Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIAM-DIAM KEPO
Ningrum dan Raya bertemu di kafe yang terletak di depan kampus sesuai dengan kesepakatan. Ningrum datang lebih dulu, dan memilih tempat duduk yang berada di pojok untuk memudahkan mereka mengobrol. Raya yang baru tiba, dan mengetahui keberadaan sang ibu langsung menghampiri wanita itu. Tidak seperti biasanya, wajah Raya tampak sedikit kusut. Sebagai ibu kandungnya, tentu Ningrum menyadari akan hal itu.
“Jadi apa yang mau dibicarakan, Nak? Kalau ekspresi kamu sudah seperti ini, pasti ada masalah serius. Benar tebakan mama?” tanya Ningrum penuh selidik.
Raya menghela napas pelan, sebelum akhirnya mengangguk samar untuk membenarkan semua argumentasi mamanya.
“Kalau Raya mau minta pisah sama mas Bagas, mama setuju?” tanya Raya dengan penuh pertimbangan.
Pertanyaan yang Raya ajukan jelas membuat Ningrum bingung. Masih jelas dalam ingatannya tentang bagaimana putrinya begitu bersemangat untuk menikah dengan putra sahabatnya itu. Mengapa tiba-tiba Raya menginginkan perpisahan?
“Mama tidak salah dengar? Kamu serius mau pisah sama Bagas? Bukannya kamu yang waktu itu ingin cepat-cepat menikah dengan dia?” tanya Ningrum keheranan.
Raya sendiri sudah yakin kalau pertanyaan semacam ini pasti akan muncul. Dia sangat percaya diri di awal untuk menikah dengan Bagas karena dia tidak tahu kalau ternyata lelaki itu memiliki tambatan hati.
“Raya serius, Ma. Memang Raya salah di awal. Seharusnya Raya cari tahu dulu tentang masa lalu Bagas. Dia punya pacar, Ma. Mereka sudah lama pacaran. Bahkan rumah yang aku tempati sama Bagas sekarang, itu hasil patungan mereka. Mereka sudah mempersiapkan masa depan sematang itu, Ma. Aku hanya orang ketiga di sini. Orang yangmendadak datang ke kehidupan Bagas bermodalkan cinta yang menggebu.” Raya menceritakan apa yang terjadi.
Ningrum mengerti sekarang, mengapa putrinya ingin berpisah dari Bagas. Dia memang mengajarkan Raya sejak kecil untuk tidak merebut apa yang menjadi milik orang lain, mulai dari hal sekecil apapun. Permintaan perpisahan ini memang mengejutkan, tetapi di sisi lain, Ningrum justru bangga dengan keputusan yang diambil oleh putrinya.
“Sayang, kalau memang kamu pikir itu yang terbaik untuk kalian berdua, silakan saja. Mama tidak akan menghalangi keputusan kamu. Syaratnya, kamu harus sudah sangat yakin kalau kamu tidak akan menyesal suatu hari nanti. Pikirkan lagi sematang mungkin. Ini tentang kamu, tentang masa depan kamu, jadi mama percaya kamu bisa mengambil keputusan yang terbaik.”
Raya terdiam. Wanita itu menjadikan kedua tangannya sebagai penyangga kepala. Dia memfokuskan pandangannya ke satu titik, hingga butir-butir bening berjatuhan dari kedua matanya.
“Ma, kalau Raya boleh jujur, Raya sakit sekali, Ma. Raya sayang sama Bagas, Raya cinta banget sama dia, Ma. Hanya saja, di sisi lain Raya tidak bisa egois. Raya tidak mau menjadi wanita yang bahagia di atas penderitaan wanita lain,” ungkapnya sambil terisak.
Ningrum mengulurkan tangannya. Dia menghapus air mata putrinya dengan ibu jari. Sebagai yang lebih tua, Ningrum paham apa yang dirasakan oleh Raya. Bicara soal perasaan, Ningrum juga tahu sedalam apa perasaan yang Raya miliki untuk Bagas.
“Mama tahu ini tidak mudah buat kamu, Sayang. Mama paham ini sangat menyakitkan, tetapi apa yang kamu lakukan itu memang sudah yang seharusnya. Mungkin dengan kamu melepas Bagas, kamu justru akan menemukan seseorang yang lebih baik darinya.” Ningrum berusaha untuk menguatkan putrinya.
