Nadya melakukan banyak pekerjaan sampingan untuk melanjutkan kuliah. Semua pekerjaan dia lakukan asal itu halal.
Sampai suatu ketika Nadya diharuskan memberikan les tambahan pada seorang anak SMA yang menyebalkan.
"Jadi, bagian mana yang kamu belum bisa?" tanya Nadya.
"Semuanya," jawab Alex cuek.
"Jadi dari tadi kamu gak ngerti apa yang saya jelasin?"
"Enggak, kan aku cuma merhatiin wajah kamu sama bibir kamu yang komat-kamit."
"Alex!!!" berang Nadya.
"Apalagi tahi lalat kamu yang di pipi. Kok gemesin banget sih!" Alex tersenyum tengil membuat Nadya jengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Kekanakan
Nadya mencari Dewangga hampir diseluruh area kampus tapi dia tidak menemukan pemuda itu. Nadya harus bicara dengannya karena Dewangga sudah keterlaluan hari ini dan Nadya sangat tidak menyukai tingkah kekanakan Dewangga.
"Kau mencari ku?"
Nadya menatap sumber suara itu, tidak sia-sia dia menunggu di dekat mobil Dewangga yang terparkir, akhirnya pemuda ini muncul juga.
"Iya."
Dewangga tersenyum tipis namun berusaha bersikap datar dihadapan Nadya. Dia tidak mau gadis itu mengetahui bahwa dia senang dicari-cari Nadya seperti saat ini.
"Aku mau bicara, Kak!"
"Bicara saja," ujar Dewangga seraya mengendikkan bahunya, cuek.
"Aku gak suka sama sikap kakak pagi tadi. Bisakah lebih dewasa sedikit?"
"Kau menganggapku seperti anak kecil, begitu?"
"Ya!" sergah Nadya. "Gak seharusnya kakak bilang ke Alex soal hutangku, itu urusan kita!" lanjutnya marah.
Oke, sekarang Dewangga tau jika Nadya benar-benar marah padanya.
"Ayolah Nadya ... yang anak kecil itu pacarmu, bukan aku!" kata Dewangga merujuk pada Alex yang memang tidak seumuran dengan Nadya. Tapi maksud Nadya bukan persoalan umur disini, melainkan sikap.
"Sikapmu yang sangat kekanakan, Kak!"
"Oh ya?" Dewangga menggeleng samar. "Aku cuma tidak suka saat dia ingin tau urusan kita!" lanjutnya.
"Tapi kau sendiri yang akhirnya mengungkap problem kita kepada Alex!" berang Nadya.
"Mau bagaimana lagi," jawab Dewangga masa bodoh.
"Jadi kau tidak merasa bersalah atas apa yang terjadi pagi tadi?" tanya Nadya tak habis pikir.
"Entahlah ..."
Nadya kesal sekali mendengar jawaban Dewangga. Dia menatap Dewangga dengan geram dan tidak suka.
"Ayo pergi! Kelasmu sudah selesai, kan?" tanya Dewangga kemudian. Bahkan dia tak mau tau kekesalan Nadya padanya, meski sebenarnya dia dapat melihat hal itu dari tatapan Nadya terhadapnya.
"Gak mau!"
Ucapan Nadya membuat Dewangga kembali menoleh padanya, padahal pemuda itu sudah hampir masuk ke mobilnya untuk segera pergi bersama Nadya.
"Apa kau bilang?"
"Aku lunasi hutangku bulan depan. Aku gak mau pergi bersamamu lagi."
Dewangga terkekeh sekarang, terdengar meremehkan sekali.
"Perjanjian kita tidak begitu, Nadya!"
"Aku merasa tidak pernah berjanji padamu untuk terus menemanimu bertemu Tante Maya."
"Tapi--"
"Janjiku adalah melunasi hutangku. Meskipun aku akan membayarnya dibulan depan tapi pasti akan ku lunasi. Aku tidak pernah membuat perjanjian denganmu untuk terus menemui Tante Maya apalagi sebagai pacar. Kita tidak berpacaran," potong Nadya membuat wajah Dewangga pias seketika.
Dewangga mau menjawab Nadya, dia sudah membuka mulutnya untuk berkata-kata tapi dia juga tak tau harus mengatakan apalagi untuk menyangkal perkataan gadis itu.
"Satu lagi, Kak! Alex memang masih SMA tapi dia bersikap lebih dewasa daripada kamu!" tekan Nadya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Dewangga yang mati kata.
...***...
Alex datang lagi ke outlet tempat Nadya bekerja. Dia ingin memastikan jika gadis itu makan siang hari ini karena tempo hari Nadya sudah melewatkan makan siangnya dengan alasan tidak berselera.
Karena Sisil dan Andra sudah tau lebih dulu jika Nadya memiliki pacar, akhirnya Nadya tidak menutup-nutupinya lagi didepan rekan-rekannya itu dan sebenarnya Andra cukup terkejut saat mengetahui sosok pacar Nadya yang sempat dia kira sebagai adik Nadya waktu itu.
