Ai To Fukushū (Love And Revenge)

PERINTAH MAKAN MALAM

Akira masih menunggu santai di dalam mobil, tepat diparkiran wanita itu sama sekali tidak keluar mobil. Sambil bersandar, Akira mengamati keadaan di sekitarnya sampai dia melihat sebuah mobil hitam yang baru saja parkir di area yang sama, tak lama seorang pria yang lebih mencolok daripada pria lainnya yang hanya mengenakan kaos hitam menunjukkan bahwa dia adalah bosnya.

“Dasar orang kaya.” Gumam Akira tak habis pikir. Namun sekelebatan dia mulai sadar akan pria tersebut, sosok yang membuatnya ingat akan kejadian adiknya.

“Selamat datang Tuan Arata Davies! Ruang Anda ada di sebelah kanan.” Ucap seorang penjaga yang hanya menunjukkan kepada para orang kaya ternama. Tentu, tak cuman Koji saja yang bertemu klien di sana, pengusaha lain pun juga ada. Namun mereka selalu bersembunyi-sembunyi.

Pria bernama Arata itu tersenyum miring menerima sambutan penuh hormat. Sambil mengisap rokoknya, pria berpenampilan garang namun juga rapi itu terlihat santai. “Apa yang ingin kau katakan?" tanya pria berkulit putih bak susu itu.

“Ada Tuan Koji Rodriguez di sini.” Bisik penjaga tadi secara diam-diam.

Seketika pria bernama Arata itu terdiam sejenak setelah mendengar nama Koji. Pria itu menoleh ke bodyguardnya dan memberikan isyarat untuk memberikan sejumlah uang kepada penjaga tadi.

“KusoKoji.” Umpat Arata tak peduli.

Dari arah lain, Akira mengamati pria itu, dia seperti pernah mengenalnya dan melihatnya namun dimana? -‘Aku yakin pernah berurusan dengan nya.’ Batin Akira bertanya-tanya sendiri.

Tak berselang lama, pria itu beserta tiga anak buahnya masuk ke dalam club' sedangkan Akira masih berada di mobil. Sungguh, melihat orang-orang seperti Arata masuk ke dalam club' membuatnya teringat dengan Izumi.

Dia mendapatkan beberapa bukti bahwa pelakunya adalah orang yang berkuasa, dan itu pasti orang yang sangat berbahaya.

“Hfffuu— lupakan Akira, jika tidak kau akan menangis.” Ujarnya pelan seraya menunduk dan mencoba tenang agar dia tak terlalu mengingat Izumi.

Tiba-tiba Koji masuk begitu saja, bersandar santai dengan batang rokok di bibirnya sementara kedua tangannya sibuk dengan sapu tangan putih yang ternodai oleh noda merah darah.

“A-anda baik-baik saja?” tanya Akira sedikit gugup saat melihat keadaan bosnya saat ini.

Kedua tangannya penuh darah, wajah tenang namun safir birunya sangat tajam. “Jalankan mobilnya.” Pintanya bersuara dingin.

Akira segera patuh dan mulai menyetir dengan baik. Pria pirang itu membuka sedikit jendela mobil, sambil merokok ia fokus ke depan, perasaannya saat ini sangat kesal, meski begitu dia tak melupakan akan sosok wanita yang saat ini menemaninya.

“Kau sudah makan?” tanya Koji mendadak membuat Akira hampir tertegun sesaat.

“Belum.” Jawab wanita itu sangat jujur. Karena memang itulah kenyataannya. Dia sibuk menjaga ruangan Koji sehingga tak sempat makan siang.

“Belok kiri melewati gedung empire, ada sebuah restoran di sana.” Ujar pria itu yang rupanya sudah sangat tahu seluk-beluk jalanan di sana. Jangan tanyakan lagi, ingatan Koji sangat tajam tak heran jika dia dijuluki Kitsune (Rubah) oleh para musuh, saingannya bahkan para pekerjanya.

“Tidak perlu Tuan Koji, aku akan makan setelah kembali ke Mansion.” Tolak Akira tegas namun lembut.

“Siapa bosnya?” seketika pertanyaan itu membuat Akira tak bisa melawannya lagi. Ia hanya fokus menyetir dan menuruti perintah bosnya, orang yang membayar gaji sekaligus memberikan perintah.

