NovelToon NovelToon
Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

meski pendiam , ternyata Clara mempunyai sejuta rahasia hidup nya, terlebih dia adalah anak dari seorang petinggi di sebuah perusahaan raksasa,

namun kejadian 18 tahun silam membuat nya menjadi seorang anak yang hidup dalam segala kekurangan,

dibalik itu semua ternyata banyak orang yang mencari Clara, namun perubahan identitas yang di lakukannya , menjadikan dia sulit untuk di temukan oleh sekelompok orang yang akan memanfaatkan nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rasa penasaran pak Vincent

Senyap menyelimuti kantor Sky Corp saat Pak Vincent menelusuri lorong-lorongnya. Cahaya lampu neon di atas memantulkan kilau di wajahnya, mempertegas kerut di dahi. Dia tak bisa mengalihkan pikirannya dari gelang kuda laut yang dilihatnya sebelumnya, di tangan gadis itu. Dada Vincent berdebar kencang, ada sesuatu yang menyinggung ingatannya, mengingatkan padanya akan kejadian yang tersimpan dalam bayang-bayang.

Dia memasuki ruang kerjanya, tertutup rapi. Gambar-gambar karyawan terpajang, foto acara perusahaan, tak satu pun wajah yang mengenang apa pun. Dia membuka laci mejanya, merogoh kertas-kertas hingga menemukan dokumen tua yang penuh debu.

“Pak Vincent!” Suara tegas menggema dari pintu. Ria berdiri di ambang pintu, wajahnya menyiratkan ketidakpastian. “Ada apa? Terlihat gelisah.”

Vincent mengangkat kepala, menatap Ria. “Kau ingat gelung kuda laut yang Clara bawa?”

Ria mengangguk, “Iya, dia bilang itu satu-satunya barang yang dia miliki mengenai orang tuanya.”

“Pikirkan kembali, Ria. Gelang itu... itu mirip dengan gelang yang dikenakan salah satu korban delapan belas tahun lalu.”

Ria menelan ludah, “Maksudmu... Clara korban dari Sky Corp? Tapi dia tidak tahu apapun.”

“Itu bagian yang menggangguku. Gelang itu adalah ciri preman yang menghilangkan orang-orang dari kota ini.” Vincent meraih dokumen-dokumen itu lagi, mencari referensi tertulis. “Aku harus mencari tahu lebih lanjut.”

Di luar ruangan, suara langkah kaki menjalar, suara tawa serak mengganggu ketenangannya. Vincent menatap Ria, kemudian mempercepat langkah ke luar ruangan.

“Cek daftar karyawan lama, cari tahu siapa yang terlibat saat itu. Kita butuh bukti.” Ucapnya, mata menajam saat menatap Ria.

“Baik, pak.”

Vincent berbalik. Saat melangkah menuju lorong, wajahnya menyiratkan keraguan. Setelah bertahun-tahun menyelamatkan diri dari bayangan masa lalu, kini masa itu menuntutnya kembali. Dengan hati yang berdebar, dia mendekati sebuah foto besar yang terpasang di dinding. Wajah-wajah pejabat Sky Corp tersenyum palsu. Hatinya bergetar saat matanya mendarat pada satu sosok.

“Dokterrit,” bisiknya. Dia ingat bagaimana orang itu terlibat dalam pengobatan yang salah, bagaimana bisnisnya dengan Sky Corp merugikan yang lain.

Dia terus berjalan sampai tiba di ruang pertemuan, suara riuh rapat menyala dari dalam. Dia membutuhkan jawaban. Knocking pelan di pintu, dia dibolehkan masuk. Ruang itu terisi sesak wajah-wajah berbadan besar, semua memandangi pak Vincent dengan tatapan mencemooh.

“Vincent, datang untuk memperdebatkan kebijakan baru?” sambut salah satu anggota dewan dengan senyuman sinis.

“Tidak, aku datang mencari keadilan.” Suara Vincent tegas, mengagetkan mereka semua. “Enam belas tahun lalu, kalian semua tahu apa yang kalian lakukan.”

“Jangan mulai lagi.” Suara ketua dewan, seorang pria tua dengan jenggot memutih, mendesah berat. “Kita sudah melewati itu, Vincent.”

“Tidak. Kita belum selesai. Gelang itu...” Di tengah kebisingan, Vincent menyerukan momen, menyelamatkan orang-orang yang berdampak. “Clara.”

“Clara?” Tanya ketua dengan ragu. “Siapa dia?”

“Anak dari salah satu korban kita,” jawab Vincent, menekan nada bicaranya. “Kita harus memberitahu siapa dia dan jangan pernah mengabaikannya.”

Anggota dewan saling berpandangan, wajah mereka menunjukkan ketegangan yang tidak biasa.

“Jika itu benar, kita berada dalam masalah besar,” seorang anggota berbisik, tahap paling ketat dalam pertemuan itu. “Lakukan penanganan atas masalah ini, jangan sampai dia mencari tahu lebih dalam.”

Vincent menggigit bibir, merasa perlu bertindak. Dia bergegas meninggalkan ruang pertemuan sambil mendengus, hatinya mengusir intrik yang meresahkan.

Ria menemukannya di lorong, dan Vincent langsung menghadapi gadis muda itu. “Cari tahu ke dokter, dia kemungkinan tahu lebih tentang ini. Clara bisa jadi satu-satunya harapan untuk menyelesaikan ini semua.”

“Siapa tahu, mungkin ia juga akan membantumu mengungkap kebenaran,” Ria melirik dengan penuh harap.

Vincent menggelengkan kepalanya. “Tidak dengan pandangan mereka terhadap Clara.”