Ini bukan soal pengganti Bagas, tetapi lebih tentang bagaimana Raya ingin membebaskan hatinya dari rasa sakit. Dia tidak bisa terus-menerus melihat orang yang berstatus resmi sebagai suaminya justru memperhatikan wanita lain. Raya tidak ingin melanjutkan perannya sebagai istri yang tersisihkan.
“Terima kasih, Ma. Terima kasih karena mama sudah mendukung apa yang akan aku lakukan. Untuk sementara ini, mama jangan bicararakan masalah ini dengan papa. Biarkan aku membicarakannya dengan Bagas. Mama percaya aku, kan?” Raya mengajukan pertanyaannya sambil menatap kedua netra ibunya.
Ningrum tersenyum. Dia yakin putrinya sudah dewasa lebih dari usianya. Ningrum percaya, Raya akan mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik.
“Oke, Sayang. Mama akan jaga rahasia ini dari papamu. Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk hubungi mama.”
“Iya, Ma. Sekali lagi terima kasih untuk dukungannya. Mama mau makan apa? Biar Raya pesenin. Kebetulan Raya juga belum makan siang.” Raya mengganti topik pembicaraan mereka.
“Kalau begitu, mama akan temani kamu makan. Pesankan menu yang sama denganmu, Sayang.”
Mendengar jawaban mamanya, Raya tersenyum. Memang tiada tempat mencurahkan perasaan di dunia ini selain kepada sosok ibu. Hanya seorang ibu yang mampu membuat keresahan seakan menghilang sesaat setelah menyampaikan semua beban yang ada di hati, dan juga pikiran.
“Tunggu sebentar ya, Ma.”
Raya kemudian beranjak dari tempatnya duduk. Dia memesan beberapa menu untuk makan siang bersama dengan sang ibu. Ningrum memandangi putrinya dari kejauhan. Dia bertekad untuk menyelidiki semuanya. Dia tidak akan membiarkan putrinya kehilangan lelaki yang dia cintai.
***
Bagas sengaja memakan bekalnya di kantin. Dia berharap dengan begitu dirinya bisa melihat Raya. Sayangnya, hingga waktu istirahat hampir berakhir, Bagas tidak menemukan sosok Raya. Dia hanya melihat Tasya bersama beberapa temannya makan dalam satu meja. Di dalam hati kecilnya, Bagas bertanya-tanya, ada di mana Raya?
Semalam, saat pulang dari apartemen Kinan, Bagas menemukan Raya tertidur di kursi yang ada di balkon. Padahal dia ingat, saat dirinya berangkat menemui Kinan, wanita itu sudah tidur di atas ranjang. Bagas juga menemukan cangkir kopi di atas meja. Kopinya sudah dingin, itu artinya Raya sudah lama berada di balkon. Lelaki itu kemudian menggendong istri kecilnya, lalu menidurkannya di atas ranjang. Raya sudah sangat pulas, hingga dia tidak merasakan tubuhnya digendong oleh sang suami.
Dia berniat membahasnya saat mereka sarapan, tetapi ternyata Raya sudah pergi pagi-pagi sekali. Bagas sempat menanyakan pada mbok Siti, tetapi sang asisten mengaku tidak diberitahu oleh Raya kemana majikannya itu akan pergi. Sekarang Bagas bisa saja menanyakan keberadaan Raya pada Tasya, tetapi dia tidak mungkin melakukan itu. Dia tidak mau kebenaran tentang siapa istrinya terbongkar. Apalagi masalanya dengan Kinan belum selesai. Bagas juga khawatir Kinan akan melakukan sesuatu terhadap Raya kalau sampai kekasihnya itu tahu siapa sosok istrinya sekarang.
Satu hal yang Bagas tidak sadari, diam-diam Tasya mengamati gerak-geriknya. Gadis itu bahkan sempat mengambil gambar, di mana Bagas tengah mencari keberadaan Raya. Tentu saja dia langsung mengirimkan gambar itu pada sang sahabat.
“Raya, lihat deh, ada yang nyariin lo. Mukanya kasian banget, kayak bocil yang lagi nyariin emaknya di tengah keramaian. Gue yakin, pak Bagas itu sebenarnya udah mulai ada rasa sama lo. Cuma dianya nggak nyadar aja.”
Begitulah isi pesan yang dikirimkan oleh Tasya untuk Raya. Secara pribadi, Tasya tidak setuju kalau Bagas, dan Raya sampai bercerai. Dia akan mencari cara untuk membuat pernikahan sahabatnya itu tetap utuh.
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd