Nadira nyari saja jatuh ke lembah nista, usai diselingkuhi oleh kekasihnya. Beruntung dia dipertemukan dengan seseorang, yang ternyata menyelamatkan hidupnya dari lembah hitam itu.
Lewat perjanjian kontrak yang ditawarkan oleh lelaki itu, mempertemukan dirinya pada sosok yang selama ini dia cari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Nya Sigit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan di toilet
Kevin dan Nadira ke arah meja yang ditunjuk. Tepat di sebelahnya gerombolan Azka dan teman-temannya sedang asyik berbincang. Mereka tak saling menyadari, fokus dengan kegiatannya masing-masing. Nadira yang sibuk mencari posisi yang nyaman untuk duduk, sedangkan Azka sibuk dengan gadgetnya. Mereka saling membelakangi.
"Pada pesan makanan gih! Nanti biar aku yang bayar," ujar Aska kepada teman-temannya.
"Wehh dapat traktiran kita hari ini!" celetuk Rasya, tersenyum lebar. "Sering-sering aja, Ka. Lumayan hemat duit jajan," sambung lelaki itu menepuk lengan sahabatnya.
"Yaelah Sya-Sya, elo tuh sukanya yang gratisan melulu. Mana pernah sih lu, yang gantian traktir kita-kita!" cibir Rendi melengos.
"Lah kan gue paling kere dari kalian," kekeh Rasya tak pernah tersinggung dengan cibiran para sahabatnya itu.
"Udah-udah, gak usah pada ribut deh!" lerai Azka, mengangkat kedua tangannya. "Aku ke toilet dulu ya?" sambungnya beranjak, meninggalkan tempat itu.
"Deri kok lama, ya? Jadi ke sini gak sih!" keluh Rasya, melirik jam yang melingkar di tangannya. "Udah jam setengah sembilan loh."
"Alah, palingan juga lagi sibuk Ama cewek-ceweknya. Dia kan playboy cap kadal!" kekeh Rendi yang selalu memberi julukan teman-temannya.
Di meja lain, Kevin memperhatikan wajah Dira yang sedikit masam. Timbul niat jahilnya untuk mengerjai gadis itu. "Kamu kenapa? Nggak seneng makan di sini?"
Nadira masih terdiam, wanita itu sibuk dengan ponselnya. Itu yang membuat Kevin terkadang geram, dengan sikap acuhnya Nadira. Yang seolah tidak perduli, padahal suka minta diperhatikan.
"Dira, kamu dengar nggak aku ngomong?" ulang Kevin dengan nada lembut, diikuti sentuhan di lengan gadis itu. Bola mata Nadira melirik sekilas ke arahnya. Kemudian fokus lagi pada benda yang di tangan.
"Dira!" bentak Kevin mulai kesal.
Dira yang saat itu sedang mengscroll beranda medsosnya merasa kesal, diganggu oleh Kevin. Ia letakkan benda itu ke atas meja, kemudian beralih menatap wajah menyebalkan lelaki di depannya.
"Gak usah bentak-bentak ngapa, sih!" balasnya, melengos.
"Lagian kamu, malah sibuk main hp. Aku udah pernah bilang ke kamu loh, kalau sama aku, kamu gak boleh sibuk dengan duniamu itu!"
"Aku mau ke toilet dulu!" sarkasnya, kesal. Nadira beranjak pergi meninggalkan kekesalan di dalam hati Kevin.
Toilet cafe itu ada dua. Satu untuk cowok dan satu untuk cewek. Nadira masuk ke toilet cewek, di sana ada beberapa ruangan. Ia masuk ke salah satunya. Nadira memperhatikan dirinya lewat cermin. Wajahnya terlihat kusam, beberapa hari ini dipusingkan dengan masalah demi masalah. Mulai dari pengkhianatan mantan kekasihnya, dirinya nyaris menjadi wanita malam, meskipun selamat dengan menggantikan posisi dirinya sebagai istri sewaan dari lelaki kaya raya. Yang paling menyita perhatian dan pikirannya adalah mimpi itu. Terlihat jelas, kalau ia masih memiliki keluarga.
