Aku tidak pernah menginginkan semua musibah ini terjadi. Bagi ku semuanya terasa salah, pernikahan ini, hubungan kami, semuanya. Aku menikah dengan David karena berlandaskan perjodohan semata. Namun aku tahu kakak ku dan David memiliki hubungan khusus. Bagaimana bisa aku menjalani pernikahan ini setelah menikung cinta kakak ku sendiri?
Aku tidak bisa. Aku harap semua ini berakhir. Tapi aku tidak berharap kecelakaan ini terjadi. Semuanya menjadi serba salah sekarang... aku harap aku bisa mengubah dan menyusun ulang segalanya sekarang. Aku harap, aku sangat berharap... semuanya bisa terulang kembali...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Olive Oil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Adam terdiam. Kami saling bertatapan. Semilir angin berhembus, menerbangkan anak rambutku. Cuaca semakin dingin, hujan di luar tanpa kusadari mulai mereda. Kami berdua terdiam beberapa sesaat, hingga Adam kembali membuka suara, ”kalau begitu, sekarang aku ingin kembali membangun hubungan itu. Kini aku terbuka untukmu.” kata Adam kemudian. ”aku mengkhawatirkan mu Tara. Aku tidak tahu apakah kamu masih menyimpan perasaan suka padaku atau tidak. Tapi sekarang aku terbuka untukmu. Jika kamu lelah dengan pernikahanmu, atau apa pun itu, sekarang aku sudah kembali.”
Kenapa baru sekarang?
Kenapa lama sekali... kenapa lama sekali kamu kembali hingga sekarang kamu baru muncul lagi di hadapanku? Setelah... setelah aku menghapus semua kenangan mengenai kita. Tidakkah kamu tau? Semua cintaku habis untukmu. Sekarang seakan aku sudah mati rasa. Aku takut untuk memberikan cintaku lagi pada orang lain. Kenapa saat pintu hatiku sudah terkunci, kamu baru ingin mendobraknya? Padahal dulu... pintu itu terbuka lebar untukmu. Tapi kamu malah pergi. Meski alasannya jelas, aku tetap tidak bisa memahaminya. Hingga akhirnya, hanya waktu yang bisa mengambil alih untuk membantuku melupakanmu. Aku harap kamu puas karenanya.
Jadi... kumohon jangan memaksaku untuk membukanya lagi. Karena pintu itu sudah jauh terkubur di bawah sana.
”Tara, ayo kembali, manajer mencari mu,” suara Fadi mengintrupsi perdebatan kami. Aku berpaling, melihat Fadi dengan jas hujan yang sudah basah. Di samping Fadi, terlihat Anggi yang juga sudah memakai jas hujan berwarna merah. Sepertinya Fadi menjemput kami. Syukurlah... aku bisa terbebas dari percakapan yang menyesakkan ini. ”ayo Tar, sebelum hujannya turun lagi,” kata Fadi lagi sembari menyodorkan jas hujan berwarna senada dengan Anggi yang ia keluarkan dari jok motornya. Kakiku refleks bergerak mendekati mereka.
”Tara, selalu ingat apa yang aku katakan. Aku akan menunggumu.” Sahut Adam lagi sebelum kami bertiga meninggalkan perusahaan David.
Kejadian tadi... sungguh ironi. Tapi... sedikit banyaknya meninggalkan harapan untukku.
Sebelum aku memutar waktu, kejadian aku bertemu dengan Adam tidak pernah terjadi. Mungkin terjadi tapi waktunya tidak seperti ini.
Apa karena... aku sudah terlalu banyak mengubah segalanya ya?
....
Sebentar lagi adalah hari ulang tahun butik yang dimiliki oleh mama David. Sama seperti perusahaan mereka, butik yang di kelola oleh mama David juga cukup terkenal. Butik itu turun temurun di kelola dan sudah lama didirikan. Sehingga nama butik keluarga mereka sama terkenalnya dengan perusahaan mereka. Jika aku tidak salah perkiraan, di pesta nanti akan ada pengumuman mengenai pengalihan kepemilikan butik milik mamanya David menjadi milik kakaknya David, kak Khasa. Tapi bukan itu yang menjadi masalahnya. Aku ingat sekali kejadian itu. Nantinya di pesta itu akan dipenuhi dengan keluarga besar David yang mana semua pasang mata akan mengarah ke kami.
Bisik-bisik halus dan gosip tentang kami akan mudah tersebar layaknya angin yang berhembus. Seakan kami harus selalu memberitahukan kabar mengenai hubungan kami. Bahkan karena sikap menyebalkan mereka, aku dan David dulunya mesti berpura-pura menjadi pasangan manis di pesta itu, bersikap seakan menjadi pasangan yang paling romantis yang dapat mengalahkan remeo dan juliet. Selalu berpegangan tangan, dan menebarkan senyum. Sungguh melelahkan! Aku ingat sekali saat itu tiap detiknya aku ingin segera pulang dari sana. Segitu tidak betahnya aku berada di sana. David tidak mengatakan apa-apa, aku rasa dia berbeda denganku. Dia pasti menikmati pesta itu, sedangkan aku tidak.