NovelToon NovelToon
Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Keluarga / Romansa / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:575.3k
Nilai: 4.3
Nama Author: Sadewi Ravita

Jika menurut banyak orang pernikahan yang sudah berjalan di atas lima tahun telah berhasil secara finansial, itu tidak berlaku untuk rumah tangga Rania Salsabila dan Alif Darmawangsa. Usia pernikahan mereka sudah 11 tahun, di karuniai seorang putri berusia 10 tahun dan seorang putra berusia 3 tahun. Dari luar hubungan mereka terlihat harmonis, kehidupan mereka juga terlihat cukup padahal kenyataannya hutang mereka menumpuk. Rania jarang sekali di beri nafkah suaminya dengan alasan uang gajinya sudah habis untuk cicilan motor dan kebutuhannya yang lain.

Rania bukanlah tipe gadis yang berpangku tangan, sejak awal menikah ia adalah wanita karier. Ia tidak pernah menganggur walaupun sudah memiliki anak, semua usaha rela ia lakoni untuk membantu suaminya walau kadang tidak pernah di hargai. Setiap kekecewaan ia telan sendiri, ia tidak ingin keluarganya bersedih jika tahu keadaannya. Keluarga suaminya juga tidak menyukainya karena dia anak orang miskin.
Akankah Rania dapat bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadewi Ravita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Lelah Yang Terbayar

"Astaga Mas, kamu masih memikirkan rokok di tengah hidup kita yang sudah begini," ucap Rania merasa miris.

"Nanti aku ganti jika sudah gajian," balas suaminya.

"Selalu saja kamu berkata begitu, coba kamu lihat ini hutang kamu sangat banyak. Itu hanya yang besar-besar saja yang aku catat, sudah sekian juta. Harusnya kamu mengerti aku bukan pekerja kantoran lagi, uang itu hasil meminjam malah kamu pakai dan tidak kamu bayar," ucap Rania kesal.

"Ya sudah kalau tidak mau memberi," balas Alif kecewa.

Rania merasa begitu kesal, selama ini dia selalu tidak tega jika suaminya meminta. Asal dia punya uang entah dari hasil bekerja bahkan dari meminjam ia selalu memberinya. Lama-lama ia merasa suaminya tidak betul-betul mencintainya, tapi hanya karena ingin memanfaatkannya.

Sebenarnya ia sudah tidak tahan sejak lama, namun mengingat kedua anaknya membuatnya selalu mengurungkan niat untuk bercerai. Tapi kesalahan yang suaminya buat selalu berulang, membuatnya tidak habis pikir dengan cara pandang suaminya. Usia suaminya lebih tua 5 tahun darinya, namun sikapnya tidak menunjukkan kedewasaan sama sekali. Ini merupakan hasil didikan keluarganya yang terlalu memanjakannya.

"Aku mau pergi dulu," pamit Alif.

"Mau kemana, katanya kerjanya masih nanti sore?" tanya Rania.

"Keluar ke depan, sebentar," jawab Alif.

Ia mengeluarkan motor dan bergegas pergi. Sementara Rania mulai menata dagangannya, dia mengeluarkan meja untuk menaruh semua dagangannya. Semua makanan ringan ia susun rapi. Rania membuatkan susu terlebih dahulu untuk Bintang supaya dia tidak rewel.

Rasa lelah mulai mendekap tubuhnya, namun ia tetap melanjutkan pekerjaannya. Ia mulai menata gorengan yang sudah matang, pembeli juga mulai berdatangan. Sudah sekitar setengah jam suaminya pergi namun belum juga kembali.

"Gorengannya harganya berapa mbak?" tanya seorang pembeli.

"Semuanya serba seribu, Bu," jawab Rania ramah.

Alhamdulillah dagangannya banyak yang membeli, Rania sangat bersyukur.

"Sudah selesai, Nia?" tanya Alif yang baru datang.

"Belum semua aku goreng, sebagian saja biar tetap hangat saat ada yang membeli. Mas itu bilangnya sebentar tapi hampir satu jam," jawab Rania.

"Iya, tadi tidak sengaja bertemu teman di depan jadi ngobrol dulu," ucap Alif.

"Katanya tidak punya uang, kok bisa beli rokok?" tanya Rania heran.

"Pinjam sama teman," jawab Alif.

Rania heran sekali kepada suaminya, jika pinjam untuk beli rokok dia pasti dapat dan tidak merasa malu, tapi jika di suruh pinjam untuk urusan rumah dia sering bilang tidak ada. Pernah suatu ketika waktu Bintang masih belum genap satu tahun kehabisan susu, saat itu Rania sama sekali tidak punya uang. Dia meminta suaminya untuk membelikan susu Bintang tapi suaminya mengatakan tidak memiliki uang, namun betapa sakit hatinya saat mengetahui suaminya bisa membeli rokok untuk dirinya sendiri.

"Tolong jaga dagangan ku, aku mau mandi lagi badan ku terasa lengket," pinta Rania.

"Iya, tapi jangan lama-lama," ucap Alif.

"Memangnya kapan aku pernah mandi lama, Mas? Baru masuk kamar mandi sebentar saja Bintang sudah terus memanggil ku," balas Rania.

"Iya, maksud ku tidak perlu nyuci biar tidak lama," ucap Alif.

Rania tak menjawab suaminya dan langsung masuk ke kamar mandi. Ia merasa selama ini hidup bagai di dalam penjara, pergi sebentar sudah di suruh pulang. Setiap pergi wajib membawa anak-anak. Setiap mengajak suaminya jalan-jalan selalu menolak dengan alasan membuang-buang uang. Padahal jika ia mengajak pergi pasti dia yang mengeluarkan uang.

