Tersisih Dari Nagari Minang

***

hari pertama lebaran terasa begitu cepat berlalu. siang ini banyak kaula muda yang sedang mengerumuni sebuah acara adat tradisi setahun sekali yakni khutbah ditengah padang. mereka terlihat antusias ketika salah satu acara pencak silat harimau dimainkan setelah khutbah. tak terkecuali dengan miko yang begitu kagum dengan kemampuan anak-anak yang lebih muda darinya.

begitu banyak dan beragam pertunjukan di ranah minang. tentu bagi pendatang baru akan melihat hal itu dengan takjub. perpaduan islam dan budaya melayu yang sangat kental membuat variasi ragam adat tradisi di seluruh wilayah Sumatra.

Ketika sedang asyiknya menonton pertunjukan pencak silat, miko lupa kalau ia harus berada di rumah selepas dzuhur karena dato' anwar rencananya akan bertamu dirumah miko hari ini. tanpa pikir panjang miko pun kemudian memutuskan untuk pulang dan tak menonton pentas seni hingga akhir.

Sesampainya dirumah, sudah ramai tamu yang berada di rumah miko. mulai dari dato' anwar dan keluarga serta beberapa pemangku adat yang sedang asyik dengan obrolan nya.dato' anwar yang melihat miko datang pun segera menyambut nya.

"waahh nak miko alah pulang. baa jo khutbah tengah padang nan diadokan hari ini ? " tanya dato' anwar.

"sangat rancak seperti tahun tahun sabalun nyo dato'... bahkan anak mudo di bawah ambo pun baitu mahir mamainkan langkah tigo... " jawab miko.

"yaah nak miko tau sendiri jikalau budaya itu alah turun temurun diwariskan pado kito nan manyandang gelar suku melayu. ngomong-ngomong bilo lai nak miko ka baralek? beko takuik nyo umua buyuang batambah gaek lo mah hahaha".

" aahhh soal itu... "

walau hanya ucapan bercanda dari dato' anwar, namun miko belum bisa menjawabnya dan bahkan bingung akan perasaan sendiri. ditengah kebingungan itu Melissa pun keluar dari dapur bersama dengan amak sembari membawa teh dan kopi hangat. tentu saja hal itu menyelamatkan miko dari pertanyaan dato' anwar.

"assalamu'alaikum!... "

Suara salam itu seketika menjadi sorotan mata para tamu dari dalam rumah. Setelah salam dijawab oleh miko dan dato' anwar, seorang pria mulai memasuki rumah bersama istrinya yang tak lain dan tak bukan adalah dato' rahman dan istri yang dibelakangnya terlihat elya membuntunti ibundanya. merekapun masuk dan bergabung bersama para tamu dirumah itu.

"ternyata keluargo uda anwar kamari juo... " ucap dato' rahman yang melihat dato' anwar dan keluarganya.

"iyo da rahman. mari silahkan duduk. kami juo baru tibo lai... " ucap dato' anwar.

miko yang melihat kedatangan dato' rahman menjadi diam seketika dan tertunduk. teringat kembali saat miko diusir dari desa oleh beliau yang menyandang status kepala adat desa. perlahan emosinya mulai muncul dan meluap. namun hal itu terhenti saat amak memegang pundak miko seraya berbisik.

"istighfar anakku... amak yakin buyuang biso mamaafkan dato' rahman" bisik amak kepada miko sembari tersenyum.

elya yang melihat kebimbangan miko rasakan segera menarik ayahnya dan menghadap miko. sontak hal itu membuat dato' rahman gugup dan merasa bersalah mengingat dulu dirinya mengusir miko. dengan berat dato' rahman pun mulai berbicara.

"nak miko... dato' secaro pribadi dan sebagai kapalo adat sungguah maminta maaf atas kesalahan dato' terhadap miko nan alah mengusir nak miko dari desa... dato' sabana badoso pado nak miko... " ucap beliau dengan nada yang teramat merasa bersalah pada miko.

"dato'... manusio kasadonyo indak luput dari kasalahan. dan memaafkan adolah hal nan paliang penting sesama muslim. ado eloknyo kito saliang mamaafkan dan lupokan kesalahan dimaso silam... " jawab miko sembari menyalami tangan dato' rahman

Melihat miko yang sudah tak lagi mempermasalahkan kejadian itu membuat dato' rahman begitu lega dan bersyukur. sungguh mulia sifat pemaaf yang miko miliki.

merekapun akhirnya mengalihkan topik pembicaraan hingga tak terasa hari sudah beranjak sore. setelah bermaaf-maafan semua tamu termasuk dato' anwar dan dato' rahman pulang dari rumah miko. hanya Melissa dan elya yang tinggal karena dirinya ingin membantu membereskan rumah miko.

***

"amakk... sekarang semuanya sudah beres. bagaimana jikalau kita foto bersama. nanti biar Melissa cetak fotonya dan dibagikan ke amakk? " ucap Melissa dengan senang.

"waaahhh... ala lamo bana amak indak berfoto basamo semenjak terakhir kalinyo miko lulus SMA. baiklah bolehlah dicubo hihihi... " jawab amak menerima tawaran itu.

"yasudah tunggu sebentar ya mak. Melissa panggilkan dulu abang miko agar ikut serta. " ucap Melissa lalu pergi memanggil miko di halaman rumah.

"abang? "

amak menjadi bingung mengapa Melissa memanggil miko dengan sebutan abang. biasanya Melissa selalu memanggil miko dengan nama. amak tak ingin terlalu memikirkan hal itu lalu menunggu melissa kembali diruang tamu.

sesampai Melissa dihalaman rumah, ia melihat miko mengantar elya yang hendak pamit dan segera menghampirinya.

