaranya.

Aswin langsung melihat ke Amel lagi. Dan Aswin meminta pelayan toko membungkus cincin pilihan Amel.

"Mas aku mau cincin yang berliannya gede ya."

"Boleh. Kamu harus cari yang paling bagus. Agar nanti di acara pernikahan kita, kamu lah wanita yang paling cantik."

Aswin melihat ke belakang lagi saat mendengar perkataan dua orang yang baru datang tadi. Amel melihat raut wajah Aswin yang berubah jadi merasa aneh.

"Dasar laki laki brengsek. kemarin merusak rumah tangga orang, sekarang mau menikah lagi," perkataan Aswin membuat dua orang tadi menengok.

"Aswin..."

Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...