"Nia, cepat mandinya ini banyak pembeli. Aku bingung melayani mereka," teriak Alif.

"Iya Mas, ini sudah selesai," ucap Rania.

Ia bergegas mengenakan pakaian, tanpa bedak atau make up ia mulai melayani pembeli. Karena gorengannya hampir habis ia mulai menggoreng kembali.

"Mas, ini waktunya Alisa pulang sekolah, jangan biarkan dia menunggu terlalu lama," ucap Rania.

"Iya,"

Tugas mengantar dan menjemput Alisa adalah tanggung jawab Rania jika suaminya sedang bekerja. Ia akan meminta tolong suaminya jika ia sedang sibuk dengan hal lainnya, seperti saat ini.

"Wah dagangan mu laris manis, sudah dapat berapa?" tanya Alif.

Ia melihat istrinya sedang menghitung uang saat ia baru tiba, sepertinya dagangan istrinya laris manis.

"Alhamdulillah Mas, sudah dapat 200 ribu," jawab Rania senang.

"Semoga terus seperti ini ya, Nia,"

"Amin,"

Hari sudah siang gorengannya sisa sedikit, Rania meninggalkan dagangannya sebentar untuk makan. Perutnya sudah mulai terasa lapar karena sejak tadi belum terisi nasi sama sekali. Sebenarnya dia punya penyakit maag yang terkadang kambuh, namun kesibukan selalu membuatnya lupa makan. Bahkan terkadang sore baru bisa menyentuh nasi.

"Bu, kata bu guru semua murid wajib membeli buku LKS, harganya 167 ribu," ucap Alisa.

"Ya Nak, besok ibu beri uangnya. Kamu belajar yang rajin ya Nak, agar bisa menjadi orang yang bermanfaat," balas Rania sembari mengelus rambut putrinya.

Alif hanya diam saja mendengar mereka berbicara, selama ini memang Rania yang lebih peduli tentang apapun yang terjadi di dalam rumah tangga mereka. Di saat Rania tidak memegang uang jarang sekali suaminya membantunya namun ketika Alif tidak punya uang tanpa rasa sungkan atau malu ia pasti meminjam bahkan meminta kepada Rania. Baru saja ingin merebahkan tubuhnya ada yang memanggil namanya.

"Rania," panggilnya.

"Eh bu Santi, ada apa ya Bu?" tanya Rania.

"Gorengannya masih ada tidak, aku butuh 50 biji karena nanti akan ada tamu," jawab bu Santi.

"Ada Bu, tapi saya harus menggoreng dulu,"

"Ya sudah tidak apa-apa, nanti tolong diantarkan ke rumah ya. Campur saja gorengannya ya, ini uangnya,"

"Baik Bu, nanti akan saya antarkan,"

Rania bersyukur sekali hari ini dagangannya laris manis, bisa untuk membayar buku Alisa dan modal untuk jualan besok. Ia bergegas berjibaku dengan gorengannya kembali, rasa lelah tidak ia hiraukan lagi. Rasanya begitu panas berada di depan wajan penggorengan, wajahnya yang tadi sudah segar kembali berkeringat. Dulu dia adalah gadis yang modis dan selalu menjaga penampilan, namun seiring tuntutan hidup yang semakin berat ia rela mengalah. Baginya saat ini yang terpenting adalah bagaimana keluarganya bisa tercukupi.

"Mas, tolong kamu jaga Bintang. Aku mau antar gorengan ke rumah bu Santi dulu," ucap Rania.

"Kenapa harus di antar sih, kenapa bukan orangnya yang datang kesini?" tanya Alif kesal tidurnya terganggu.

"Tadi dia sudah kesini, tapi hitungannya habis jadi aku harus menggoreng dulu," jawab Rania.

"Ya sudah sana, jangan lama-lama aku masih mengantuk,"

Rania bergegas ke rumah bu Santi, namun baru beberapa langkah putranya Bintang sudah merengek minta ikut. Sebenarnya Rania tidak tega, namun apa boleh buat tidak mungkin suaminya mau di suruh mengantarnya. Alif membujuk Bintang supaya tidak menangis, namun sepertinya upayanya tidak membuahkan hasil. Rania masih bisa mendengar tangisan Bintang dari kejauhan, membuat dia semakin mempercepat langkahnya.

1
Deli Waryenti
sidang perceraian adalah kasus perdata Thor, jadi gak ada jaksa. mohon survey dulu sebelum menulis
Deli Waryenti
surat dari Pengadilan agama
Deli Waryenti
tuh kan, makanya Rania kamu jangan lemah
Deli Waryenti
Rania oon...jangan lupa juga tanyain sama Alif masalah uang kontrakan rumah
Deli Waryenti
Rania plin plan
Deli Waryenti
alif lebay
Deli Waryenti
by the way Thor
Deli Waryenti
ternyata oh ternyata
Deli Waryenti
astaga...alif norak
Deli Waryenti
sukurin lu alif
Deli Waryenti
bapaknya alif anggota isti ya
Deli Waryenti
harusnya alif paham siapa ibunya
Deli Waryenti
ceritanya bagus dan bahasanya rapi, tapi kok sepi ya
Deli Waryenti
Luar biasa
Deli Waryenti
kok ada mertua begini
Deli Waryenti
buang saja mertuamu ke laut, Rania
Deli Waryenti
😭😭😭
Deli Waryenti
setujuuuu
Deli Waryenti
kerja apa sih si alif
Deli Waryenti
gak punya uang tapi masih merokok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!