SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!
"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"
Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.
Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?
IG otor : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kia
Zian duduk di meja makan sembari menikmati secangkir kopi. Naya menghampirinya dan duduk di hadapannya.
"Maaf, aku pikir kau akan makan malam dengan wanita itu. Jadi aku tidak menyiapkan makan malam. Apa aku siapkan makan malam untukmu?"
"Tidak usah. Aku sedang tidak ingin makan masakanmu," kata Zian tanpa menoleh pada Naya.
Naya hanya membalas dengan senyum cerah seperti biasanya, namun senyumnya memudar ketika mendapat pelototan dari Zian. "Boleh aku tanya sesuatu?"
"Apa?"
"Apa aku boleh bekerja?" tanyanya dengan nada takut-takut.
"Kau mau bekerja? Gadis sepertimu yang biasa dilayani seperti seorang putri bisa apa?"
"Aku bisa bekerja."
Zianku, aku akan menunjukkan padamu kalau aku bukan gadis manja.
"Terserah kau. Aku kan sudah bilang aku tidak peduli kau mau apa dan mau kemana. Tidak usah minta izinku."
"Hehe, baiklah."
"Ingat tugas utamamu tetap ada di rumah ini. Membersihkan rumah, memasak, dan mencuci pakaian. Aku tidak mau kau mengabaikan tugasmu," kata Zian penuh penekanan.
"Aku akan membagi waktuku agar aku bisa mengerjakan semuanya."
"Baiklah. Kalau pekerjaanmu tidak beres, aku akan menendangmu dari sini."
"Baikkah,"
Naya terus memandangi wajah Zian yang terlihat serius memainkan ponselnya. Zian yang bagai memiliki mata elang, menyadari bahwa Naya sedang memandanginya.
"Berhenti menatapku!" bentaknya membuat Naya terlonjak.
Bagaimana dia tau kalau aku memandanginya.
"Hehe, Maaf... Entah kenapa wajahmu seperti ada magnetnya. Aku selalu ingin memandangimu."
Zian pun mulai kesal mendengar ucapan Naya. Laki-laki itu mengalihkan pandangannya pada Naya dan terkejut begitu melihat wajah sang istri yang sangat pucat.
"Kenapa wajahmu sangat pucat? Apa kau sakit?" Zian terlihat khawatir membuat Naya menjawab gelagapan..
"Ti-tidak, aku tidak sakit," jawabnya seraya mengusap wajahnya.
"Baguslah. Jangan sakit! Kau tahu kan, biaya rumah sakit itu mahal."
Nah kan, Zianku pasti akan benar-benar membuangku ke jalanan kalau mengetahui aku sakit dan butuh biaya banyak. Dia akan semakin membenciku.
"Aku akan kembali ke kamarku. Selamat malam," ucap Naya kemudian.
Gadis itupun beranjak meninggalkan Zian dan naik ke kamarnya. Sesampainya di kamar, gadis itu menatap wajahnya melalui pantulan cermin.
"Benar, wajahku sangat pucat." gumamnya dengan wajah sedih.
***
Drrttt Drrttt
Ponsel milik Naya bergetar. Gadis itu segera meraih benda pipih itu.
"Siapa ini?" gumam Naya ketika melihat di layar ponselnya tertera nomor yang tidak dikenal. Karena penasaran, Naya segera menggeser tanda berwarna hijau.
"Halo..."
"Naya..." panggil seseorang di seberang sana.
"Siapa ini?"
"Ah, sekarang aku benar-benar yakin kau punya penyakit pikun akut," kata seorang pria yang menelepon. Naya berpikir sejenak, mencoba mengingat suara itu.
"Kau Evan?"
"Nah, akhirnya kau mengingatku... Apa aku mengganggumu?"
"Sedikit. Ini sudah malam dan aku mau tidur." Naya sudah akan mengakhiri panggilan itu, namun Evan segera bicara lagi.
"Eh, Naya. Tunggu, jangan tutup dulu. Kau bilang sedang butuh pekerjaan, aku sudah bicara dengan temanku."
Wajah Naya langsung berubah senang mendengar ucapan Evan.
"Benarkah? Lalu bagaimana?"
"Dia bilang kau bisa datang besok. Aku akan mengirimkan alamatnya ke ponselmu,"
Naya tersenyum kegirangan. Gadis itu senang bukan kepalang.
"Aku sangat berterima kasih padamu."
"Jangan sungkan."
"Baiklah, sekali lagi terima kasih, ya." Setelah mengucapkan itu, Naya memutuskan sambungan teleponnya. Padahal Evan masih sangat ingin mendengar suaranya.
Aku rasa gadis itu seperti magnet. Dia selalu menarikku ke arahnya. batin Evan.
Evan membaringkan tubuhnya di kasur empuknya. Teringat pertemuan pertamanya dengan Naya. Bagaimana dia terpesona pada sosok Naya. Seorang gadis cantik dan polos dengan semangatnya yang berapi-api.
Semenatara Naya dengan senyum sumringahnya membaringkan tubuh di atas kasur lusuh itu. Ada harapan besar di dalam hatinya.
Sekarang aku bisa melanjutkan pengobatanku tanpa merepotkan orang lain. Aku akan sembuh. Zianku tidak akan tahu kalau aku sakit, karena aku akan sembuh sebelum dia tahu. Ayah, ibu... Akan sembuh.
***
Keesokan harinya....
Setelah mendapat alamat dari Evan, dengan penuh semangat, Naya mendatangi sebuah cafe. Dengan harapan besar dapat bekerja untuk membiayai pengobatannya. Seorang pelayan di cafe itu segera menunjukkan ruangan sang bos pada Naya.
