Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpikat
Karena kesal, Brian berdiri sendiri dengan tubuh penuh rasa nyeri. Max menimpa tubuhnya, lalu mereka berdua tertimpa tangga bersama. Tentu saja ia yang lebih merasa kesakitan karena tertimpa dua sekaligus.
"Bos, kau baik-baik saja? Maafkan aku," ucap Max. Ia melihat Brian berjalan sedikit pincang ke arah kursi kerjanya.
Dengan hati-hati, Brian duduk di kursi lalu memijat pelan pundak serta lengannya sendiri.
"Apa kau terluka?" tanya Max sambil mendekati Brian. Max sendiri seakan mengabaikan rasa sakitnya dan hanya peduli pada keselamatan Brian. Ia meneliti tubuh Brian dari ujung rambut hingga ujung kaki karena khawatir laki-laki itu terluka.
"Bagian mana yang sakit?"
"Ah, maafkan aku."
"Aku baik-baik saja," jawab Brian. Ia menarik napas dalam-dalam lalu membuka layar laptop dan kembali fokus pada yang sedang ia kerjakan.
Melihat tingkah Brian dan Max, Valerie merasa geli. Benarkah mereka punya hubungan khusus? Keduanya sama saling perhatian dan tampak tidak normal.
"Biarkan saja, aku akan suruh orang membereskannya!" ucap Max pada Valerie yang sedang membereskan tangga.
"Tidak apa, aku bisa melakukannya."
"Jangan menahan tawa, Valerie," tegur Max dengan sedikit berbisik. Ia mendekati Valerie dan membantu wanita itu merapikan buku serta dokumen yang berantakan.
"Aku tidak tertawa."
"Jangan bohong! Wajahmu jelas-jelas memerah. Ini tidak lucu, badanku sakit sekali," keluh Max.
"Maafkan aku. Aku panik karena cicak itu berlarian di tubuhnya," jelas Valerie. Insiden tangga jatuh ini sudah jelas karena dirinya dan Brian yang ribut karena satu hewan melatah kecil.
"Sudahlah, tidak apa. Apa kau baik-baik saja?"
"Hmm."
"Syukurlah."
Setelah membereskan kekacauan yang terjadi, mereka bertiga keluar dari ruangan dan berpindah ke sebuah ruangan besar yang telah di huni oleh beberapa pejabat penting perusahaan.
Selama rapat, Valerie berada di dalam ruangan dan hanya duduk menyimak. Ia memperhatikan Brian yang tampak tidak bisa fokus. Brian tampak gelisah dan tidak tenang.
Rapat berakhir dua jam kemudian, dan Valerie tetap setia di samping Brian untuk mendampingi laki-laki itu. Sementara Max, masih harus menyelesaikan rapat susulan yang tidak perlu ditangani langsung oleh Brian.
"Kau tampak kurang sehat," ucap Valerie saat mereka tiba di ruangan Brian.
"Apa kau baik-baik saja?" Brian balik bertanya. "Apa tubuhmu terluka?"
"Tidak, tadi aku sempat menghindar," jawab Valerie. Brian mengkhawatirkannya, namun mengabaikan rasa sakitnya sendiri.
Karena merasa tidak nyaman, Brian membuka jas hitam yang melekat di tubuhnya. Ia menggulung lengan kemeja kanan dan kiri lalu duduk bersandar di sofa.
Valerie melihat lengan laki-laki itu berwarna merah kebiruan, nampak memar. Hal itu pasti karena insiden tangga jatuh serta Max yang menimpa tubuhnya.
Tanpa perintah, Valerie meminta seorang OB membawa baskom beserta air hangat. Ia lalu mengeluarkan sapu tangan yang senantiasa tersedia dalam tas jinjing miliknya.
"Tanganmu memar, ini akan sakit jika dibiarkan begitu saja," ujar Valerie. Ia menyentuh lengan Brian dan mengompresnya perlahan.
Dengan sikap manis Valerie, tentu Brian tidak bisa menolak. Ia hanya duduk diam sambil menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh wanita itu.
Tanpa Valerie sadari, Brian memperhatikannya dengan seksama. Jantung laki-laki itu berdegup kencang, ia bahkan khawatir Valerie bisa mendengarnya.
Dengan penuh kelembutan, Valerie mengusap lengan kekar laki-laki itu. Ia berhati-hati agar Brian tidak merasa kesakitan. Namun karena perhatiannya sedang teralihkan oleh kecantikan Valerie, Brian seakan mati rasa dan rasa nyeri itu hilang entah kemana.
Karena posisi tubuh mereka yang begitu dekat, Brian bahkan bisa mencium aroma rambut Valerie yang memikat. Laki-laki itu semakin terpesona, ia tergugah tatkala Valerie bergerak hingga kemeja putih dengan kancing yang bagian atasnya hampir lepas karena terlalu besar bebannya itu sedikit terbuka.
"Aku baik-baik saja. Aku bisa melakukannya sendiri," ucap Brian. Ia bangkit dan mengambil alih sapu tangan Valerie yang menempel di lengannya.
Bukan karena Brian tidak menyukai situasi ini, namun ia mengkhawatirkan keinginan yang bergejolak sesaat di dalam dirinya.
🖤🖤🖤