mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawanya Pergi
Jangan lupa like dan komentnya ya besti...happy reading😘😘😘
*************
"Ada apa mencariku Mas.."
Kalimat Inara lirih membuat Mery dan Neni kompak meninggalkan teras agar pasangan suami istri itu bisa leluasa berbincang.
"Na...maafkan aku Na, ucapanku tempo hari sungguh karena emosiku saja Na, ayo kembalilah pulang Na."
Inara tertegun, wajah Rusdi tampak lusuh dan tak bersemangat, benarkah suaminya tidak sungguh-sungguh menalaknya dan kini mengharap ia kembali.
"Mas...mungkin sebaiknya untuk sementara kita tinggal terpisah dulu, aku ingin menenangkan hati dan pikiranku, dan kau pun bisa berfikir lebih jernih Mas..."
"Tidak Na...aku sekarang sudah menyadari kalau ucapanku hanyalah emosi sesaat saja, aku ingin kita kembali bersama Na."
Dengan hangat Rusdi memegang tangan Inara, baru semalam Inara pergi hatinya terasa sepi, bahkan rumah pun sudah seperti kapal pecah.
"Ayolah Na..please, pulanglah"ucap Rusdi dengan wajah menghiba.
"Tapi Mas..."
"Na..apa kau masih marah padaku? aku sungguh-sungguh minta maaf padamu, tak adakah maaf bagiku Na? Kau sangat kejam pada suamimu ini Na, padahal aku sangat mengharap kau kembali"cecar Rusdi.
Dengan gontai pria bertubuh kekar itu membalikan badan dan melangkah menuju motor bututnya.
"Mas..."panggil Inara lirih, meski rasa kesal masih bercokol di dadanya namun ia pun merasa sedih melihat keadaan suaminya yang tampak tak terurus.
Rusdi membalikan badan dengan tak bersemangat.
"Tunggu aku Mas...aku pakai jaket dulu."
Senyum lebar terbit dari bibir Rusdi lalu ia pun mengangguk penuh semangat, akhirnya ia tak akan lagi merasa kelaparan, dan tak harus mencuci baju sendiri lagi.
Hati Inara mendadak berbunga-bunga, ia memeluk pinggang Rusdi dengan erat, dinginnya angin malam yang menerpa wajahnya tak ia hiraukan, yang ia tahu kalau Rusdi ternyata masih mencintai dan mengharap ia kembali.
Tiga puluh menit menikmati pelukan hangat di tengah dinginnya malam akhirnya mereka sampai di kediaman Rusdi, namun senyum Inara tiba-tiba surut kala melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahnya.
Begitupula Rusdi, ia turun dan melangkah ke dalam rumah meninggalkan Inara yang masih berdiri mematung di dekat motor..
Pemandangan yang tiba-tiba membuat dadanya kembali terasa sesak, tampak dua orang wanita sedang bersenda gurau, bahkan sesekali mereka tertawa lepas, Sela tampak akrab dengan wanita yang belum pernah Inara lihat sebelumnya.
"Bu Kesya..." sapa Rusdi lirih membuat dua wanita itu pun memalingkan wajah.
Sela tersenyum lebar dan menarik tangan Rusdi.
"Akhirnya kau datang Rus...Ibunya Kelvin sudah menunggumu dari tadi, kasihan dia" ujar Sela yang hanya melirik sekilas pada Inara.
"A ada apa bu Kesya mencari saya?" tanya Rusdi.
"Ehm i tu pak Rus...tadi Kelvin dapat tugas dari sekolahnya dan soalnya saya tidak paham, sekarang Kelvin nangis terus minta PR nya di kerjain karena akan di hukum kalau PR tudak di kerjakan"terang Sela panjang.
"Ehm t tapi ...ini sudah malam bu"tolak Rusdi halus karena ia merasa tak enak meninggalkan Inara.
"Ah baru jam delapan Rus ..sudah kau bantu nak Kelvin dulu, kasihan dia kalau sampai di hukum di sekolahannya besok."
Rusdi menatap Inara ragu.
"Nanti saya antarkan lagi pak Rusdi pulang deh" rengek Kesya manja.
"Na...maaf aku tinggal dulu sebentar" cicit Rusdi pada Inara.
"Aahh...sudah sana kau cepat berangkat, kasihan Bu Kesya nunggu lama."
Sela mendorong tubuh Rusdi agar cepat masuk ke mobil Kesya.
Inara hanya bisa mengangguk saat Rusdi melambaikan tangan dari kaca jendela mobil.