"Aku harus nyari ke mana lagi alamat Azka," lirihnya, mengusap wajahnya dengan tisu basah. "Azka, apa mungkin dia saudaraku?"
Nadira memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa nyeri. Satu nama mulai membekas di relungnya. Sesaat, Dira mencoba mengingat-ingatnya, kepada siapa ia bisa minta tolong.
"Ah ya sudahlah, pelan-pelan aja, aku cari informasi di cafe mami Felli." Nadira mengoleskan lagi bedak di wajahnya, selesai itu, ia buru-buru keluar dari sana. Saat berjalan menuju ke pintu masuk, langkahnya dijegal sama seseorang. Hingga membuatnya terhuyung ke lantai.
"Ngapain Lu di sini?" tegur wanita cantik bertubuh seksi sinis padanya.
Merasa diperlakukan tidak baik oleh wanita itu, Nadira bangkit dan membalas perlakuan orang yang menyakitinya.
Plakkkk
Satu tamparan mendarat di pipi wanita itu. Soraya memegangi pipinya yang merah, akibat tamparan dari Nadira.
"Brengsek kamu!" Wanita itu menunjuk wajah Nadira.
"Kamu yang brengsek!" balas Nadira, juga berlaku yang sama dengan gadis itu. "Pipi ini terlalu berharga untuk kamu sentuh, wanita jalang!!" tandas Nadira, menyulutkan api amarahnya kepada wanita yang sudah merenggut kebangsaannya. Merebut orang yang pernah mengisi hatinya.
"Kurang ajar, jaga mulut kamu!!!" sahut wanita itu mulai menyerang kembali tubuh Nadira, di dorong sampai kepentok tembok. Setelah itu menyeringai getir. "Kenapa, kamu sakit hati karena Arkam lebih milih aku daripada kamu?" Soraya tersenyum puas, melihat kesedihan di raut wajah Nadira, saat ia menyebut nama mantan kekasihnya itu.
Masih sedikit nyeri di hati Nadira, mendengar nama mantan kekasihnya itu. Bagaimanapun juga arkam adalah lelaki pertama yang hadir di dalam hidupnya. Hubungan mereka terjalin satu tahun lebih. Kenangan bersamanya, masih sangat melekat di pelupuk dan pikirannya.
Penghianatan arkam, membekas di hatinya. Apalagi saat itu, mantan kekasihnya itu ingin melecehkannya. Yang membuat ia tidak terima. Rasa cinta yang kuat, yang sampai sekarang ini masih ada di sana, harus putus karena sebuah kebodohan. Arkam menudai hubungan mereka.
"Coba lihat kamu sekarang, hidup kamu terlontar-lonta kan? Setelah putus dari Arkam. Dan yang aku dengar kamu sempat menjadi pelacur di rumah bordil?" Soraya menertawakan Nadira yang masih terdiam.
Nadira mengumpulkan hinaan dari Soraya untuk ia jadikan senjata melawan wanita itu.
"Tapi ternyata sukses ya jadi pelacur? Coba lihat tubuh kamu sekarang, perfect! Pakaian kamu ini mahal, nggak akan bisa dibeli dari kerja sebagai pelayan cafe. Apalagi kalau nggak jual diri hahaha!!!"
Plak
Nadira mendaratkan lagi sebuah tamparan yang keras di pipi Soraya. Merasakan sakit, Soraya membalasnya. Mereka berdua terlihat perkelahian di dalam toilet sana. Kebetulan suasananya sepi, hanya mereka berdua. Tidak ada orang yang melerai.
Di toilet laki-laki, Azka masih membenarkan tatanan rambutnya. Sesaat kemudian, ia menghentikan aktivitasnya, saat mendengar ada suara ribut-ribut di toilet wanita.
"Keknya ada yang kelahi," gumamnya, melanjutkan menyisir rambutnya lagi.
"Argggg!"
Suaranya semakin terdengar mengerikan. Timbul rasa penasaran, dan ingin melihatnya. "Apa gak ada orang yang melerai sih?"
Azka memutuskan untuk keluar, dan berniat melihat keributan itu.
lanjut thor
lanjut thor
lanjut thor