Pernikahan adalah sebuah impian bagi semua orang, termasuk Zahra. Namun, pernikahan yang bahagia kini rusak akibat kehadiran orang ketiga. Evan selaku suami, mulai membandingkan Zahra dengan gadis lain.
Suatu hari dia memutuskan untuk menjalin hubungan hingga tidak memperdulikan hati Zahra. Akankah pernikahan mereka mampu diselamatkan? Ataukah Zahra harus merelakan suaminya bersama dengan wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24 Keputusan
"Kau akan menjadi seorang Ayah," ujar Anna penuh penekanan dan membuat Evan sedikit terkejut.
"A-apa aku tidak salah dengar, An?" mata Evan terlihat berbinar, memang sudah lama dia menantikan seorang Buah hati.
"Haruskah aku mengulangi ucapanku, Mas?" tanya Anna untuk memastikan.
"Aku tidak bermimpi 'kan, An?"
Anna menggelengkan kepalanya, Evan langsung memeluk tubuh gadis itu dengan erat. Dia sangat bahagia karena pada akhirnya bisa menjadi seorang Ayah setelah satu tahun menikah dengan Zahra. Dia merasa jika Zahra sulit hamil dikarenakan wanita itu terlalu sibuk bekerja dan kelelahan.
Di balik pintu kamar, tubuh Zahra terhuyung ke belakang. Dia yang tadinya hendak melihat keadaan Evan kini harus menelan pil pahit akibat percakapan suami dan adik tirinya itu. Zahra tidak menyangka jika Evan tega berbuat seperti ini padanya.
"Anna hamil? Berarti mereka—" Zahra menutup mulutnya agar tangisnya tidak terdengar sampai ke dalam kamar. "Mereka sudah berhubungan sejauh ini? Bodohnya aku," lanjutnya sambil menangis terisak.
Zahra mengelus perutnya yang masih rata, dia bingung harus berbuat apa karena disisi lain dirinya sedang hamil. "Apa yang harus aku lakukan? Jika aku meminta Mas Evan untuk berpisah dari Anna, itu pasti tidak mungkin mengingat di rahim Anna sudah ada benih Mas Evan. Tapi, jika aku melanjutkan pernikahan, itu tandanya aku harus berbagi suami dengan adikku." Zahra dengan cepat menggeleng. "Tidak-tidak! Ini tidak benar. Meskipun aku juga sedang hamil, akulah yang akan mengalah untukmu, Anna." tekadnya ingin meminta cerai dari Evan.
Zahra menghapus air matanya, dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan pelan. Perlahan tangannya bergerak meraih handel pintu, dia masuk ke dalam kamar dan membuat dua sejoli yang masih dipenuhi kebahagiaan itu terkejut.
"K-kak Zahra?" ujar Anna kaget dan Evan segera melepaskan pelukannya di tubuh Anna.
Zahra bertepuk tangan sambil berjalan ke arah ranjang. Senyumnya terbit seperti sedang mengejek.
"Wow! Hebat, sangat hebat. Kalian berdua benar-benar pengkhianat!" tutur Zahra sambil melotot ke arah Anna dan Evan.
"Ini semua juga karenamu!" Anna menantang Zahra, dia bahkan membalas tatapan tajam dari kakak tirinya itu.
"Berani sekali kau angkat bicara, ja*la*ng murahan! Setelah aku berbaik hati memaafkan dan menampungmu disini, kau malah mengambil kesempatan dengan menusukku dari belakang dan kau juga merebut suamiku. Aku rasa kau harus diberi apresiasi sebagai saudari yang tidak punya harga diri."
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Zahra. Ya, Evan lah yang melakukannya. Pria itu tidak terima jika wanita yang dia cintai sekaligus Ibu dari anaknya direndahkan seperti itu.
"Tutup mulutmu, Zahra!" bentak Evan menunjuk wajah Zahra dengan mata memerah.
"Kau membelanya, Mas? Dari awal aku memang sudah curiga pada kalian, tapi aku menahannya karena aku belum punya bukti yang kuat untuk perselingkuhan kalian ini! Tapi Tuhan berpihak padaku, Tuhan menyayangiku hingga akhirnya aku bisa menangkap basah kalian berdua!" Zahra tidak tahan lagi, air mata luruh begitu saja di pipi mulusnya.
"Dan semuanya sudah terlambat, Zahra. Berhubung kau ada disini dan telah mengetahui semuanya, aku akan mengatakan sesuatu padamu." Anna tersenyum menang, dia bergelayut manja di lengan Evan. "Aku saat ini sedang hamil dan sebentar lagi Mas Evan juga akan menikahiku. Jadi, aku harap kau bisa menjadi kakak serta madu yang baik untukku." ujar Anna tidak tahu malu, dia bahkan mengelus perutnya yang masih rata.
Zahra mengepalkan kedua tangannya dengan erat, saat ini wanita itu ingin sekali menjambak dan menghajar Anna.
'Aku juga ingin mengatakan padamu jika aku hamil, Mas. Tapi aku rasa kau pasti akan lebih percaya pada Anna,'
"Kenapa kau diam? Oh tenang saja, aku tidak akan serakah, kakak." Anna kembali bersuara.
"Ceraikan aku, Mas!" pinta Zahra yakin, dia berpikir jika dirinya masih bisa mengurus anaknya seorang diri. Pengkhianatan yang Evan lakukan sangat sulit untuk dimaafkan, Zahra tidak bisa menerima itu semua.
"Baiklah, kau masih ingat jika rumah ini milikku 'kan Zahra? Kalau begitu, kau harus angkat kaki dari rumahku! Aku akan mengurus perceraian kita secepatnya dan aku juga akan segera menikahi Anna."
Anna yang berada di sisi Evan tersenyum bahagia, tujuannya telah berhasil untuk membuat Zahra mengalami hal seperti dirinya beberapa tahun yang lalu. Kehilangan semua orang-orang yang dia sayangi.
Zahra mengangguk. "Kau tidak perlu mengusirku karena aku juga tahu jika rumah ini bukan hakku!" tukasnya menghapus air mata yang sulit untuk berhenti.
Saat Zahra ingin berjalan menuju lemari, kaki Anna bergerak lurus hingga membuat Zahra tersandung dan terjatuh. Isi tasnya berserakan dan mata Zahra melotot melihat hasil pemeriksaan dari Dokter yang ingin dia berikan pada Evan tadinya. Wanita itu dengan cepat memunguti isi tasnya tetapi ada satu kertas yang membuat Evan penasaran.
"Berhenti!" perintah Evan saat Zahra ingin mengambil kertas hasil pemeriksaan.
Bersambung
Visual Zahra