“Berpikir untuk menghadapi situasi?”

“Saatnya terang bukan hanya untuk Clara. Kita semua harus menjadi terang.”

Langkah mereka sepakat membawa keintiman, saat keduanya menentukan perjalanan untuk menggali kebenaran yang lebih dalam. Segala yang terpendam akan temukan cahaya sebagai penggugah untuk menggempur kekejian yang tersembunyi.

Setelah menuntaskan rencana, Vincent melangkah memasuki ruang kerjanya kembali. Di sana, dokumen tersebesar menanti statistik yang tumpang tindih dengan kegelapan sejarah perusahaan. Di saat itulah, dia mengulurkan tangan ke arah telepon seakan ada yang menunggunya.

“Siapa yang harus dihubungi,” gumamnya, mengingatkan pada Clara. Saat jari-jarinya menyentuh tombol nomor, pikirannya berputar pada pertemuan mereka sebelumnya dan saat pertama kali dia melihat gelang kuda laut itu.

“Ya, Clara. Kita perlu bicara.”

Suara di ujung telepon menjawab, “Apa ada yang salah, Pak Vincent?”

“Sepertinya menyakiti kita semua dari kejadian masa lalu, Clara. Ada hal yang perlu kamu ketahui.”

“Seperti apa, Pak? Apa yang saya lakukan salah?” tanya Clara, suaranya tampak cemas.

Vincent menghela napas berat. “Ini tentang orang tuamu. Gelang itu, itu bukan sekadar hiasan. Ada sejarah di baliknya.”

“Lalu apa?”

“Semua akan terkuak, aku mohon bertemu. Di mana kau sekarang?”

“Di rumah sakit... aku sedang mencari informasi tentang kesehatan keluarga lebih dalam.”

“Tak masalah, kita bertemu di sana.”

Kilatan kecemasan di wajahnya menciptakan bayangan, sekaligus harapan. Kebenaran menunggu, dan merekalah kunci untuk menjelajahi kegelapan bersama.

Di luar jendela, rintik hujan mulai menjatuhkan diri, seakan alam mempersembahkan latar belakang kelam untuk kisah yang akan terbuka.

Di ruang tunggu rumah sakit, Clara menggigit kukunya, matanya tertuju pada pintu yang tak kunjung terbuka. Dia merasakan ketegangan di udara, dampak kerapuhan masa lalunya. Gelang kuda laut yang selalu dipakainya menempel di lehernya, bergetar lembut setiap kali dia menghampiri pikiran tentang orang tuanya.

Pintu terbuka. Vincent muncul, wajahnya tegang.

“Pak Vincent.” Suara Clara bergetar saat dia berdiri, mencoba menahan napasnya.

“Kita perlu bicara,” jawab Vincent, menatap sekeliling sebelum menariknya ke salah satu sudut.

“Kata-kata itu selalu mengintai kita,” gumamnya. “Jadi, ada apa?”

Vincent menghela napas dalam-dalam. “Kau ingat gelang itu? Ternyata, itu bukan sekadar benda biasa.”

Clara menyipitkan mata, wajahnya mencerminkan kebingungan. “Apa maksudmu? Apakah Anda tahu siapa yang memberi saya hal itu?”

“Bukan hanya itu. Gelang itu merekam kisah kelam. Ada hubungan dengan peristiwa hilangnya orang-orang di kota ini, termasuk orang tuamu.”

Jantung Clara berdebar cepat, bergetar dalam dadanya. “Tapi... saya tidak pernah mendengar tentang itu. Beri tahu saya lebih banyak!”

Vincent melanjutkan. “Delapan belas tahun lalu, sejumlah warga menghilang. Mereka terlibat dalam operasi gelap Sky Corp. Gelang itu milik salah satu korban.”

“Jadi, aku... mungkin anak mereka?” Suara Clara melemah, terjebak antara ketakutan dan harapan.

“Ini bukan sekadar spekulasi. Kita perlu menemukan bukti. Wajah-wajah di foto-foto lama, rekaman, semuanya…” Dia semakin mendekat, menurunkan suaranya. “Jika bisa kita lihat, mungkin kita akan menemukan orang tuamu.”

Clara menggigit bibir, pertarungan di dalam dirinya semakin nyata. “Apa yang harus saya lakukan sekarang?”

“Kau harus bersiap. Ini akan menjadi perjalanan di tengah badai. Ria dan Peter juga akan membantumu,” jawab Vincent dengan tegas. “Ketika semuanya terungkap, tidak ada yang bisa menghentikannya.”

“Aku tidak tahu apa yang bisa saya temui. Saya takut,” Clara mengaku. “Dan Peter... dia anak dari mafia. Bagaimana saya bisa mempercayainya?”

“Rasa takut adalah hal yang wajar. Namun, apa yang kita lakukan perlu dihadapi. Kita bisa mendapatkan kejelasan ketika kita bersatu.” Vincent meraih tangan Clara, memberinya semangat.

Clara mengangguk, merasa keputusan ini membawanya ke tepi jurang kebenaran. “Baiklah, saya siap. Beritahu Ria dan Peter.”

Vincent mencatatkan instruksi di ponselnya. “Aku akan mencari informasi lebih lanjut mengenai karyawan dan proyek lama. Sementara itu, aku akan menghubungi mereka.”

Clara menoleh ke arah jam dinding, cemas menyaksikan detik bergerak lambat. Dia menyadari betapa pentingnya momen ini. Keluarganya, hidupnya, semuanya mulai menjalin kisah.

“Ketika yang ini selesai, tidak akan ada lagi rahasia yang harus d kuak" ucap Clara

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!