"abang... mari sini kita akan foto bersama amak. " ucap Melissa.

"hah... abang?... sejak kapan kamu mulai menyebutku dengan panggilan abang nih? kesambet apa dirimu mel... " kata miko sembari tertawa kecil.

"mulai hari ini dan seterusnya... ayooo!... "

Melissa pun menarik miko masuk kedalam rumah. namun elya yang melihat hal itu seketika menjadi cemburu melihat tingkah laku Melissa terhdap miko.

"heeeiii tunggu...elya juo ingin bafoto jo amakk... "ucap elya yang menyusul masuk kedalam rumah.

Semua berkumpul di ruang tamu dan terlihat Melissa saling bertatapan dengan elya. suasana begitu canggung dirasakan oleh miko.

"kenapa elya harus ikut sih? bukankah tadi ia mau pulang? " gumam Melissa yang kurang senang dengan elya.

Melissa pun lalu menaruh kameranya tepat dihadapan mereka dan menekan tombol timer jepretan foto selama 10 detik. setelah itu Melissa pun mengatur posisi semua orang dengan amak yang duduk ditengah dan miko berdiri dibelakang amak.

Dengan cepat Melissa pun mengambil posisi disebelah kanan miko sambil menggandeng tangannya yang hal itu membuat elya menjadi semakin cemburu. ia tak ingin kalah dari Melissa dan merapatkan diri di sebelah kiri miko juga menggandeng tangannya.

Miko merasa kalau dirinya sedang diperebutkan oleh kedua wanita itu. Ia tak bisa berkata apa-apa karena takut nanti akan menjadi salah paham. mikopun akhirnya pasrah lalu tersenyum menghadap kamera.

"ciiiiisssss... "

Kilatan cahaya dari kamerapun sejenak menyilaukan mata. Melissa segera mengecek hasil foto dan dengan sangat senang karena foto itu sangat bagus. sungguh momen yang langka dan mungkin tak akan pernah terjadi untuk kedua kalinya.

"syukurlah hasil fotonya bagus... nanti mel akan cetak foto ini sambil memberinya bingkai." ucap Melissa dengan hati yang riang.

"baiklah dih mel... jan lupo bagi amak dan elya juo fotonyo yo dih... " ucap amak.

"baik amak... yasudah kalau begitu mel pamit dulu amak... nanti kalau foto sudah dicetak mel akan bagikan ke amak dan abang miko... mel pamit dulu assalamu'alaikum... "

"waalaikumsalam... "

Melissa pun pamit pulang sambil senyum-senyum sendiri. begitupun juga dengan elya setelahnya. mereka berdua tampak sangat senang sekali hari ini. amak dan miko hanya saling menatap sambil menggelengkan kepala karena tidak tau apa yang sedang dipikirkan oleh melissa dan juga elya. amak dan miko pun kembali masuk kerumah setelah mengantarkan mereka pulang hingga depan halaman.

Namun ketika elya hendak pulang, langkah elya terhenti saat melihat Melissa yang menunggunya di depan. dengan raut wajah yang datar, Melissa pun menghampiri elya.

"bukankah harusnya kamu tadi pulang elya? " ucap Melissa.

"mel... manga mancaliak ambo seprti itu? apo ambo alah melakukan kesalahan ka bakeh mel? " tanya elya melihat tatapan dingin Melissa kepadanya.

"bukan apa-apa... tapi setelah aku pikirkan, entah mengapa kamu seperti kembali cinta kepada abang miko? bukankah kamu telah mebuatnya terlalu banyak luka? " ucap Melissa.

"astaghfirullah mel... elya sabana indak mangarati apo maksud mu... "

"sudahlah elya... tolong jangan libatkan perasaan mu lagi terhadap abang miko. aku tidak ingin abang kembali terluka karena dirimu... "

"mel... apokah mel juo punyo parasoan jo uda miko?... "

Seketika suasana menjadi hening dan angin yang berhembus. mereka saling menatap satu sama lain.

"ya.. kamu benar elya. aku mencintai abang miko. aku tidak akan seperti dirimu yang melukai hati abang miko dan membuatnya diusir dari desa tanah kelahiran abang miko sendiri. kamu benar-benar sangat kejam elya... " jelas Melissa.

Jawaban itu sontak membuat hati elya remuk dan matanya mulai berkaca-kaca. ia tak lagi mampu menjawab perkataan Melissa yang telah menyudutkan dirinya karena telah membuat miko terluka.

"sudah tidak ada lagi yang harus aku jelaskan kepadamu elya. segeralah untuk melupakan abang miko dihatimu. aku tidak ingin abang miko menjadi kekasih yang begitu tega melukai hatinya... " ucap Melissa lalu kemudian pergi meninggalkan elya.

elya terdiam dan hanya melihat Melissa berlalu. ia tidak tahu mengapa Melissa yang sebagai sahabatnya berkata hal itu terhadap elya. pipi elya kini basah karena air mata yang tak lagi dapat terbendung oleh mata.

dengan berat elya melangkahkan kaki untuk pulang kerumah sambil tertunduk mencerna apa yang dikatakan oleh Melissa. mungkinkah ini adalah karma untuknya karena telah membuat miko sakit hati. sejenak ia merenungkan dengan apa yang telah elya lakukan selama ini kepada miko.

"apo ikolah karma nan elya dapek?... walau dipaksokan, elya indak mungkin sangguo untuak malupokan uda miko dalam hidup elya... salamonyo indak pernah ka hilang dalam hati elya. ya allah barilah hambamu ini kekuatan untuak menghadapi ujianmu ini... elya indak akan menyerah jo kato Melissa ka bakeh ambo... salamonyo indak akan pernah elya mampu untuak malupoan uda miko.... "