"Selamat siang... " ucap Naya saat memasuki tempat itu. Di hadapannya ada seorang pria yang sudah menunggunya, karena telah mendapat informasi sebelumnya dari Evan.
"Selamat siang. Apa kau Naya?"
"Iya. Aku di beritahu Evan kalau kalian membutuhkan seorang tenaga kerja wanita."
"Kebetukan sekali. Kami memang sedang mencari seorang karyawan wanita. Tapi maaf sebelumnya, untuk posisi pelayan."
"Tidak masalah, aku akan bekerja dengan giat."
"Baiklah. Kapan kau bisa mulai bekerja?" tanya pria itu.
"Sekarang saja. Aku sudah siap."
"Baiklah, di sini menggunakan sistem kerja shift. Jika kau masuk pagi, kau akan pulang pukul dua siang. Dan jika kau masuk siang, kau akan pulang di jam 9 malam. Ini khusus untuk karyawan wanita. Karyawan laki-laki bekerja sampai jam dua belas malam."
"Aku mengerti terima kasih."
"Semoga kau betah bekerja di sini,"
"Tapi bolehkah aku mengajukan sebuah permohonan?" tanya gadis itu. "Setiap hari aku akan pulang untuk makan siang, lalu kembali kesini setelahnya. "
Pria itu terlihat mengererutkan alisnya, "Kenapa kau tidak makan siang di sini? Semua pekerja makan siang di sini,"
"Maaf, aku tidak bisa. Untuk sesuatu hal, aku sedang membatasi menu makananku. Untuk itu aku mohon diizinkan,"
"Baiklah, itu mudah saja."
"Terima kasih, " kata Naya sambil membungkukkan kepalanya.
***
Siang itu, dengan penuh semangat, Naya memulai pekerjaannya sebagai seorang pelayan cafe. Harapan besarnya untuk bisa melanjutkan pengobatannya dan pulih seperti dulu mengalahkan semua rasa lelah di dalam dirinya.
ini hari senin kan? Dimas bilang, Zianku akan libur setiap hari senin dan pergi entah kemana. Jadi siang ini aku tidak perlu membawakannya makan siang.
Sementara itu di dalam ruangan, seorang pria menyunggingkan senyum menatap Naya dari balik jendela.
Kalau tidak menyadari kau seorang manusia biasa, aku pasti sudah mengira kau seorang bidadari. batin laki-laki itu.
Tidak lama kemudian, seorang pria masuk ke ruangan, membuyarkan lamunan pria itu.
"Sepertinya kau sedang melamun," kata pria yang baru saja masuk.
"Ada apa?"
"Ada denganmu? Kenapa kau hanya mengintip gadis itu dari dalam ruangan ini?"
"Aku hanya ingin melihatnya saja. Aku ingin memastikan bagaimana dia bekerja."
"Lalu sampai kapan aku akan berpura-pura menjadi bos di cafe ini?"
"Tenang saja, Rafli! Nikmati saja peranmu," kata Evan seraya menatap Naya dari dalam ruangan itu.
****
Sementara itu di sebuah gedung pencakar langit, seorang pria sedang duduk di kursi kebesarannya, menatap keramaian ibu kota di bawah sana.
Sebuah papan nama yang terbuat dari ukiran kayu jati bertuliskan Zildjian Maliq Askara, Presiden Direktur bertengger di atas meja. Pria itupun larut dalam bayangan masa lalunya.
Flashback
Hari itu adalah pembukaan showroom mobil terbaru milik keluarganya, lelaki itu sedang menyalami beberapa tamu penting yang hadir dalam acara pembukaan itu.
Tiba-tiba matanya tertuju pada sosok gadis yang sedang bermain piano di atas panggung. Seorang gadis remaja yang cantik dan polos dengan gaun putih yang dikenakannya.
Alunan suara piano menyatu dengan suaranya yang merdu. Laki-laki itu merasa gadis itu seperti seorang peri kecil. Dia menatapanya tanpa berkedip.
Lelaki itu sadar, dia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis muda itu. Ketika gadis itu selesai bermain piano, seluruh tamu berdecak kagum padanya. Tepuk tangan pun memenuhi setiap sudut ruangan dalam gedung itu.
Dan, ketika gadis itu hendak turun dari panggung, sebuah lampu hias besar yang bergantung di langit-langit hendak jatuh menimpa gadis itu.
Dengan cepat pria itu berlari ke arah gadis itu dan mendorongnya agar tidak tertimpa lampu hias yang terjatuh. Mereka tersungkur di lantai, seketika ruangan itu menjadi gelap.
Dengan cepat, pria itu bangkit dari posisinya dan memanggil beberapa bawahannya. Namun, saat lampu kembali menyala, gadis itu sudah tidak ada. Pria itu mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, namun gadis itu tidak terlihat.
Pria itupun menyadari ada sesuatu dalam genggamannya. Ketika dia membuka genggaman tangannya, dia menemukan sebuah kalung yang mungkin milik gadis itu. Sebuah kalung yang bertuliskan sebuah nama.
Pria itu mencari gadis yang bermain piano itu kemana-mana, tapi hingga beberapa minggu mencari, namun pria itu belum menemukan petunjuk apapun tentang gadis muda itu. Hingga sebuah kejadian buruk terjadi yang membuatnya menyesal hingga kini.
Flashback off
Pria itu tiba-tiba tersadar dari lamunannya. Tidak ingin teringat kejadian yang membuatnya akan merasa bersalah seumur hidupnya.Terus menatap kalung yang berada di genggamannya.
"Kau dimana Kia? Aku sudah mencarimu selama bertahun-tahun."
****
Bersambung
sakit dn sering liat pucat wlopun dg senyum yg terpaksa masak gk bis bedain.dasar mafia,sampe matamupun mafia .