.

.

.

Sampai di restoran berbintang, siapa sangka bahwa Koji disambut hangat di sana. Para pelayan bahkan pemiliknya pun ikut menyambutnya dengan tangan terbuka.

“Silahkan Tuan Koji, ada bangku VIP yang masih tersisa!" ucap pria berkumis lucu berbadan gemuk dan bermata sipit itu tersenyum lebar ke arah Koji. Dia adalah pemilik restoran berbintang.

Para pelayan wanita di sana tak ada hentinya memberikan tatapan manisnya kearah Koji, namun mata mereka langsung tertuju ke arah wanita yang berdiri di belakang Koji tepat di samping sebelah kanan. Tatapan penuh tanya sehingga Akira sendiri merasa gugup akan pakaian yang dia pakai, namun dia tak peduli dan terus fokus.

“Apa dia— ”

“Apa kau ingin kubungkam mulutmu agar tidak bertanya.” Ancam Koji terdengar biasa namun sudah membuat bulu kuduk berdiri.

”Ah, ti-tidak Tuan Koji! Aku tidak bermaksud begitu hahaha! Mari saya antar!" ucap pria pemilik restoran tadi dengan senang hati mengantarnya langsung.

...***...

“Sudah enam bulan ini tidak ada berita mengenai mata-mata itu lagi. Apa mereka sudah jengah?!" ujar salah satu pria yang juga ada di ruangan bersama Atara.

Pria berambut hitam itu bersandar dengan dia wanita di samping kiri dan kanannya. Tentunya wanita bayaran.

“Jangan bicarakan mereka, itu membuatku muak.” Kesal Atara yang tak ingin mengingat kejadian dulu, di saat mata-mata ilegal itu berhasil menyadap rencananya sehingga musuhnya berhasil membakar separuh gudang kokain terbesarnya. Ulah siapa lagi kalau bukan Akira dan dua temannya.

“Ya... Anda benar!” balas pria yang sama berambut keriting meneguk minumannya sambil terkekeh kecil.

Ya! Atara terdiam sejenak, mengingat kejadian itu membuatnya kesal sendiri, bahkan dia masih tak menemukan identitas tiga mata-mata itu, jika menemukan salah satunya saja Atara berjanji akan membuatnya habis.

Sementara itu di restoran, Akira dan Koji duduk di sebuah meja VIP dimana kursinya terbuat dari sofa panjang dengan dinding pembatas dan hiasan yang elegan. Sejak tadi Akira hanya diam memandangi hidangan di sana.

“Makanlah. 20 menit adalah waktumu.” Ujar Koji menuangkan wine ke gelas cantiknya.

Pria itu memutar gelasnya sebelum meneguknya hingga habis.

“Anda... Tidak makan?” tanya Akira merasa sungkan.

Seketika pria itu menatap tajam penuh ketegasan, mata yang sangat indah seperti warna langit. Akira ingin menghindari kontak mata tersebut, namun itu akan menunjukkan bahwa dia tertarik.

“Makanlah.” Balas Koji sekali lagi.

Tanpa banyak tanya lagi, Akira segera menggerakkan kedua tangannya dan mulai memegang garpu dan sendok. Wanita itu menyantap makanannya dengan lahap seakan dia lupa bahwa ada bosnya di sana.

Sungguh, makanan di sana sangat mewah tapi rasanya sederhana dan menyatu dengan lidah semua orang.

Koji yang bersandar sembari meletakkan tangan kirinya di atas meja, pria itu tak berpaling dari Akira. Dia memperhatikan bagaimana bodyguard nya itu melahap makanannya.

“Kau melupakan steak chicken nya.” Ucap Koji melirik ke arah piring yang masih utuh steak chicken dengan saus.

Akira mengangguk kecil seraya menutupi mulutnya yang masih mengunyah. Dia baru ingat bahwa ada bosnya di sana. –‘ Dasar baka! Aku lupa ada dia, tapi makanan ini sangat enak.’ Batin Akira. Dan iya! Salah satu favoritnya adalah mencicipi makanan enak selain es krim vanila. Tak salah jika Akira hampir tertegun dibuatnya.