Inara memandang mobil yang sama saat ia melihat Rusdi bersama wanita itu saling bercanda akrab tempo hari.
Rasanya cukup aneh kalau hubungan mereka terlalu akrab jika hanya sebatas guru dan orang tua murid, ia membatin.
Brak.
Inara terlonjak mendengar suara gebrakan pintu saat Sela menutupnya dengan hentakan keras, untuk beberapa saat Inara terdiam dalam kebingungan, Rusdi kini pergi meninggalkannya dengan tanpa perasaan sedangkan Sela terang-terangan tidak menerima kehadirannya kembali di rumah itu.Cukup lama Inara duduk sendiri di teras rumahnya, berharap sang suami segera pulang kembali.
Satu jam lebih Inara duduk hanya berteman nyamuk nakal dan berselimutkan udara malam yang dingin.
Dan hati Inara bersorak girang kala samar terdengar suara mesin mobil semakin mendekat dan benar saja, sebuah sedan hitam berhenti beberapa meter di depannya.
Dahi inara mengerut karena mobil tersebut rupanya bukan yang membawa Rusdi pergi.
"Sedang apa kau sendiri malam-malam di luar rumah heh?" tanya Egi dengan suara geram.
"A aku tunggu suamiku pulang."
"Pulang ..memang kemana dia? bukankah dia yang baru saja mengajakmu pulang dari mes?."
"Iya...tapi dia kembali pergi karena ada satu urusan."
"Urusan apa? Kenapa kau begitu bodoh Inara ....?!"
Suara Egi terdengar pedas di telinga Inara membuat ia hanya bisa menggeleng pasrah.
"Na..sadarlah, dia tidak benar-benar menginginkanmu kembali, suami brengsekmu itu hanya butuh semua pekerjaan rumahnya selesai dan rapi seperti biasa, kau jangan terlalu lugu Ina....dia hanya memanfaatkanmu saja."
Brakk.
"Kata siapa anaku hanya memanfaatkan istrinya heh?!, berani-beraninya kau menghasut istri orang lain ...tahu apa kau tentang perasaan putraku?"Sela berucap lantang dengan dua tangan bertengger di pinggangnya yang luruh.
"Cih mertua kejam akhirnya muncul membela putra tak tahu dirinya"cibir Egi geram.
"Heh sialan....enak saja kau menghina putraku, seharusnya wanita ini yang berterima kasih karena sudah menumpang makan dan tidur gratis di rumah ini, huh...kalau saja putraku tidak menikahinya mungkin sekarang kami sudah hidup tenang dan bahagia."
Prok prok prok, Egi tertawa sinis dan bertepuk tangan dengan santai.
"Heh ibu mertua Inara yang budiman dengan segala keyakinan yang ada di otakmu, tahu kah kau bu, kewajiban seorang suami adalah memberikan tempat tinggal dan hidup yang layak untuk istrinya, dan wajib juga untuk menanggung semua kebutuhan sang istri jadi jangan kau salahkan takdir kalau memang Rusdi berjodoh dengan Inara ....dan berdosa besar kalau seorang suami menelantarkan istrinya bahkan tidak memberinya nafkah."
"Sok tahu kamu, sebenarnya siapa kamu ikut campur urusan rumah tangga orang lain? Dan apa kepentinganmu datang ke sini?."
"Sebenarnya saya datang ke sini untuk memastikan apakah Inara mendapat perlakuan yang seharusnya dari suaminya itu, tapi ternyata dugaan saya benar, suaminya bahkan kini pergi meninggalkan Inara dengan wanita lain."
"Heh ...jangan asal tuduh ya...itu adalah ibu dari murid yang di ajar Rusdi...dia hanya minta bantuan Rusdi untuk mengerjakan tugas putranya."
"Oya? Lalu kenapa tidak di bawa saja putranya je sini? Atau ...tugasnya mereka bawa ke sini hingga tak harus si Rusdi itu ikut bersamanya."
"Heh itu bukan urusanmu! Sekarang kau pergi dari sini."
"Oh tentu saja ibu mertua yang budiman, saya akan pergi tapi menantumu akan saya bawa, saya tidak ingin melihat dia kedinginan sendiri di luar rumah, dan yang membuat saya lebih takut adalah membiarkannya berdua di dalam rumah bersama ibu mertua yang kejam sepertimu."
Sela mendengus kesal, sikap pemuda di depannya semakin membuatnya naik darah.
"Sialan kau dasar tak punya sopan santun, atau ...jangan-jangan kau adalah kekasih gelap wanita ini heh?"