Wulan Riyanti merebut suami adiknya lantaran dia diceraikan sang suami karena terlalu banyak menghamburkan uang perusahaan. Tia sebagai adik tidak tahu bahwa di balik sikap baik sang kakak ternyata ada niat buruk yaitu merebut suami Tia.
Tia tidak terima dan mengadukan semua pada kedua orangtuanya, akan tetapi alangkah terkejutnya Tia, karena dia bukan saudara seayah dengan Wulan. Orang tua Ita lebih membela Wulan dan mengijinkan Wulan menjadi istri kedua Ridho-suami Tia.
Rasa sakit dan kecewa Tia telan sendiri hingga akhirnya Tia memutuskan untuk bercerai dan hidup mandiri di luar kota. Suatu kebetulan dalam kesendiriannya Tia bertemu dengan sang mantan suami Wulan yang bernama Hans. Bagaimana kisah Cinta Tia dan Hans selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani Ningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Aris berteriak memanggil semua penghuni rumah. Dia belum tahu jika Tia dan Ridho sudah berpisah dan Wulan sekarang menjadi istri Ridho.
Cahyo suami Meri pun keluar dari kamarnya.
"Aris! Apa yang terjadi dengan mama, hah?!" Cahyo nampak murka melihat istrinya tidak sadarkan diri di tangan sang anak.
"Bukan Aris, Pa. Aris baru saja datang dan melihat mama pingsan di lantai," ucap Aris.
Wulan yang mendengar teriakan Aris juga datang menghampiri Aris.
"Aris apa yang kau lakukan pada mama, hah!" Wulan juga sama menuduh Aris sebagai pelaku yang membuat ibunya tidak sadarkan diri.
Aris menatap ke arah Wulan, sejurus kemudian dia pun membela dirinya sendiri.
"Aku tidak tahu, Mbak! Aku baru saja masuk dan melihat mama sudah tidak sadarkan diri!" elak Aris yang tidak mau disalahkan begitu saja oleh kakak perempuannya.
"Sudah! Ayo sekarang kita bawa mama ke rumah sakit! Wulan kau panggil suamimu dan minta tolong padanya untuk mengantar mama ke rumah sakit," titah Cahyo pada anak sulungnya.
"Baik, Pa." Wulan beranjak dari tempatnya dan menuju ke kamar. Di lihatnya sang suami sedang tiduran.
"Mas ... Mas Ridho, bangun. Tolong antar ibu ke rumah sakit, Mas!" Wulan mengguncang tubuh sang suami agar segera terbangun.
Bukannya terbangun tapi Ridho malah marah.
"Apa-apaan kamu, Wulan! Ganggu orang saja!" teriak Ridho marah. Dia tidak suka cara Wulan membangunkan dirinya.
"Mas, tolong! Bawa mama ke rumah sakit! Ibu tidak sadarkan diri, Mas!" ucap Wulan meminta Ridho bangun dan mengantar ibunya ke rumah sakit.
"Ck! Kepalaku pusing, Wulan. Kau antar sendiri ibumu! Atau Aris adikmu itu! Dia kan bisa bawa mobil. Kunci mobil ada di atas nakas!" Ridho menepis tangan istrinya yang masih berada di bahunya.
Wulan melongo, suami yang dulu begitu penurut kepadanya kini seolah tidak peduli lagi. Wulan mulai menyadari bahwa dirinya sudah tidak bisa membuat Ridho menuruti keinginannya.
Wulan pun menyambar kunci mobil dan kembali menuju ke ruang tengah, di mana ibunya tidak sadarkan diri.
"Aris, kau bawa mobil mas Ridho saja. Biar mbak dan papa yang memegangi mama di belakang," ucap Wulan sambil memberikan kunci mobil Ridho pada Aris.
Aris menangkap kunci yang dilemparkan oleh Wulan. Dia pun segera berlari ke luar rumah untuk menyiapkan mobil yang hendak dipakai untuk mengantar sang ibu ke rumah sakit.
Dengan Wulan dan Cahyo duduk dibagian tengah mobil, akhirnya mereka pun membawa Meri ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Meri mendapat penanganan. Sang dokter yang menangani menyarankan pada Wulan agar sang ibu dirawat inap agar bisa diobservasi lebih detail.
Wulan menyanggupi apa yang dianjurkan oleh sang dokter. Wulan pun segera mengisi administrasi setelah selesai, Wulan diminta untuk membayar uang pangkal agar bisa sang ibu dirawat inap.
"Astaga, besar sekali uang pangkalnya. Uang dari mana?? Mas Ridho tidak mungkin mau untuk dimintai pinjaman!" Wulan merasa tidak akan berhasil merayu Ridho agar mau membiayai ibunya yang yang harus dirawat inap.
Dengan napas yang berat, terpaksa Wulan mengeluarkan tabungan yang dia miliki.
"Syukurlah masih ada yang dipakai untuk membayar uang pangkal. Kenapa sih! Ibu sudah merepotkan saja! Sudah tua bangka, mengapa malah bikin repot sang anak!" gerutu Wulan yang tidak suka duitnya berkurang. Andai Meri mendengar pastilah dia memilih mati saja.
Cahyo dan Tia boleh bersentuhan kerana merupakan Bapak Tiri Tia ,
Gunawan dan Sinta boleh bersetuhan , Seperti bersalaman ataupun sekadar cium kening , Kerana Sintia anak tiri Gunawan ,
Gunawan tidak boleh menjadi wali Sintia ketika menikah begitu jugak dengan Tia ,
Cahyo tidak boleh menjadi Wali Tia tetapi boleh menjadi Wulan kerana anak kandung Cahyo ,
Kalau tidak mahu bersalaman dengan Gunawan boleh tapi haruslah berlapik .
Berbeda sama Gunawan dan anaknya mereka tidak sedarah dengan Tia , Kerana Tia adalah yang lahir dari pemerkosaan atau pun lebih tepat anak tidak sah taraf ,
Tia bersentuh dengan Gunawan walaupun hanya sekadar bersalaman tanpa lapik itu tidak di benarkan dalam Islam kerana Gunawan bukanlah mahram dari Tia , Gunawan juga tidak pernah menikahi Ibu kandung Tia ,
Berbeda pula dengan Bapak Wulan kerana menjadi bapak tiri Tia kerana menikah Ibu Tia ,
Wulan , Tia dan adik lelakinya adalah saudara dari satu Ibu dan mereka tidak batal air sembahyang ketika bersentuhan .