"Ayo makan," ajak Alex. Dia memesan ayam goreng ditempat kerja Nadya dan meminta gadis itu memakannya dihadapannya, tentunya diwaktu istirahat Nadya yang tadinya memang sedang bekerja.
"Kamu rajin banget kesini," ledek Nadya pada Alex.
Alex cengengesan, mau bagaimana lagi. Jika Nadya bekerja 2 kali sehari pun dia akan tetap rajin mengunjungi gadis itu.
Nadya dan Alex makan di sudut ruangan. Sesekali bercanda dan bercerita dengan cukup akrab. Alex meminta Nadya untuk lebih bersikap santai padanya dan tidak berbicara formal dengannya.
"Bisa gak, kamu ngomong sama aku jangan pake bahasa formal."
"Memangnya saya gitu ya?" tanya Nadya tak menyadari.
"Nah itu," ujar Alex merujuk pengucapan Nadya. "Jangan saya-saya, aku merasa kayak lagi ngomong sama guru aku," jelasnya.
Saat itulah Nadya tertawa. "Iya ya, kok sama kamu jadi gitu," ucapnya tak sadar. Padahal saat dengan orang lain dia biasa saja menyebutkan dirinya sendiri dengan kata 'aku'. Mungkin karena Alex adalah mantan murid les nya.
"Mungkin karena aku memang guru kamu, Lex!"
Sekarang Alex tertawa. "Nah gitu kan enak didengar," ucapnya merujuk kalimat terakhir Nadya yang tidak lagi baku. "Tapi kan itu dulu, sekarang kamu bukan guru aku lagi melainkan pacar," sambungnya dengan bangga.
Tanpa mereka sadari, ada seorang pengunjung yang juga datang ke outlet itu untuk membeli ayam goreng. Seseorang itu mengenali Alex dan dia justru memperhatikan interaksi antara Alex dan Nadya yang cukup akrab tersebut.
"Alex?" Seseorang itu bergumam. "Apa itu pacar baru Alex?" lanjutnya dalam hati.
Sementara Alex dan Nadya terus saja makan sembari mengobrol kesana-kemari. Alex tidak membahas Dewangga sama sekali. Begitupun Nadya. Tapi disaat Alex nyaris meninggalkan tempat kerja Nadya itu, dia berujar pelan.
"Nadya?"
"Ya?"
"Kamu yakin gak butuh uang 1 juta itu? Aku ada kok. Kamu bisa pakai dulu uang aku."
Nadya menggeleng seraya tersenyum kecil. "Gak usah, Lex," ujarnya.
"Kalau kamu sangsi, ini bukan uang mama kok. Ini uang pribadi aku."
"Iya tapi beneran gak usah, Lex." Mana mungkin Nadya menerima bantuan Alex, mereka bahkan baru saja pacaran 1 Minggu belakangan.
"Jangan sungkan, Nadya. Aku---"
Tangan Nadya terulur dan berhenti didepan bibir Alex untuk membungkamnya. Nadya tak mau Alex berkata-kata lagi terkait uang itu. Dia bisa mengatasinya sendiri, lagi pula dia bekerja, sementara Alex masih sekolah. Dimana hati Nadya jika memanfaatkan uang Alex? Sedangkan mereka makan saja pemuda itu yang lebih sering membayarnya. Nadya tak mau merepotkan Alex diluar dari urusan mereka berdua. Hutang itu murni terjadi karena kecerobohan Nadya sendiri.
Sementara Alex jadi terpaku karena kelakuan Nadya, bibirnya yang dibungkam Nadya dengan jemari gadis itu membuat Alex tidak bisa berkata apa-apa tapi dia senang karena akhirnya Nadya mau menyentuhnya meski hanya sebatas ini.
"Ya udah, Lex. Aku mau balik kerja lagi ya."
Alex mengangguk dengan senyuman yang tidak surut.
"Kamu pulang dan jangan lupa belajar dirumah."
Sekali lagi Alex mengangguk dengan patuhnya. Dia seperti manusia yang tengah terhipnotis sekarang.
"Ah iya, kamu udah nemuin guru privat baru belum?"
Alex menggeleng. "Belum. Gak mau juga karena posisi kamu gak bisa digantikan, makanya aku minta kamu ngajarin aku lagi. Ya, ya, ya?"
"Gak bisa, Alex. Nanti yang ada kamu bukan belajar, sedangkan waktu aku masih pure jadi guru kamu aja, kamu gak mau serius belajar apalagi sekarang," kata Nadya realistis.
Alex menyengir. Yang dikatakan Nadya ada benarnya juga. Tapi kalau diajari oleh pacar sendiri kan sensasinya beda, pikir Alex.
"Ya udah aku pulang ya. Mau belajar," kata Alex sambil terkekeh.
Nadya ikut-ikutan tertawa melihatnya. Dia senang Alex sekarang sudah mulai bisa diberi pengertian.
Alex melambaikan tangannya dan segera pergi dari tempat itu, tanpa sadar dia disusul oleh seseorang yang sejak tadi menyaksikan interaksinya bersama Nadya.
...Bersambung ......
💪💪💪💪💪
💖💖💖💖💖